Mengintip Koleksi Buku di Perpustakaan Desa Kemujan, Karimunjawa - Nasirullah Sitam

Mengintip Koleksi Buku di Perpustakaan Desa Kemujan, Karimunjawa

Share This
Salah satu kegiatan yang tidak kurencanakan selama di Karimunjawa adalah berkunjung ke Balai Desa Kemujan, Karimunjawa. Tujuan awal aku ke sini adalah untuk berpamitan pada bapakku yang sedang bertugas di Balai Desa. Kuparkirkan sepeda motor di halaman Balai Desa, lalu berjalan menuju ruangan yang ada di dalam Balai Desa. Dari luar sini terlihat banguan Balai Desa yang sepi.

Pada dasarnya layanan berjalan selama jam kerja, namun tidak dapat dipungkiri, karena sebagian besar penduduk adalah nelayan, mereka pun kadang melakukan hal-hal yang berkaitan dengan urusan desa pada malam hari. Hal ini sudah turun-temurun dari dahulu, sehingga para pegawai desa pun paham dengan tugas tambahan tersebut dengan 24 jam. Bahkan, selepas magrib adalah waktu tersibuk sebagai Pamong Desa.

Bangunan kokoh sisi kiri dan tampak baru itu adalah lapangan Bulutangkis. Lapangan tersebut digunakan warga setempat untuk bermain Bulutangkis. Tidak ada persyaratan yang khusus untuk dapat menggunakan lapangan Bulutangkis, cukup datang dan langsung main. Jika banyak orang yang main, berarti harus antri sesuai dengan kesepakatan. 

Kaki-kaki kecilku melangkah memasuki salah satu ruangan yang ada di Balai Desa. Kuhampiri bapak yang sedang duduk dikursi untuk berpamitan. Siang ini aku harus meninggalkan Karimunjawa menuju Jogja menaiki Susi Air. Tidak lupa para petugas desa lainnya pun kusalami, semua yang berjumlah 6 orang kukenali semua, termasuk Sekdesnya, karena beliau adalah pamanku sendiri.
Kantor Balai Desa Kemujan, Karimunjawa
Kantor Balai Desa Kemujan, Karimunjawa
Oya, mana koleksi bukunya, Wak? Katanya dapat sumbangan buku dari Perpusda Jepara?” Celetukku ke paman. Panggilan “Uwak” sudah melekat sejak kecil.

“Di sana,” Tunjuk beliau ke arah salah satu sudut yang terdapat jejeran rak.

Aku menuju rak tersebut, di sana ada dua rak sedang yang dipenuhi koleksi buku berbagai tema. Kubaca salah satu label yang sudah ada dipunggung buku, di sini tertulis jelas bahwa koleksi ini adalah milik Perpustakaan Daerah Jepara yang sudah dihibahkan ke Desa Kemujan. Semua koleksi asal ditata tanpa mengikuti aturan yang baku. Bahkan tidak sesuai dengan urutan nomor klasifikasi letaknya. 

Bagi petugas Balai Desa, yang terpenting adalah tempatnya rapi dan tidak amburadul. Untuk meminjam koleksi ini, warga setempat diperbolehkan meminjam. Mereka harus menulis dibuku (judul yang dipinjam dan nama peminjam). Sangat simpel sekali, setiap harinya pasti ada yang meminjam koleksi untuk dibawa pulang.
Koleksi yang ada di rak Perpustakaan Desa Kemujan
Koleksi yang ada di rak Perpustakaan Desa Kemujan
Koleksi yang ada di rak Perpustakaan Desa Kemujan
“Banyak yang pinjam, mbak?” Tanyaku pada Mbak yang jaga disampingku.

“Setiap hari pasti ada, Rul. Tapi tidak banyak,” Jawabnya.

Aku tidak banyak bertanya lagi, namun sengaja melihat beberapa tema koleksi yang ada. Ada beberapa novel, buku tentang mengasuh anak, buku tentang pertanian, bahkan cerita anak. Tidak ketinggalan juga buku cerita nabi. 

Mbak-mbak tersebut masih menemaniku, lalu kujelaskan jika sebaiknya koleksi tersebut ditata berurutan sesuai nomor panggilnya dari ujung paling atas rak. Dengan seperti itu, nantinya akan terlihat lebih rapi. Aku ingat, pada awal Balai Desa ini diberi sumbangan buku baru, mbak-mbak inilah yang menelponku dan memintaku untuk mengajarinya membuat katalog buku via telepon.

Bagi warga Kemujan, walau koleksi buku ini sedikit, mereka tetap bangga. Setidaknya di Balai Desa ini ada perpustakaan kecil, dimana mereka bisa meluangkan sedikit waktu dengan membaca jika tidak ada kerjaan, atau warga setempat yang luang pun bisa meminjam untuk dibaca di rumah. 

Semoga pemerintah setempat lebih giat lagi memberi sokongan koleksi, dana, dan memberikan apresiasi yang lebih bagi desa-desa yang menggalakkan perpustakaan di desanya. Suatu kebanggaan tersendiri, di desa yang jauh dari hiruk-pikuknya kota, terpisah puluhan mil lautan, di Balai Desanya terdapat koleksi buku yang disebut dengan “Perpustakaan Desa Kemujan.”
Baca juga tulisan lainnya 

26 komentar:

  1. hmmmm...pelesiran lagi..pelesiran lagi..dan nulis blognya tengah malem ya, hhhihi
    Apakah ke tempat ini pake sepeda juga, Rul...?

    BalasHapus
  2. Buku memang sangat penting untuk bahan bacaan. Meskipun perpustakaan di atas bukunya masih tergolong sedikit mudah-mudahan tidak menyulutkan semangat masyarakat setempat untuk tetap membaca

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, mas. Sedikit tapi sangat bermanfaat jika penduduk setempat mau membaca. Tidak dipungkiri, minat baca di desa masih rendah, dengan adanya buku seperti ini, pasti bisa mendukung untuk gemar membaca.

      Hapus
  3. buku emang gudangnya ilmu. sepertinya sudah banyak mas. bukunya kalo di susun menur saya mending berdasarkan tea. dalam tema itu berdasarkan abjad

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya buku sudah ada cara klasifikasinya, mas. Menggunakan dewey decimal classification (DDC) untuk koleksi umum, Kalau koleksi Islam ada sendiri klasifikasinya (2X; dibaca 2 EX)

      Hapus
  4. Jadi ingat kalau saya dulu pernah dapat diklat singkat pengelolaan perpustakaan di kota Pontianak. Trainingnya 4 hari. Materinta cukup jelimet terutama kode kode dan pengarsipannya. Yahuud mas artikelnya. Best of the best

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar pak, karena harus menggabungkan antara Klasifikasi dan Katalogisasi :-)

      Hapus
  5. masih banyak juga yah mas yang pinjam buku di perpustakaan
    saya kira karena udah maju, orang-orang lebih milih google aja klo buat bahan bacaan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena di kampung orang lebih suka membaca buku atau koran daripada pegang gadget :-D

      Hapus
  6. Wahh, apa bisa ya, kalo laon waktu jalan jalan ke Karimunjawa mampir ke sini? Penasaran sama minat baca warga di Karjaw.

    BalasHapus
  7. Jadi iri nih,, banyak banget buku bacaanya,, coba ditempatku ada yang seperti itu...

    BalasHapus
  8. Kepengen coba pinjem buku ke perpustakaan desa kemujan ini, kadang lebih lengkap buku yang ada di perpustakaan dari pada di google

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buku tidak harus memikirkan akses internet, dan membaca dibuku jauh lebih nyaman biasanya :-)

      Hapus
  9. Wah mantap mas,, ngetrip ke perpustakaan lagi ya ??
    Hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeee, entahlah mas. Sepertinya aku kecanduan mengunjungi buku-buku yang tertata di rak :-D

      Hapus
  10. meski cuma dua rak kecil, tapi pasti sangat bermanfaat itu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, mesti keingat waktu donatur buku di Borneo hhehheheheh

      Hapus
  11. Cuma sedikit yah...
    Hemm... yang sudah pada baca buku balikin dong... :D
    Supaya penuh lagi itu rak buku...
    Satu buku saja sangat berharga, oleh karena itu hargailah hasil karya seseorang...
    Karena orang yang selalu ingin belajar masih sangat banyak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagi setiap perpustakaan, buku tidak kembali dan rusak karena dibaca itu jauh lebih bermanfaat daripada tertata rapi di rak tanpa dijamah :-D

      Hapus
  12. Hebat ya mas, di balai desa sudah ada perpustakaan untuk warga, semog bisa dikembangkan dengan kegiatan positif untuk mencerdasakan anak bangsa untuk lebih pintar dan cerdas, semoga saja nambah buku koleksi ny, dan yang perlu ditanamkan kepada generasi mud untuk bisa memelihara bersama keutuhan bukunya, terutama yang pada minjambisa mengembalikannya dengantepat waktu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar kang, walau tujuan utama saat ini adalah, bagaimana membuat orang menjadi lebih ingin/senang membaca :-D

      Hapus

Pages