Melihat Wisatawan Bermain Papan Selancar di Pantai Pulau Merah Banyuwangi - Nasirullah Sitam

Melihat Wisatawan Bermain Papan Selancar di Pantai Pulau Merah Banyuwangi

Share This

Surfing di pantai Pulau Merah Banyuwangi
Surfing di pantai Pulau Merah Banyuwangi
Perjalanan lebih 2 jam dari hotel Mirah menuju pantai Pulau Merah. Bus yang kami naiki akhirnya sampai di parkiran pantai. Seluruh penumpang turun, aku sendiri bersantai di bawah pohon rindang. Akhirnya kami sampai di destinasi tujuan pertama di Banyuwangi.

Seluruh rombongan mengikuti arahan pemandu. Aku mencari tempat kamar kecil. Di pantai Pulau Merah, sudah ada banyak fasilitas kamar mandi. Kuberikan uang lembar 2.000 rupiah, ibu penjaga kamar mandi mengatakan bahwa tarif kamar mandi 3.000 rupiah.

“Tidak usah dikembalikan, bu,” ujarku sembari memberikan satu lembaran uang lagi.

Tepat pukul 10.30 Wib, kami sudah bersantai. Rombongan mulai berfoto dan mengambil konten baik foto maupun video. Aku masih duduk santai di salah satu bawah pohon yang tak jauh dari warung. Kelapa muda bertumpukan, seakan-akan menggoda kala siang.
Landmark di pantai Pulau Merah Banyuwangi
Landmark di pantai Pulau Merah Banyuwangi
Landmark tulisan pantai Pulau Merah menjadi spot favorit untuk berfoto. Aku menunggu sampai agak sepi, lantas mengambil beberapa jepretan sebelum menuju pantai. Hamparan pasir putih membentang panjang, di tengah-tengah sudah ada banyak payung peneduh yang disewakan.

Angin laut kencang, menjadikan panas terik matahari sedikit terkaburkan. Di tepian pantai, terdapat posko yang menyewakan papan selancar. Aku baru tahu kalau pantai Pulau Merah ternyata menjadi spot favorit para peselancar.

Seorang wisatawan manca mulai mendekat. Dia hendak menyewa salah satu papan selancar. Terlihat dia sedang berbincang dengan remaja yang menjaga tempat penyewaan papan selancar. Obrolannya terdengar olehku.

“Oh tidak, terima kasih. Saya bisa berselancar tanpa pendamping,” terangnya pada pemilik papan selancar.
Masyarakat lokal melayani penyewaan papan selancar di pantai Pulau Merah Banyuwangi
Masyarakat lokal melayani penyewaan papan selancar di pantai Pulau Merah Banyuwangi
Pantai Pulau Merah sudah lama dikenal para wisatawan. Bahkan pantai yang berlokasi di desa Sumberagung, Pesanggaran ini tercatat pernah menjadi tempat untuk gelaran selancar internasional. Tercatat di tahun 2013, pantai Pulau Merah pernah menjadi lokasi Red Island Banyuwangi Surf Competition.

“Satu bule sewa papan selancar. Ini lagi jalan ke sana,” ujar pemuda melalui gawai.

Pemuda ini mengatakan kalau tempat penyewaan papan selancar ini masih satu pemilik dengan yang ada di ujung satunya. Sehingga mereka berkomunikasi berapa lama durasi penyewaan papan selancar. Dari kejauhan, terdapat gugusan pulau yang tampak dari pantai Pulau Merah.

Pulau terdekat adalah pulau Merah. Di depannya, ombak laut lumayan stabil dengan ketinggian sedang. Hal ini yang menjadikan pantai Pulau Merah sebagai salah satu spot menarik untuk berlatih selancar. Siang ini, ada puluhan wisatawan manca yang bermain surfing.

Air dangkal, angin lumayan kencang, dan pulau Merah di belakangnya menjadikan pemandangan siang ini indah. Dari kejauhan, aku melihat para peselancar sedang berusaha menaiki papannya. Sementara itu, pendamping dari masyarakat lokal mengamati dari tengah dengan kaus warna merah cerah.
Wisatawan manca sedang asyik bermain selancar di pantai Pulau Merah Banyuwangiu
Wisatawan manca sedang asyik bermain selancar di pantai Pulau Merah Banyuwangiu
Di pantai Pulau Merah, ada beberapa tempat untuk menyewa papan selancar. Semua papan selancar harga sewanya sama. Untuk sekadar bermain, biayanya 100.000 rupiah. Jika ingin belajar sekalian dengan mendapatkan lisensi sekitar 300.000 rupiah.

Spot untuk berselancar pun tak sama. Mereka yang masih pemula, biasanya berlokasi di perairan dangkal. Untuk mereka yang sudah professional bisa berlokasi lebih jauh di tengah. Ombak di tengah lebih besar dan panjang.

Sedari tadi, banyak wisatawan manca yang sedang berlatih. Mereka memilih perairan dangkal dengan ombak kecil untuk belajar berdiri di papan selancar. Acapkali aku melihat mereka terjatuh ketika diterjang ombak. Sepertinya, pantai Pulau Merah menjadi spot menyenangkan untuk bermain selancar.

Kulihat jam tangan, waktunya menjelang siang. Kami berencana salat jumat di masjid terdekat yang lokasinya tidak jauh dari pintu masuk. Sayangnya, masjid tersebut tidak digunakan salat jumat, jadi kami harus jalan kaki lebih satu kilometer di masjid yang biasa untuk salat jumat.
Duduk santai melepas lelah di pantai Pulau Merah Banyuwangi
Duduk santai melepas lelah di pantai Pulau Merah Banyuwangi
Untungnya, bus yang kami naiki mengantarkan sampai masjid. Adanya bus besar di jalan kecil menuju masjid menjadi pemandangan tersendiri. Kami tertawa bersama ketika pulang dari salat jumat. Pengalaman yang menyenangkan.

Selesai salat jumat, kami kembali ke salah satu warung. Di sana sudah disiapkan makan siang dan kelapa muda. Menu yang disajikan mulai dari ikan bakar, kerang, hingga udang. Siang ini, kami menikmati santap siang sembari melihat aktivitas wisatawan di pantai Pulau Merah.

Di salah satu area parkir, terdapat satu armada Damri. Aku tidak tahu, apakah Damri ini memang rutin setiap hari melintasi trayek menuju pantai Pulau Merah. Jika benar, tentu menyenangkan. Karena jarak dari kota Banyuwangi ke pantai Pulau Merah sekitar 70 kilometer.

Payung-payung yang ada di pantai Pulau Merah mulai ramai disewa para turis manca. Mereka melepas lelah sembari berjemur selepas bermain selancar. Meski hamparan pasir tak panjang, tapi pantai Pulau Merah memang menjadi idola. Khususnya bagi para penghobi surfing. * Banyuwangi; 26 September 2025.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages