Salah satu kegiatan yang tidak
kurencanakan selama di Karimunjawa adalah berkunjung ke Balai Desa Kemujan,
Karimunjawa. Tujuan awal aku ke sini adalah untuk berpamitan pada bapakku yang
sedang bertugas di Balai Desa. Kuparkirkan sepeda motor di halaman Balai Desa,
lalu berjalan menuju ruangan yang ada di dalam Balai Desa. Dari luar sini
terlihat banguan Balai Desa yang sepi.
Pada dasarnya layanan berjalan selama jam kerja, namun tidak dapat dipungkiri, karena sebagian besar penduduk adalah nelayan, mereka pun kadang melakukan hal-hal yang berkaitan dengan urusan desa pada malam hari. Hal ini sudah turun-temurun dari dahulu, sehingga para pegawai desa pun paham dengan tugas tambahan tersebut dengan 24 jam. Bahkan, selepas magrib adalah waktu tersibuk sebagai Pamong Desa.
Pada dasarnya layanan berjalan selama jam kerja, namun tidak dapat dipungkiri, karena sebagian besar penduduk adalah nelayan, mereka pun kadang melakukan hal-hal yang berkaitan dengan urusan desa pada malam hari. Hal ini sudah turun-temurun dari dahulu, sehingga para pegawai desa pun paham dengan tugas tambahan tersebut dengan 24 jam. Bahkan, selepas magrib adalah waktu tersibuk sebagai Pamong Desa.
Bangunan kokoh sisi kiri dan tampak
baru itu adalah lapangan Bulutangkis. Lapangan tersebut digunakan warga
setempat untuk bermain Bulutangkis. Tidak ada persyaratan yang khusus untuk
dapat menggunakan lapangan Bulutangkis, cukup datang dan langsung main. Jika
banyak orang yang main, berarti harus antri sesuai dengan kesepakatan.
Kaki-kaki kecilku melangkah memasuki salah satu ruangan yang ada di Balai Desa. Kuhampiri bapak yang sedang duduk dikursi untuk berpamitan. Siang ini aku harus meninggalkan Karimunjawa menuju Jogja menaiki Susi Air. Tidak lupa para petugas desa lainnya pun kusalami, semua yang berjumlah 6 orang kukenali semua, termasuk Sekdesnya, karena beliau adalah pamanku sendiri.
Kaki-kaki kecilku melangkah memasuki salah satu ruangan yang ada di Balai Desa. Kuhampiri bapak yang sedang duduk dikursi untuk berpamitan. Siang ini aku harus meninggalkan Karimunjawa menuju Jogja menaiki Susi Air. Tidak lupa para petugas desa lainnya pun kusalami, semua yang berjumlah 6 orang kukenali semua, termasuk Sekdesnya, karena beliau adalah pamanku sendiri.
Kantor Balai Desa Kemujan, Karimunjawa |
“Oya,
mana koleksi bukunya, Wak? Katanya dapat sumbangan buku dari Perpusda Jepara?”
Celetukku ke paman. Panggilan “Uwak”
sudah melekat sejak kecil.
“Di sana,”
Tunjuk beliau ke arah salah satu sudut yang terdapat jejeran rak.
Aku menuju rak tersebut, di sana ada dua rak
sedang yang dipenuhi koleksi buku berbagai tema. Kubaca salah satu label yang
sudah ada dipunggung buku, di sini tertulis jelas bahwa koleksi ini adalah
milik Perpustakaan Daerah Jepara yang sudah dihibahkan ke Desa Kemujan. Semua
koleksi asal ditata tanpa mengikuti aturan yang baku. Bahkan tidak sesuai
dengan urutan nomor klasifikasi letaknya.
Bagi petugas Balai Desa, yang terpenting adalah tempatnya rapi dan tidak amburadul. Untuk meminjam koleksi ini, warga setempat diperbolehkan meminjam. Mereka harus menulis dibuku (judul yang dipinjam dan nama peminjam). Sangat simpel sekali, setiap harinya pasti ada yang meminjam koleksi untuk dibawa pulang.
Bagi petugas Balai Desa, yang terpenting adalah tempatnya rapi dan tidak amburadul. Untuk meminjam koleksi ini, warga setempat diperbolehkan meminjam. Mereka harus menulis dibuku (judul yang dipinjam dan nama peminjam). Sangat simpel sekali, setiap harinya pasti ada yang meminjam koleksi untuk dibawa pulang.
Koleksi yang ada di rak Perpustakaan Desa Kemujan |
“Banyak yang pinjam, mbak?” Tanyaku pada Mbak yang jaga disampingku.
“Setiap hari pasti ada, Rul. Tapi tidak banyak,” Jawabnya.
Aku tidak banyak bertanya lagi, namun
sengaja melihat beberapa tema koleksi yang ada. Ada beberapa novel, buku
tentang mengasuh anak, buku tentang pertanian, bahkan cerita anak. Tidak
ketinggalan juga buku cerita nabi.
Mbak-mbak tersebut masih menemaniku, lalu kujelaskan jika sebaiknya koleksi tersebut ditata berurutan sesuai nomor panggilnya dari ujung paling atas rak. Dengan seperti itu, nantinya akan terlihat lebih rapi. Aku ingat, pada awal Balai Desa ini diberi sumbangan buku baru, mbak-mbak inilah yang menelponku dan memintaku untuk mengajarinya membuat katalog buku via telepon.
Mbak-mbak tersebut masih menemaniku, lalu kujelaskan jika sebaiknya koleksi tersebut ditata berurutan sesuai nomor panggilnya dari ujung paling atas rak. Dengan seperti itu, nantinya akan terlihat lebih rapi. Aku ingat, pada awal Balai Desa ini diberi sumbangan buku baru, mbak-mbak inilah yang menelponku dan memintaku untuk mengajarinya membuat katalog buku via telepon.
Bagi warga Kemujan, walau koleksi
buku ini sedikit, mereka tetap bangga. Setidaknya di Balai Desa ini ada
perpustakaan kecil, dimana mereka bisa meluangkan sedikit waktu dengan membaca
jika tidak ada kerjaan, atau warga setempat yang luang pun bisa meminjam untuk
dibaca di rumah.
Semoga pemerintah setempat lebih giat lagi memberi sokongan koleksi, dana, dan memberikan apresiasi yang lebih bagi desa-desa yang menggalakkan perpustakaan di desanya. Suatu kebanggaan tersendiri, di desa yang jauh dari hiruk-pikuknya kota, terpisah puluhan mil lautan, di Balai Desanya terdapat koleksi buku yang disebut dengan “Perpustakaan Desa Kemujan.”
Semoga pemerintah setempat lebih giat lagi memberi sokongan koleksi, dana, dan memberikan apresiasi yang lebih bagi desa-desa yang menggalakkan perpustakaan di desanya. Suatu kebanggaan tersendiri, di desa yang jauh dari hiruk-pikuknya kota, terpisah puluhan mil lautan, di Balai Desanya terdapat koleksi buku yang disebut dengan “Perpustakaan Desa Kemujan.”
Baca juga tulisan lainnya
hmmmm...pelesiran lagi..pelesiran lagi..dan nulis blognya tengah malem ya, hhhihi
BalasHapusApakah ke tempat ini pake sepeda juga, Rul...?
Iya mbak, pake sepeda. Sepeda motor :-D :-D
HapusBuku memang sangat penting untuk bahan bacaan. Meskipun perpustakaan di atas bukunya masih tergolong sedikit mudah-mudahan tidak menyulutkan semangat masyarakat setempat untuk tetap membaca
BalasHapusBenar, mas. Sedikit tapi sangat bermanfaat jika penduduk setempat mau membaca. Tidak dipungkiri, minat baca di desa masih rendah, dengan adanya buku seperti ini, pasti bisa mendukung untuk gemar membaca.
Hapusbuku emang gudangnya ilmu. sepertinya sudah banyak mas. bukunya kalo di susun menur saya mending berdasarkan tea. dalam tema itu berdasarkan abjad
BalasHapusSebenarnya buku sudah ada cara klasifikasinya, mas. Menggunakan dewey decimal classification (DDC) untuk koleksi umum, Kalau koleksi Islam ada sendiri klasifikasinya (2X; dibaca 2 EX)
HapusJadi ingat kalau saya dulu pernah dapat diklat singkat pengelolaan perpustakaan di kota Pontianak. Trainingnya 4 hari. Materinta cukup jelimet terutama kode kode dan pengarsipannya. Yahuud mas artikelnya. Best of the best
BalasHapusBenar pak, karena harus menggabungkan antara Klasifikasi dan Katalogisasi :-)
Hapusmasih banyak juga yah mas yang pinjam buku di perpustakaan
BalasHapussaya kira karena udah maju, orang-orang lebih milih google aja klo buat bahan bacaan
Karena di kampung orang lebih suka membaca buku atau koran daripada pegang gadget :-D
HapusWahh, apa bisa ya, kalo laon waktu jalan jalan ke Karimunjawa mampir ke sini? Penasaran sama minat baca warga di Karjaw.
BalasHapusHeeee, biasa aja singgah ke sini :-D
Hapusbanyak juga koleksi bukunya
BalasHapusHanya dua rak kecil ini, gan
HapusJadi iri nih,, banyak banget buku bacaanya,, coba ditempatku ada yang seperti itu...
BalasHapusSebenarnya buku ini hanya sedikit kok :-)
HapusKepengen coba pinjem buku ke perpustakaan desa kemujan ini, kadang lebih lengkap buku yang ada di perpustakaan dari pada di google
BalasHapusBuku tidak harus memikirkan akses internet, dan membaca dibuku jauh lebih nyaman biasanya :-)
HapusWah mantap mas,, ngetrip ke perpustakaan lagi ya ??
BalasHapusHahahaha
Heeee, entahlah mas. Sepertinya aku kecanduan mengunjungi buku-buku yang tertata di rak :-D
Hapusmeski cuma dua rak kecil, tapi pasti sangat bermanfaat itu :D
BalasHapusIya mas, mesti keingat waktu donatur buku di Borneo hhehheheheh
HapusCuma sedikit yah...
BalasHapusHemm... yang sudah pada baca buku balikin dong... :D
Supaya penuh lagi itu rak buku...
Satu buku saja sangat berharga, oleh karena itu hargailah hasil karya seseorang...
Karena orang yang selalu ingin belajar masih sangat banyak...
Bagi setiap perpustakaan, buku tidak kembali dan rusak karena dibaca itu jauh lebih bermanfaat daripada tertata rapi di rak tanpa dijamah :-D
HapusHebat ya mas, di balai desa sudah ada perpustakaan untuk warga, semog bisa dikembangkan dengan kegiatan positif untuk mencerdasakan anak bangsa untuk lebih pintar dan cerdas, semoga saja nambah buku koleksi ny, dan yang perlu ditanamkan kepada generasi mud untuk bisa memelihara bersama keutuhan bukunya, terutama yang pada minjambisa mengembalikannya dengantepat waktu.
BalasHapusBenar kang, walau tujuan utama saat ini adalah, bagaimana membuat orang menjadi lebih ingin/senang membaca :-D
Hapus