Kembali Bergerilya, Man! - Nasirullah Sitam

Kembali Bergerilya, Man!

Share This
“Sariman kembali bergerilya,” Begitulah kata teman-teman di kos. Aku yang disibukkan oleh pekerjaan pun sedikit lupa bagaimana polah Sariman selama di kos. Kabar Sariman kembali bergerilnya itu diawali dari keterangan Mius. Setiap siang dan tengah malam, kamar Mius dijadikan Warnet pribad Sariman. Kabar burung juga berembus jika Laptop Sariman sedang sekolah di penggadaian. Mungkin titelnya kurang panjang itu Laptop.
Memandang Monitor seharian
Ilustrasi: Memandang Monitor seharian (gambar: http://knowyourmeme.com/)
“Mana orangnya?” Tanyaku ke Mius.

“Itu bang, di kamarku. Dari tadi buka Facebook terus. Chatting sama cewek,” Jawab Mius agak kesal.

“Kita ganggu yuk, boi,” Ajakku.

Gayung pun bersambut. Kamar Mius yang hanya sempit ini kami masuki lima orang. Aku, Mius, Tambor, Tobing, dan Ritonga. Sedangkan di dalam sudah ada satu manusia yang bernama Sariman. Mendapati kami kompak masuk ke kamar Mius, Sariman merasa agak janggal. Toh kamar ini kecil, dan hanya ada kipas angin kecil yang berputar tanpa terasa anginnya.

“Ada apa ini? Kok  masuk sini semua,” Tanya Sariman yang merasa terganggu.

“Apanya kau ini. Orang yang punya kamar tidak protes, kau yang numpang malah protes,” Balas Tambor cepat.

“Aku lagi serius ini, bang.”

“Serius ngerjain apa kau, Man?”

“Wah ada kalian, mending aku buka Facebook aja,” Kilah Sariman. Padahal dari tadi dia memang sudah membuka Facebook.

Kami berpura-pura sedang main Monopoli. Kali ini tidak main online, beberapa waktu lalu Tambor sengaja membeli mainan Monopoli. Jadi bagi yang tidak mempunyai smartphone, dapat main Monopoli sendirian atau dengan yang lain. Sebenarnya agak diskriminatif, namun apa daya, daripada mereka mengganggu yang sedang main, ya mending dibelikan saja. Paling mentok nanti yang main Sariman dengan anak-anak SD sekitaran kos.

“Banyak kali teman cewek di Facebookmu, Man. Kenalin lah ke kami,” Pancing Tambor.

“Mau yang mana, bang? Ini kuliah jurusan Bahasa Inggris, kalo ini di Akper, kalo yang ini di Akbid, kalo yang ini aku kurang tahu di mana ya?” Sariman mencoba mengingat-ingat.

Hebat banget Sariman. Sebanyak itu, dia masih sanggup paham di mana kuliahnya, asalnya, semester berapa, bahkan kadang diselingi dengan bilang, bodinya seksi lah, tingginya semampai lah, rambutnya agak disemir merah lah, bahkan dia juga tahu kalau beberapa di antara cewek tersebut ada yang nyambi kerja di café dll. Emang pantas kau jadi detektif, Man. Karena bergerilya sekarang sudah tidak zamannya.

“Jadi sebanyak itu, emang ada yang mau sama kamu, Man!?”

Sebuah pertanyaan yang tulus keluar dari mulut Mius ini membuat Sariman merasa tertampar.

“Bilang aja bang, kalo komputernya nggak boleh aku pakai online,” Sahut Sariman ketus.

Kami tertawa terbahak-bahak berhasil mengerjai Sariman. Sumpah serapah Sariman pun keluar, ucapan yang mengabsen koleksi kebun binatang disebut satu-persatu seraya dia keluar kamar. Komputer pun kembali beralih ke tangan Mius. Kami langsung menggunakannya untuk bermain PS. Baru mengklik PS sebentar, tiba-tiba listrik njeglek (mati; MCB listrik turun).

“Sariman!!! Kampret!!!” Teriak kami bersamaan.
Baca juga cerita lainnya 

2 komentar:

  1. Sariman lagi, gak jauh jauh ma cewek. Salam ya mas buat Sariman

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sariman selalu berurusan dengan cewek dan anak kos :-D

      Hapus

Pages