Terapi ikan di Belik Sri Kuning Kalasan |
Keberadaan Belik Sri Kuning kuketahui dari vlog kawan pesepeda. Dari unggahannya, terlihat ada semacam kolam kecil untuk bermain anak-anak. Pun dengan kolam yang dipenuhi ikan kecil untuk terapi kaki. Aku tertarik mengunjunginya.
Langit mendung tebal, beberapa kawan juga menginformasikan di sekitaran kota gerimis halus. Sedikit ragu, aku mengayuh pedal ke arah timur. Jika nanti terkena hujan di tengah jalan, cukup berteduh dan melanjutkan ketika sudah reda.
Rute gowes sudah kutandai gawai. Aku tinggal mengikuti jalan di peta. Jalur yang kulintasi lumayan hafal. Patokannya nanti setelah pasar Kalasan, aku harus belok kiri ke arah Karangnongko. Tujuanku adalah sebuah belik kecil yang terletak di Karangnongko.
Sepanjang perjalanan, aku berpapasan dengan banyak pesepeda. Mendekati Karangnongko, aku mengikuti seorang siswa SD yang bersepeda ke sekolah. Kusapa dan menyemangatinya untuk tetap konsisten bersepeda.
Berfoto di Gapura Desa Karangnongko Kalasan |
Tak jauh dari SD Karangnongko, gapura desa Karangnongko cukup mencolok. Aku berhenti dan mengabadikan. Di sini juga sudah ada plang petunjuk arah ke Belik Sri Kuning. Kuikuti plang petunjuk arah yang memanduku hingga di destinasi.
Cukup mudah menemukan destinasi Belik Sri Kuning. Pemasangan plang petunjuk arah sangat membantu. Selain itu, destinasi tujuan juga cukup dekat dari jalan utama. Pagi ini, Belik Sri kuning sepi. Ada dua ibu yang sedang mencuci pakaian di kolam.
Kuparkirkan sepeda di dekat tulisan Belik Sri Kuning. Warna tulisannya pun selaras dengan nama destinasi. Tempat ini sepertinya sudah dikonsep dengan baik, hanya saja sekarang lebih terlihat belum terawat dengan baik. Serasa terbengkalai.
Dua jalan menuju kolam utama, aku memutari tempat ini. Sebelumnya, kusapa ibu-ibu yang mencuci pakaian, dan memotret sekitar lain. Aku meminta izin ibu yang sedang mencuci untuk memotret aktivitas beliau sembari menggali informasi lebih mendalam terkait destinasi.
Tulisan Belik Sri Kuning Kalasan |
Belik Sri Kuning sebenarnya sudah sempat ramai, hanya saja sekarang sedikit terlupakan. Destinasi ini pada dasarnya sudah dikonsep untuk wisata keluarga, khususnya mereka yang mempunyai anak kecil. Beberapa fasilitas pendukung sudah ada.
Jalan kecil memutari belik masih cukup bagus. Di sisi lainnya, sebuah bangunan kantin juga dibangun meski sekarang tutup. Di sampingnya, dua tempat bilas selepas main air juga berfungsi walau sekarang tampak agak kotor.
Di bawahnya, sebuah kolam berukuran sedang dibangun pemanen. Ada jalur meniti jalan kaki yang sekarang dimanfaatkan warga setempat untuk mencuci dan bilas pakaian setiap pagi. Mencuci di belik memang sedari dulu dilakukan masyarakat Indonesia.
“Sekarang mulai sepi, mas. Paling pas hari minggu banyak anak kecil yang main,” Terang salah satu ibu yang mencuci.
Ibu ini membawa sekeranjang cucian, beliau memarkirkan sepeda di dekat pagar, lantas membawa cuciannya ke belik. Tiga perempuan ini mencuci pakaian dan tidak terganggu dengan keberadaanku. Aku sendiri menuruni kolam yang biasa digunakan anak-anak untuk bermain air.
Belik Sri Kuning dimanfaatkan untuk mencuci pakaian |
Kedalaman kolam ini antara 70 sentimeter. Air di sini tak pernah kering, dua sumber air ada di bagian atas. Suara gemericik air mengalir hingga melintasi kolam tanah yang dipenuhi ikan. Tertera keterangannya untuk terapi ikan.
Airnya jernih, cukup dingin. Aku bermain air untuk sesaat. Sembari duduk santai, kudengarkan cerita ibu tentang kondisi Belik Sri Kuning ini. Beliau mengulang-ulang jika tempat ini pernah ramai. Memang sayang rasanya tempat ini terabaikan.
Terdapat jalur jalan kaki yang menurutku cukup nyaman untuk dilintasi sembari membawa anak kecil. Beberapa tempat duduk tersebar, pun dengan bangunan pendopo kecil. Tak ketinggalan di dekat kolam ikan, ada juga patung gajah.
Belik Sri Kuning ini berdekatan dengan sungai, hanya dipisah jalanan kecil. Kolam ikan untuk terapi kaki dipenuhi batang bambu yang melintang. Mungkin tujuan bambu ini untuk pijakan kaki agar tak menyentuh dasar kolam.
Berbagai fasilitas yang sudah ada di Belik Sri Kuning |
Pun sudah ada larangan untuk bermain air di sini. Pengunjung tidak diperbolehkan mandi di kolam terapi ikan. Tentu bertujuan agar kolam ini sesuai dengan fungsinya. Meski, tiap akhir pekan, terkadang ada anak kecil yang turun dan menangkap ikannya.
Gerombolan ikan kecil berwarna kuning hilir mudik. Sesekali kupotret sebisanya, ikan-ikan ini yang nantinya mendekati kaki dan semacam menggigit kaki ketika kita menurunkan kedua kaki di dalam air. Aku tertarik untuk mencobanya.
Suasana di Belik Sri Kuning cukup teduh, banyak pohon rindangnya. Kedua sepatu sudah kulepas, aku ingin menjajal sensasi terapi ikan di Belik Sri Kuning. Begitu kaki kuturunkan, puluhan ikan mendekat seperti menggigit kulit luar. Geli rasanya.
Sontak kuangkat kaki. Ternyata, terapi kaki cukup geli, bahkan menurutku sangat sensitif untuk kedua kakiku. Kembali kucoba sedikit demi sedikit, kembali puluhan ikan ini tampaknya begitu bersemangat menggigit kulit kaki. Bahkan terlihat rebutan mencari daerah yang kosong.
Beruntung ada batang bambu yang dijadikan pijakan kaki, begitu terasa geli, kuangkat kaki. Dulu, di salah satu tempat pemandian, aku pernah terapi ikan, tapi seingatku ikannya tidak sebesar yang ada di Belik Sri Kuning. Warnanya pun cenderung gelap.
Satu jam lebih aku di sini, dua ibu yang mencuci sudah pulang, tinggal satu yang tadi datang terlambat. Aku menyapa sembari berpamitan. Kutinggalkan Belik Sri Kuning melintasi jalur yang berbeda. Kali ini, aku menyusuri Selokan Mataram.
Tentu yang kuharapkan pastinya pengelola ataupun Pokdarwis Belik Sri Kuning kembali merawat destinasi ini dan mempromosikan lebih giat lagi. Selain itu, warung yang sempat tutup harapannya dibuka, sehingga dapat untuk mengeteh para pengunjung.
Kita tidak tahu ke depannya seperti apa. Melihat potensi yang ada di Belik Sri Kuning, destinasi ini cukup menarik bagi pecinta sepeda yang melintasi daerah Kalasan. Siapa tahu, keberadaan Belik ini menarik bagi pesepeda dan ramai kunjungannya.
Harapan dan doa pasti menginginkan Belik Sri Kuning kembali menggeliat, membuat perekonomian masyarakat sekitar berputar. Bagiku, mengunjungi dan menuliskan di blog serta membuat vlog sederhana adalah cara membantu destinasi ini dikenal kembali. *Kalasan, 02 Oktober 2022.
Dulu aku pikir kolam2 begini itu apa ga kotor tiap hari dipake nyuci. Ternyata airnya ngalir ya mas 😄. Kirain dulu mikirnya tampungan doang.
BalasHapusPengen sih rasain main air di sana. Apalagi bersumber dari mata air jernih begitu.
Yg kolam ikan, aku dulu pertama kali cobain terapi ikan, udh kayak orang gila, ketawa saking gelinya. Tapi kaki tetep dimasukin ke air hahahaha 😅. Sbnrnya pengen ngajakin anak2, cobain terapi ya. Aku yakin mereka ketawa2 juga 😁
Rata-rata memang air mengalir mbak, biar busa air yang untuk mencuci mengalir.
HapusSeru koh kalau terapi ikan seperti ini hahahhahha
wih bening tenan banyune,
BalasHapusaku baru sekali terapi kaki pake ikan.. geli geli sakit, heuheuheu
Aku dulu pernah jajal, tapi ikannya yang agak kecil. Sekarang ikannya gede-gede dan banyak
HapusSangat disayangkan jika tempat ini menjadi sepi. Semoga bisa segera bangkit dan ramai dikunjungi orang-orang dan suasananya menjadi lebih hidup
BalasHapusMemang disayangkan, karena tempat ini sebenarnya mempunyai potensi lebih bagus.
HapusAku berpikir keras, Mas SItam. Itu ibu nyuci2 di air Bilik Sri Kuning memang udah biasa sehari2 atau ga? Ngeri lihat warna airnya item gitu hihihi :( Kayaknya memang belum banyak orang tahu tempat ini ya kok sepi banget. Terapi ikan kayaknya yang paling asyik wkwkwkwk geli2 menyehatkan ya.
BalasHapusSebenarnya air ini jernih sekali mbak, dan terus mengalir. Kelihatan hitam karena bagian dasar kolam itu gelap. heeeee
HapusSuasananya syahdu sekali ya. Kalau bersepeda dalam situasi seperti itu, sepertinya waktu panjang pun takkan terasa.
BalasHapusAku udah lama ga terapi ikan, hehehe. Pengin coba tapi jauh sekali ya ke klaten sana.
Bisa nyari di daerah terdekat, mas. heheheh
Hapussedih juga tempatnya jadi sepi
BalasHapusbtw ... saya paling geli .. ngga kuat lama lama terapi ikan
memang disayangkan kang banyak yang terbengkalai.
Hapus