Air Terjun Dung Paso Batealit Jepara yang Tersembunyi di antara Tebing - Nasirullah Sitam

Air Terjun Dung Paso Batealit Jepara yang Tersembunyi di antara Tebing

Share This
Bermain air di Air Terjun Dung Paso Batealit, Jepara

Perjalanan menuju parkiran sedikit tersendat. Kami berbagi jalan dengan para pengunjung yang mulai berdatangan menuju Air Terjun Sumenep. Sebagian banyak di antaranya adalah remaja. Aku lupa berapa kali melihat pengunjung terpeleset dan terjerembab di jalan. Mereka menggunakan sepatu layaknya berkunjung ke mall. Tidak jauh dari parkiran, aku dan rombongan anak kecil ini membersihkan badan di pancuran.

“Sudah ada yang jaga parkir!?” Kata Majid keheranan.

“Empat motor dan satu sepeda, berapa pak?” Tanyaku.

“20.000 rupiah, mas. Sepeda tidak usah bayar parkir.”

Kusodorkan uang 50.000 rupiah dan mengambil kembalian. Anak-anak desa setempat tak mengira akan dikenai parkir pun bernapas lega. Mereka memang orang-orang sekitar dan hanya ingin bermain, sehingga lupa membawa uang saku.

“Sepedanya tinggal sini saja, mas. Kita naik motor bareng ke Dung Paso,” Usul Faiz.

“Oke, tapi aku nggak berani di depan. Jalannya menakutkan,” Ujarku angkat tangan.

Kuambil sepeda dan kembali menitipkan pada bapak yang jaga parkir. Kami berdelapan melanjutkan perjalanan menuju Air Terjun Dung Paso yang tidak jauh dari Air Tejun Sumenep, Air Terjun Dung Paso ini berada di dukuh Kedawung, Somosari, Batealit.

Jarak dari tempat parkir menuju Air Terjun Dung Paso sekitar 1 KM, tapi jangan salah; walau tidak tampak jauh, namun harus ditempuh rentang waktu lebih lama. Jalan setapak, rusak, licin, berlubang; dan jika ada dua motor berpapasan harus berhenti salah satu menjadi kendala sendiri. 
Jalan utama ke Air Terjun Dung Paso Batealit, Jepara
Jalan utama ke Air Terjun Dung Paso Batealit, Jepara
Selama perjalanan aku berhenti, mengangkat sepeda motor yang rodanya terperosok dan tidak bisa jalan, bahkan dua kali mengangkat berbarengan motor Tabah yang terjatuh. Tak terelakkan tanah merah berlumpur mengotori kausku.

Sepanjang perjalanan banyak wisatawan yang sengaja berjalan kaki menghindari insiden seperti yang terjadi pada kami. Bahkan di sini juga aku harus merelakan sandalku putus. Sehingga sampai balik ke Jogja aku harus memakai sandal yang rusak.

Air Terjun Dung Paso Somosari, Batealit dalam satu bulan terakhir ini sedang booming. Ini sebabnya aku menyempatkan berkunjung ketika sedang di Jepara. Sesampai di parkiran, sudah banyak motor. Sebuah jembatan kecil terbuat dari bambu menjadi jalan penyeberangan. Aku melihat di aliran sungai sudah banyak orang yang mandi/bermain air. 

Sementara di tepian juga beberapa pengunjung yang duduk santai seraya menikmati suasana alam yang masih asri. Air masih sangat bening, sehingga tak sungkan orang merendamkan badannya untuk mandi. Teman serombonganku tak mau kalah; sebagian masih berdebat akan mandi di bawah atau di sini, sebagian lagi sudah membuka baju dan mandi seperti yang dilakukan oleh Faiz.
Aliran sungai yang digunakan untuk bermain air
Aliran sungai yang digunakan untuk bermain air
Aliran sungai yang digunakan untuk bermain air
“Jangan ke tengah, Iz. Dalam itu,” Teriakku dari atas bebatuan.

“Tenang, mas. Faiz bisa renang kok,” Sahut lainnya.

Benar saja, anak tersebut lihai berenang dan tampak bisa mengendalikan diri. Aku kembali duduk sembari menikmati waktu santai melepas lelah. Di tempat seperti ini, kita harus tetap berhati-hati ketika sedang bermain air.

Debat antar serombongan kecilku berakhir, kami memutuskan untuk mandi di air terjun yang ada di bawah. Menyusuri jalan darurat yang hanya setapak, kami sampai di ujung tebing. Dari atas terdengar teriakan orang-orang di bawah sedang main air.
Berenang dan bersantai
Berenang dan bersantai
Kulongokkan kepala seraya memegangi salah satu batang kayu, sebuah air terjun yang diapit dinding tebing terlihat. Tak kulihat orang di bawahnya, tapi suaranya sangat riuh. Sementara banyak orang di atas tebing yang memandang ke bawah.

Hati-hati aku menuruni tebing, ada batang kayu yang sudah mati dipakai sebagai titian turun, selain itu kaki juga harus bisa memilih mana batu yang tidak licin. Sedangkan di bawah aliran air sangat deras. Sampai di bawah, aku berada di antara dua tebing panjang yang lebarnya hanya sekitar 3 meter. 

Air setinggi paha, aku harus menginjak bebatuan agar tidak terjerembab ke dalam air yang lebih dalam karena membawa kamera. Dari sinilah asal muasal teriakan orang yang terdengar di atas, para pengunjung berkumpul menjadi satu di tebing-tebing. Secara bergantian mereka loncat ke tengah. 
Air Terjun Dung Paso yang diapit dua tebing
Air Terjun Dung Paso yang diapit dua tebing
Menurut warga setempat, kedalaman yang di tengah lebih dari lima meter. Sedangkan di ujung sana air terjun terlihat deras, di atasnya adalah tempat pemandian yang tadi aku abadikan. Di sini sudah banyak pengunjung yang bermain air.

“Kalau di sini hanya sedalam pinggang saja, mas. Kameranya dibungkus plastik saja biar tidak basah,” Seorang pemuda setempat memberi saran padaku.

Aku mengiyakan, tas dan kaus kutaruh di tepian sungai bersatu dengan tas pengunjung lain. Dari teman-teman baru inilah, aku mendapatkan informasi mengenai perihal ditemukannya Air Terjun Dung Paso. Aku melangkah mendekati pengunjung yang bergantian meloncat seraya memegang akar yang menjulang dari pohon. 

Sekilas mereka melakukan seperti aksi yang sering dilakukan oleh Tarzan. Dari tebing bebatuan, dipegangnya tuas akar alami tersebut, lalu mereka meloncat ke tengah dan melepaskan pegangan. Air Terjun Dung Paso memang menyuguhkan pemandangan yang indah. 

Tebing-tebing bebatuan tampak mengkilap basah. Sementara itu para pengunjung masih antusias antri agar bisa bergelantungan serta mengempaskan tubuhnya ketika sudah di tengah. Setiap pengunjung mempunyai cara sendiri untuk menikmati waktu berlibur.
Bergelantungan tuas akar pohon/dahan
Bergelantungan tuas akar pohon/dahan
Tidak hanya itu saja, ada pengunjung yang lebih ekstrim lagi. Dari atas, tempat kami lewat untuk sampai di bawah sini terdengar teriakan agar pengunjung yang di bawah tidak bergelantungan dulu. Dalam sekejab kulihat orang terjun bebas dari ketinggian antara 7 meter. 

Byurrrr!!

Tubuhnya menghujam ke bawah mirip anak panah disertai teriakan panjang. Untuk sejenak aku terhenyak tanpa bisa mengabadikan momen yang cepat tersebut. Belum selesai kagetku, kembali dari atas ada lagi yang terjun bebas tanpa menggunakan pengamanan life jacket.
Loncat dari tebing air terjun
Loncat dari tebing air terjun
“Gilak!! Nekat banget, kalau aku sudah pasti tidak berani,” Ujarku pada pengunjung sebaya denganku di samping.

“Main gelantungan itu sudah mainstream, mas. Di sini orang-orang sudah terbiasa terjun seperti tadi.” Jawabnya tertawa.

Bagi pengunjung yang sudah terbiasa terjun bebas ke bawah itu merupakan sensasi yang luar biasa. Tapi jangan sekali-kali kalian coba bagi yang belum lihai berenang, atau sudah lihai berenang tapi kurang yakin dengan aksi tersebut. Lebih baik urungkan niat, dan main berenang seperti yang aku lakukan saja. 

Sesaat kemudian aku menaiki tebing dan mengabadikan mereka yang sedang antri main gelantungan. Aku menghampiri Didin, salah satu rombonganku yang tadi ketemu di Hutan Pinus. Kukalungkan kamera yang masih terbungkus plastik padanya.

“Tolong aku nanti dipoto ya, pas lagi main air,” Ujarku seraya menunjukkan tombol yang nantinya ditekan.

“Siap mas.”
Pencitraan main air di Dung Paso
Pencitraan main air di Dung Paso
Aku menuju aliran air yang dalamnya setinggi dada. Kemudian berenang ke dekat Didin yang siap mengabadikanku. Didin tak merasakan kesulitan untuk mengabadikanku. Di sini, aku bermain air sepuasnya. 

Kembali berenang, tapi tidak berniat untuk ikut bergelantungan seperti yang kebanyakan pengunjung lakukan. Nyaliku terlalu lemah dalam hal-hal seperti itu. Walau aku bisa berenang, dan anak pantai; namun aku tak terbiasa berenang di air tawar. 

Kalaupun berenang di air tawar itu pasti di kolam renang. Lama aku menikmati suasana di Air Terjun Dung Paso. Berbincang dengan pengunjung lain yang sebagian besar juga baru kali pertama mengunjungi destinasi wisata ini, lalu bergantian memakai pelampung (ban dalam mobil) yang disewakan. 

Tanpa lupa, aku pun mengabadikan diri bareng teman-teman kecilku ataupun dengan teman yang tadi sempat ngobrol panjang lebar. Hal yang menyenangkan berlibur di destinasi manapun adalah mendapatkan kawan baru.
Bersama rombongan kecil lagi di aliran sungai
Bersama rombongan kecil lagi di aliran sungai
Ini teman-teman baru yang ngobrol di Air Terjun Dung Paso
Ini teman-teman baru yang ngobrol di Air Terjun Dung Paso
Disadari atau tidak, Jepara mempunyai destinasi wisata yang beragam. Dari pantai, gua, bahkan air terjun. Dung Paso adalah air terjun yang baru dikenal, akses jalan untuk ke sini pun sangat sulit. Bukan masalah jarak yang jauh; tapi jalan yang terjal serta setapak. Jika musim hujan, jalan ini bakal lebih licin dan sangat susah dilewati kendaraan bermotor. 

Semoga warga setempat dapat membangun jalan dengan bantuan pihak yang terkait. Jika akses jalan bisa lebih baik, bukan mustahil Air Terjun Dung Paso, Air Terjun Sumenep, dan air terjun lainnya yang ada di Batealit bisa menjadi objek wisata alam seperti halnya Air Terjun Songgolangit yang sudah lebih awal dikenal. 

Harapannya juga tempat ini tetap bersih dan tidak berserakan sampah. Oya, akan lebih menarik jika di Air Terjun Dung Paso dibuat untuk berkanyoning. Karena tebing-tebing bebatuan yang menghimpit air terjunnya cukup tinggi dan layak dipergunakan untuk berkanyoning.

Dengan berat hati, aku meninggalkan Air Terjun Dung Paso. Kami bergegas meninggalkan tempat ini karena melihat langit mulai mendung. Takutnya, kalau terkena hujan, motor yang dikendarai anak-anak rombonganku kesulitan untuk dinaiki. 

Terima kasih untuk anak-anak (Tabah, Majid, Robi, Dila, Eko, Hakim, dan Faiz) yang sudah menjadi pemanduku dadakan selama di Batealit. Mengantarkanku sampai bisa melihat keindahan Air Terjun Sumenep dan Air Terjun Dung Paso. Terima kasih untuk teman-teman lainnya yang selama di Dung Paso berbagi cerita denganku; dan tentunya terima kasih pada sepupuku yang telah menyediakan sepeda tiap aku ke Jepara. 

Semoga wisata di Jawa Tengah makin Gayeng seperti slogan Jawa Tengah “Jateng Gayeng”. *Kunjungan ke Air Terjun Dung Paso, Somosari, Batealit, Jepara ini pada hari Minggu, 07 Februari 2016.

Baca juga tulisan tentang alam lainnya 

52 komentar:

  1. Kok pas orangnya teriak ke air terjun, engga kedengeran disini om?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah kayaknya kamu harus periksain telinga bro. Siapa tau ada sedikit masalah :-P

      Hapus
  2. Banyak juga ya air terjunnya di Kota Kartini,,, eh mas, air terjun sumenep itu ada di Jepara ya? tadinya tak sangka kalau air terjun ini ada di Madura ew,,,, Air Terjun Dung Paso ini keren kayak green canyon malahan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeee, iya di Jepara,mas. Tempatnya emang agak bertebing seperti itu, mas.

      Hapus
  3. Tempatnya bagus banget mas...

    Sayang untuk mencapai kesana butuh usaha ekstra ya.. Meskipun sebanding dengan keindahannya. .

    Tapi kan sayang kalau wisata seperti itu..ngga didikung dengan infrastruktur yg baik...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Destinasi ini memang bru, pak. Semoga pemerintah setempat bisa memberi akses jalan yang lebih mudah.

      Hapus
  4. salut dengan perjuangamu, Mas Sitam. ini kelanjutan ceritera yang kemaren, Ya ? sumpah aku pengen main air di sini seger banget (keliatan dari airnya) menantang sekali tempatnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya hehehhehe, ini salah satu destinasi yang aku incar kala ke Jepara

      Hapus
  5. tempat yg indah butuh usaha banget buat mencapainya... suka ngeliat tempatnya walau gak yakin kl diri sendiri kuat gak ya usaha buat ke sana *usap peluh*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, kudu berusaha walau capek menggelayut di antara tiap langkah ahahhaah

      Hapus
  6. wah seru ya mas ini kayak masa kecil anak anak pedesaan yang sekarang mulai hilang. Haha.
    Dulu pas kecil temen temen aku paling suka terjun terjun begitu, tapi bukan di air terjun sih.

    Hmm dilihat dari foto foto nya memang sepertinya tempat nya masih natural ya, dan apa yang aku tebak di awal tadi benar. Pasti akses nya kesini blm bagus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeeee, masa kecilku udah sering main air; sampai-sampai kebal masuk angin hahahha. Menang seperti ini, jadi aksesnya msih susah banget.

      Hapus
  7. Ir terjunnya seger banget ya, namanya sama kek nama anakku

    BalasHapus
  8. Kadang nggak habis pikir jg sama orang2 yg berani loncat dari tebing. Mentalnya terbuat dari apa ya? Hahaa :D

    BalasHapus
  9. Yanh diapit dua tebing itu kayaknya kok keren gitu, ya... ada suasana mistisnya juga kalo sendirian di situ. xD

    BalasHapus
  10. Butuh perjuangan extra ya mas buat bisa sampai ke lokasi :D tapi lokasinya nice dan tidak mengecawakan, kelihatan seger banget kalo kesini siang siang. Hehehe

    BalasHapus
  11. Itu jalan masuknya begitu banget mas ._. ektra kerja keras banget itu mas :D wkwkwk yah, nggak heran deh itu beberapa perempuan datang kesana dengan gaya ala-ala mau ke mall. mereka kan mau foto-foto wkwkwk :D

    Tapi air terjunnya suegeeer tenan itu :D jebyar jebyuuuur yuuuk :D

    BalasHapus
  12. Masya Allah, segar yaaaa. Dan juga malah kayak semakin terlindungi dengan akses yang sulit :)

    Btw, ikut senyum simpul kalau ada wisatawan main ke alam pake sepatu mal :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mas hehehhehhe, lah sekarang kan jamannya orang naik gunung - pantai - alam terbuka dandananya ala mall :-D

      Hapus
  13. Seru banget tuh sepertinya, andai di Batam ada air terjunnya juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeeee, setiap tempat mempunyai ciri khas sendiri mas. Kalau Batam lebih pada kultur kotanya :-D

      Hapus
  14. Waw itu kayaknya belum dilirik ivestor ya..

    BalasHapus
  15. Tempatnya masih perawan ya mas, apa belum ada investor masuk tu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rata-rata kalau wisata alam seperti ini hanya warga setempat yang mengelola, mas :-D

      Hapus
  16. si tabah emang harus bener-bener tabah karena dia jatuh terus, mas hahaha

    mantep bener itu air terjun, diaoit tebing,keliatannya sempit ya, tapi mas, kalau jadi obyek wisata dan terus air terjun ini terkenal, khawatir anak alay pada ngerusuh mai kesini, ngerusak dan buang sampah sembarangan. -_-
    sempga jangan~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeee, selalu ada resiko akalu tempat menjadi lebih terkebal, mas. Pandai-pandai diri kita memposisikan diri dan ikut menjaga kebersihan :-D

      Hapus
  17. with perjalanannya suit seperttinya tapi langsung terbeyar begitu bisa ngerasain mandi di air bersih dan jernih... sweeegeeeerrrr

    BalasHapus
  18. Paling seru kalau main ke twmpat wisata alam di daerah plosok desa atau kampung seperti ini, kayanya bebas. Dan yang ga kalah menarik pemandangannya masih asri banget. Kapan-kapan ajak saya mas ke sana ya ......!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeee ayo kang tapi mas musim penghujan biar benar-benar bisa menikmati :-D

      Hapus
  19. wuihhh ... ini bener2 keren air terjunnya, asyik banget untuk loncat2 dan berenang.
    sepadan dengan perjuangan untuk mencapai kesana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeee, bener kang. Perjuangannya kerasa banget :-D

      Hapus
  20. jalannya berlumpur dan sempit susah kalau menggunakan kendaraan jadi kayanya lebih baik jalan kaki untuk pergi kesana, butuh perjuangan untuk sampai kesana.. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, lebih baik jalan kaki atau malah pakai sepeda :-D

      Hapus
  21. Jual furniture jepara interior eksterior

    BalasHapus
  22. air terjun dong paso yg dimaksud tuh sama gak sama kedung paso ?
    yg kedung paso aku udah pernah , tp looknya kok gak kya gitu ? sama2 di kedawung jg.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya sama, karena satu aliran. Ini turun ke tebing bawahnya mas.

      Hapus
  23. Kalo dari daerah Pecangaan Jepara kesana kira2 berapa jam kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau naik motor dari Pecangaan ke lokasi parkir tidak sampai satu jam. Nanti masih jalan lagi

      Hapus
  24. Walau aslinya orang jepara sendiri. Tapi ndak pernah nyentuh alam sana. Rasa kayak orang asing. Sedeeh rasanya...�������� Nice share bro

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasa itu gan, kadang kita juga jarang menjelajah sekitar kita sendiri.

      Hapus
  25. Salam dari jepara juga om, rekomendasi tempat baru apa om?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau tempat baru sekarang bisa ke Taman Lokajaya atau wisata kuliner adi sekitaran Batealit

      Hapus
    2. yang jelas dong om, alamatnya dimana. apakah si sumosari atau dimana?

      Hapus
    3. Itu di artikel sudah ada keteraangan alamatnya,

      Hapus

Pages