[Review] Novel Hujan Bulan Juni – Sapardi Djoko Damono - Nasirullah Sitam

[Review] Novel Hujan Bulan Juni – Sapardi Djoko Damono

Share This
Cover Novel Hujan Bulan Juni
Cover Novel Hujan Bulan Juni (gambar: Gramedia.com)
Hujan Bulan Juni – Sebuah novel karya Sapardi Djoko Damono yang diterbitkan oleh Gramedia pada Juni 2015. Novel setebal 135 halaman ini menceritakan tentang kehidupan antara dua sejoli (Sarwono & Pingkan) yang penuh liku. Di dalam tulisannya, Sapardi Djoko Damono tetaplah memunculkan ciri khasnya yang lihai dalam membuat kalimat. 

Banyak kalimat yang terbaca seperti sebuah syair dalam setiap percakapan. Muncul juga beberapa kalimat percakapan yang menggunakan bahasa Jawa pada di dalam novel ini. Disisipkan juga beberapa bait puisi yang menambah bumbu romantika dalam sebuah kehidupan dan hubungan.
Novel Hujan Bulan Juni - Sapardi Djoko Damono
Novel Hujan Bulan Juni - Sapardi Djoko Damono

Judul : Hujan Bulan Juni
Penulis : Sapardi Djoko Damomo
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Juni 2015
ISBN : 9786020318431
Tebal : 135 Halaman

Sosok Sarwono adalah dosen muda yang mengajar Antropolog yang lihai dalam membuat baitan puisi memenuhi sudut surat kabar ini menjalin hubungan dengan Pingkan, Pingkan sendiri merupakan dosen muda di prodi Jepang. Pada dasarnya mereka sudah kenal sejak lama, apalagi Sarwono sendiri adalah teman dari kakak Pingkan, Toar. 

Mereka pun bingung sampai kapan hubungan ini dapat berlanjut ke pernikahan. Sebuah prosesi yang membutuhkan pemikiran dan tahap lebih dewasa. Sementara pada saat ini, mereka masih asyik dengan status pacaran sekarang.

Ada banyak likuan hidup yang dihadapi Sarwono dengan Pingkan. Terlebih mereka adalah sosok yang berbeda dari kota, budaya, suku, bahkan agama. Sarwono yang dari kecil hidup di Solo, sudah pasti orang Jawa. Sedangkan Pingkan adalah campuran antara Jawa dengan Menado. Ibu Pingkan adalah keturunan Jawa yang lahir di Makassar, sedangkan bapak Pingkan berasal dari Menado. 

Di sini mereka berdua tidak mempersoalkan apa itu suku beda, ataupun keyakinan yang berbeda. Ya Sarwono yang sangat taat pada agamanya (Islam), dan sosok Pingkan yang juga meyakini agama (Kristen) sepenuh hati.

Permasalahan tentang agama ini dicuatkan oleh keluarga besar Pingkan yang di Menado. Dengan berbagai cara mereka selalu bertanya pada Pingkan tentang hubungannya dengan Sarwono. Pertanyaan yang terlihat berniat menyudutkan, berharap Pingkan tidak melanjutkan hubungan dengan Sarwono. Harapan keluarga besarnya adalah dia menikahi sosok dosen muda yang pernah kuliah di Jepang dan sekarang mengajar di Manado. 

Sosok pemuda yang dari dulu juga menaksir Pingkan. Namun dengan berbagai upaya, Pingkan tetap bersikukuh mempertahankan hubungan itu dengan serius. Bahkan, dia berencana kalau menikah akan meninggalkan Menado dan tinggal selamanya di Jakarta. Tempat dia berkerja sebagai dosen.

Hubungan asmara Pingkan dan Sarwono ini tidak hanya mendapatkan aral dari keluarga besar Pingkan saja. Ketika Pingkan berhasil mendapatkan beasiswa ke Jepang, Sarwono merasa kehilangan dan ketakutan. Ketakutannya bukan dari keraguannya atas cinta Pingkan, namun lebih pada kehidupan dan orang yang ada di Jepang. 

Yah, di Jepang ada sosok sontoloyo Katsuo. Katsuo sendiri adalah dosen Jepang yang pernah kuliah di UI, tempat Sarwono dan Pingkan mengajar sekarang. Dan selama di Indonesia, Katsuo sangat dekat dengan Pingkan.

Tidak hanya alur tentang bagaimana Sarwono menahan diri dan meyakinkan dirinya sendiri kalau Pingkan tetap setia padanya. Di sini juga ada cerita bagaimana Sarwono harus kuat melawan batuk yang tidak berkesudahan. 

Batuk yang pada akhirnya membuat dia harus terkapar di pembaringan Rumah Sakit. Ada juga kisah tentang arti dari penamaan Pingkan, ya nama Pingkan diambil dari sebuah cerita yang sudah melegenda di Menado.

Berikut beberapa kutipan kalimat ataupun puisi yang ada di dalam novel ini;

“Tanpa aku kirim pun, karena puisi itu shaman tentu pesannya sudah sampai ke Kyoto. Ia merasa puas dengan pernyataannya sendiri – Halaman 8”

“Apa dosa dan salahku maka aku telah mencintai laki-laki Jawa yang sering zadul mikirnya ini? – Halaman 36”

“Yang aku cintai adalah Matindas yang lain-Tuama Minahasa yang bisa menaklukkan hatiku – Halaman 57”

Katamu dulu kau takkan meninggalkanku
Omong kosong belaka!
Sekarang yang masih tinggal
Hanyalah bulan
Yang bersinar juga malam itu
Dan kini muncul kembali
(Hujan Bulan Juni – Halaman 94)

Kita tak akan pernah bertemu;
Aku dalam dirimu
Tiadakah pilihan
Kecuali di situ?
Kau terpencil dalam diriku
(Hujan Bulan Juni – Halaman 133)

Sungguh alur cerita yang sulit untuk ditebak. Tulisan yang membuat pikiran melayang-layang seperti seorang penyair yang pandai memuji, namun kerap kali terlihat rapuh dan mudah meneteskan airmata. Pergolakan hati yang terus bertanya bagaimana mungkin aku bisa tetap meyakinkan diri ini dalam suatu hubungan, kalau kenyataannya kita sekarang berjauhan. 

Novel ini benar-benar membuat kita terhanyut dalam alurnya ketika sedang membaca. Aku rekomendasikan untuk membaca novel ini dan memilikinya, sebuah novel dengan cara penulisan yang berbeda serta penuh syair di setiap kalimatnya.

77 komentar:

  1. wah ceritanya pasti seru deh :D jadi pengen baca .. boleh pinjem :D

    BalasHapus
  2. ini latarnya di Kyoto ya bukan di Indonesia?
    jadi pengen baca nih, cari dulu ke gramedia :)

    BalasHapus
  3. Menarik banget ya Novel ini. Mas Rullah membuat sinopsisnya juga keren banget. bikin penasaran saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeee, ini juga latihan nulis yang seperti ini, mas. Mumpung punya koleksi baru :-)

      Hapus
  4. penasaran sama ceritanya pengen baca juga

    BalasHapus
  5. bulan juni menyimpan sejuta cerita.

    BalasHapus
  6. Sapardi Djoko Damono seorang yang nggak diragukan lagi kemampuannya. :D

    BalasHapus
  7. Udah ane list buat buku yang harus dibaca pas liburan. Heheheh :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak sampe sehari pasti langsung kelar bacanya :-D

      Hapus
  8. Nemu blog e mas Sitam hhaha
    nyilih bukune aku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haduh ketahuan sama orang kantor atas hahahhhahah. Wani piro arep nyileh? hahahhaha

      Hapus
  9. aku baca buku ini, walaupun lebih suka buku puisinya sih.

    BalasHapus
  10. soalnya buku puisinya lebih kaya diksi, sangat sapardi, pilihan katanya sederhana namun begitu dirangkai jadi kalimat keren bangettt...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku malah belum baca Puisinya, mbak. Besok aku coba baca. Temen punya yang puisinya.

      Hapus
    2. Halo kakak! Tak disangka aku bisa baca ini. Tulisan ini sudah lama sekali ditulis, ternyata saya sangat telat membaca tulisanmu. Hehe

      Hapus
    3. Halo Mas Kamal, lama nggak bersua. Sepertinya beberapa tahun terakhir produktif banget buat buku. Sukses ya.

      Hapus
  11. wah aku penggemar puisi2nya, baru tau kalo SDD nerbitin novel, masih ada dijual gak ya novelnya?

    BalasHapus
  12. harga novel Sapardi Djoko Damono sekitar berpaan gan ? thanks

    BalasHapus
  13. bagi yang suka puisi, pasti tulisan sang maestro ditunggu-tunggu. tapi kalau bagi yang gak suka apa suka dan mengerti juga ya?
    Tapi kalau saya sendiri suka puisi mas :) tapi lom punya buku tulisan2 beliau

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tiap tulisan Sapardi pasti memperkaya kita dalam mendapatkan dikis. Benar-benar keren :-)

      Hapus
  14. The information you provide on this afternoon so rewarding once thanks .

    BalasHapus
  15. aku tahunya Juni di bulan Juli itu judul puisi, pernah lihat novel ini di gramedia tapi tak beli, aku ngefans sm sapardi sampe punya tanda tangan beliau waktu seminar bahasa di palembang, puisi yang aku hapal isinya sih yg judulnya "aku ingin mencintaimu dengan sederhana" soalnya romantis dan singkat hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahh udah dapat tanda-tangan beliau. Aku malah belum pernah ketemu beliau :-(

      Hapus
  16. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehhee, memang harus seperti itu biar menarik mas :-D

      Hapus
  17. Pengen numpang baca aja di gramed ni wahaha becanda..
    Suka banget dengan puisi apalagi berkaitan dengan hujan, bikin penasaran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak papa, siapa tahu dari baca langsung minat beli ahhahaha

      Hapus
  18. di gramed novel dan sajak hujan bulan juni masih ada gak ya?:')

    BalasHapus
  19. Balasan
    1. Novel dan puisinya laris, dan masih ada di Gramedia

      Hapus
  20. aku baca buku ini, walaupun lebih suka buku puisinya sih. terimakasih

    BalasHapus
  21. masih penasaran sama buku ini, tapi selalu lupa ambil kl sudah di toko ;(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buruan beli, malah rencananya akan dibuatkan menjadi film loh

      Hapus
  22. Sarwono yang gigih dan Pingkan yang ah, memikat hati, Hujan di Bulan Juni perlu dibaca perlahan, berulang kali sambil dinikmati, jika tidak bakal bingung sendiri. Oya, mumpung bulan Juni, tepatnya kayaknya baca sastra klasik ini (lagi), oh, pingkan. *halah

    BalasHapus
  23. Bahasa yang terlalu tinggi atau ilmu ku tentang sastra yang jongkok yaa . Harus baca 2 sampai 3 kali . Huft

    BalasHapus
    Balasan
    1. Justru harusnya bahagia jiga baca berkali-kali :-)

      Hapus
  24. wah kalao murah bisa beli berapa edisi ini ?

    BalasHapus
  25. Pak sapardi.. semoga sehat-sehat selalu amiin

    BalasHapus
  26. Aku baru selesai baca ini nih, emang keren banget. Nunggu filmnya rilis di Banjarnegara lama banget. Huhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheheh aku malah belum terpikirkan lihat filmnya :-D

      Hapus
  27. Keren banget bukunya. aku udah selesai bac ini. lagi tunggu filmnya kayakna seru tuh filmnya

    BalasHapus
  28. ini novel emang keren banget. tapi tahu ada novel ini justru setelah filmnya keluar. baca novelnya butuh pemahaman banget untuk memahami setiap kata di novelnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pemilihan diksi dalam novelnya mirip dengan puisi dengan judul yang sama. Saya malah belum nonton filmnya.

      Hapus
  29. puisinya bagus banget, reviewnya juga bagus seperti nonton film aslinya

    BalasHapus
  30. Selalu saja ulasang dari Mas Sitam, membius para pembaca untuk segera melakukan action beli novelnya, saya belum membaca novelnya hanya liat Film Dulu, mesti adegannya lebih detail yang di novel, sip ulasan yang mantab kang :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya malah tidak nonton filmnya mas. Bagusan bukunya ahahhaha

      Hapus
  31. Filemnya keren sih ini.

    Btw, folback ya bang, hihi..

    BalasHapus
  32. makasih info nya mas, sampai sekarang blm pernah baca..

    BalasHapus
  33. Baca reviewnya lalu mencoba-coba mengingat cerita yg sama. Eh ya Allah ini dulu jadi bahan ujian kenaikan level kelas speaking di pare. Wah ternyata bukunya Mbah Sapardi yaaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, iya kah? berarti menarik yang membuat soal, beliau baca buku eyang.

      Hapus
  34. Novelnya sama persis dengan alur cerita film-nya ya mas. Tapi sampe sekarang aku belum tahu nih kelanjutan hubungan pingkan dan sarwono. Hubungan itu emang sulit ditebak ya, apalagi hubungan percintaan.
    Aku selalu suka dengan cerita dengan alur sulit ditebak begini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku malah belum tahu film-nya, tapi biasanya dibuat berbeda

      Hapus
  35. Masih ada ga sih novel Hujan Bulan Juni ini di Gramedia? Aku ga ngikutin ceritanya sih hihihihi :) Kepengen punya Me Time bacanya, ditemani secangkir kopi dan sepiring besar roti kabar hehehe :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih mbak, kayaknya cover baru. Oya Beliau juga menerbiutkan novel terakhir dan belum tuntas, judulnya Sunyi adalah Minuman Keras. Kemarin saya sudah baca novelnya. Penerbit juga Gramedia

      Hapus

Pages