“Sariman kembali bergerilya,” Begitulah kata teman-teman di kos. Aku yang disibukkan oleh
pekerjaan pun sedikit lupa bagaimana polah Sariman selama di kos. Kabar Sariman
kembali bergerilnya itu diawali dari keterangan Mius. Setiap siang dan tengah malam,
kamar Mius dijadikan Warnet pribad Sariman. Kabar burung juga berembus jika
Laptop Sariman sedang sekolah di penggadaian. Mungkin titelnya kurang panjang
itu Laptop.
Ilustrasi: Memandang Monitor seharian (gambar: http://knowyourmeme.com/) |
“Mana orangnya?” Tanyaku ke Mius.
“Itu bang, di kamarku. Dari tadi buka Facebook terus. Chatting sama
cewek,” Jawab Mius
agak kesal.
“Kita ganggu yuk, boi,” Ajakku.
Gayung pun bersambut. Kamar Mius yang
hanya sempit ini kami masuki lima orang. Aku, Mius, Tambor, Tobing, dan
Ritonga. Sedangkan di dalam sudah ada satu manusia yang bernama Sariman.
Mendapati kami kompak masuk ke kamar Mius, Sariman merasa agak janggal. Toh
kamar ini kecil, dan hanya ada kipas angin kecil yang berputar tanpa terasa
anginnya.
“Ada apa ini? Kok masuk sini
semua,” Tanya
Sariman yang merasa terganggu.
“Apanya kau ini. Orang yang punya kamar tidak protes, kau yang numpang
malah protes,” Balas
Tambor cepat.
“Aku lagi serius ini, bang.”
“Serius ngerjain apa kau, Man?”
“Wah ada kalian, mending aku buka Facebook aja,” Kilah Sariman. Padahal dari tadi dia
memang sudah membuka Facebook.
Kami berpura-pura sedang main
Monopoli. Kali ini tidak main online, beberapa waktu lalu Tambor sengaja
membeli mainan Monopoli. Jadi bagi yang tidak mempunyai smartphone, dapat main
Monopoli sendirian atau dengan yang lain. Sebenarnya agak diskriminatif, namun
apa daya, daripada mereka mengganggu yang sedang main, ya mending dibelikan saja.
Paling mentok nanti yang main Sariman dengan anak-anak SD sekitaran kos.
“Banyak kali teman cewek di Facebookmu, Man. Kenalin lah ke kami,” Pancing Tambor.
“Mau yang mana, bang? Ini kuliah jurusan Bahasa Inggris, kalo ini di
Akper, kalo yang ini di Akbid, kalo yang ini aku kurang tahu di mana ya?” Sariman mencoba mengingat-ingat.
Hebat banget Sariman. Sebanyak itu,
dia masih sanggup paham di mana kuliahnya, asalnya, semester berapa, bahkan
kadang diselingi dengan bilang, bodinya seksi lah, tingginya semampai lah,
rambutnya agak disemir merah lah, bahkan dia juga tahu kalau beberapa di antara
cewek tersebut ada yang nyambi kerja
di café dll. Emang pantas kau jadi detektif, Man. Karena bergerilya sekarang
sudah tidak zamannya.
“Jadi sebanyak itu, emang ada yang mau sama kamu, Man!?”
Sebuah pertanyaan yang tulus keluar
dari mulut Mius ini membuat Sariman merasa tertampar.
“Bilang aja bang, kalo komputernya nggak boleh aku pakai online,” Sahut Sariman ketus.
Kami tertawa terbahak-bahak berhasil
mengerjai Sariman. Sumpah serapah Sariman pun keluar, ucapan yang mengabsen
koleksi kebun binatang disebut satu-persatu seraya dia keluar kamar. Komputer
pun kembali beralih ke tangan Mius. Kami langsung menggunakannya untuk bermain
PS. Baru mengklik PS sebentar, tiba-tiba listrik njeglek (mati; MCB listrik turun).
“Sariman!!! Kampret!!!” Teriak kami bersamaan.
Baca juga cerita lainnya
Sariman lagi, gak jauh jauh ma cewek. Salam ya mas buat Sariman
BalasHapusSariman selalu berurusan dengan cewek dan anak kos :-D
Hapus