Jurang Tembelan Kanigoro, Spot Alternatif Memotret Sunrise di Mangunan - Nasirullah Sitam

Jurang Tembelan Kanigoro, Spot Alternatif Memotret Sunrise di Mangunan

Share This
Gardu Pandang Jurang Tembelan Kanigoro, Imogiri
Gardu Pandang Jurang Tembelan Kanigoro, Imogiri
Bertahun-tahun aku sudah merencanakan ingin melihat sunrise di Gardu Pandang Mangunan, namun sampai tahun ini belum terealisasikan. Padahal, lokasi tersebut tak jauh dari Jogja. Hanya membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam menaiki kendaraan bermesin untuk mencapainya. Sejak dulu, Mangunan menjadi magnet tersendiri bagi orang-orang yang berburu sunrise, mengharapkan kabut menggumpal di sepanjang perbukitan, atau ingin menyaksikan indahnya Kali Oya yang terbentang di bawah.

Menjelang subuh akhir pekan ini, aku sudah bersiap menuju Gardu Pandang Mangunan. Sempat terpikirkan bagaimana jika subuh hujan, melihat cuaca Jogja yang akhir-akhir ini sudah kembali diguyur hujan. Cerah sekali subuh kali ini, rembulan terlihat jelas di atas, ini artinya sunrise nantinya bakal indah. Diantar bapak dari Desa Wisata Kebon Agung (tempatku menginap), kami mengendarai motor berdua. Berbarengan dengan orang-orang lain yang menuju lokasi yang sama. Subuh ini jalanan Imogiri – Mangunan didominasi kendaraan roda dua.

“Sudah pernah ke Mangunan, mas?” Tanya bapak yang mengantarku.

“Pernah beberapa kali pak. Tapi hampir semuanya saat bersepeda, kali pertama ke sana tahun 2010. Waktu itu naik motor bareng teman kuliah.”

Banyak informasi yang mengatakan kalau Mangunan setiap pagi sangat ramai. Benar-benar ramai. Aku tak sengaja mengubah rencana. Motor yang kami naiki tak mengarah ke Mangunan, justru terus melaju ke arah Bukit Panguk. Kabut menyelimuti pepohonan, dan kami terus melaju. Sampai akhirnya malah aku tertarik sebuah gardu pandang baru yang lokasinya tak jauh dari area masuk Gardu Pandang Mangunan. Ini adalah lokasi baru, namanya Jurang Tembelan. Lokasinya di Dukuh Kanigoro, Mangunan.
Suasana Jurang Tembelan pagi hari, masih sepi pengunjungnya
Suasana Jurang Tembelan pagi hari, masih sepi pengunjungnya
Suasana Jurang Tembelan pagi hari, masih sepi pengunjungnya
Lahan di Jurang Tembelan ini tak luas, dan baru ada sekitar dua warung yang buka. Banyak ban bekas yang dijejer dan disulap menjadi semacam pagar. Selain titian gardu pandang mengarah pada Mangunan, di sini juga ada semacam gazebo kecil yang dapat kita pergunakan rehat. Tempat ini masih sepi dan hanya ada beberapa pengunjung yang datang. Aku belum tahu apakah yang dimaksud Jurang Tembelan ini adalah yang di depanku ini. Karena dataran rendah yang memisahkan antara bukit ini dan Mangunan memang agak curam.

Karena sunrise sudah sedari tadi memancarkan cahayanya, kau hanya mendapatkan sisa-sisa sunrise. Ya, ada insiden kecil sehingga kami sedikit terlambat menyambut sunrise. Aku segera menaiki tangga gardu pandang yang menghadap ke arah Mangunan. Dari sini tampak jelas orang-orang yang menyaksikan sunrise di sana. Di bawahnya, kelokan Kali Oya tak terlihat. Kabut menutupi seluruh pemandangan di bawah.

Berbalik menghadap ke arah barat, semburat cahaya sunrise terlihat. Walau tertutupi awan, cahayanya tetap terlihat indah. Kabut dan awan menjadi pemandangan yang paling dominan di sini. Aku mengabadikannya saja, menurutku tempat ini cukup bagus untuk berburu sunrise. Hanya saja, Jurang Tembelan ini tak bisa mengabadikan sunrise dan kabut yang mengambang secara bersamaan. Seperti halnya yang bisa diabadikan saat di Bukit Panguk ataupun di Gardu Pandang Mangunan.
Sunrise terhalang kabut
Sunrise terhalang kabut 
Walau masih pagi, mentari sudah terlihat tinggi. Aku berjalan menuju salah satu warung, menghampiri bapak dari Desa Wisata Kebon Agung yang menungguku. Beliau menikmati segelas kopi. Mendekat di gazebo, aku menyempatkan motret mentari lagi. Walau tak sempurna kudapatkan sunrise, setidaknya aku bisa mengabadikannya walau terlambat. Nasib kurang mujur untukku pagi ini.
Sisa-sisa semburat cahaya mentari pagi
Sisa-sisa semburat cahaya mentari pagi
Aku teringat sebuah buku yang kubawa selama menginap di Desa Wisata Kebon Agung. Segera kuambil buku tersebut dan mengabadikannya berlatarkan bukit berkabut tebal. Buku Antologi Prosa yang berjudul Kejutan karya Andi Gunawan ini menemaniku di penginapan. Ketika sedang luang, aku membaca buku tersebut. Sebenarnya, sebelum akhir pekan ini aku membeli empat buku. Keseluruhan buku tersebut terbit di bawah tahun 2013, sengaja kubeli karena ada yang menjual dengan harga murah.
Koleksi buku yang menemaniku pada akhir pekan
Koleksi buku yang menemaniku pada akhir pekan
Mengenai lokasi Jurang Tembelan Kanigoro, aku rasa tempat ini bisa kalian kunjungi ketika ingin mengabadikan mentari terbit. Kendati pemandangannya tak seindah di Bukit Panguk atau di Gardu Pandang Mangunan, namun kalian bisa lebih merasa tenang di sini. tak banyak pengunjung yang datang, dan lokasinya sangat mudah diakses. Hanya mengikuti jalanan ke Bukit Panguk, nanti terlihat di sisi kanan jalan. Tempat alternatif bagi kalian yang tidak suka dengan keramaian. Namun, tidak mustahil jika nanti ke depannya lokasi ini juga bakalan menjadi ramai.


*Tiga bulan kemudian…
Bangunan Kapal dari Bambu
Aku tidak pernah sangsi dengan destinasi yang ada di area Mangunan akan cepat berkembang ramainya. Tiga bulan sebelum ini, tepatnya bulan September 2016, aku mengunjungi Jurang Tembelan yang masih sepi dan baru dibangun. Namun, sekarang lokasi tersebut menjadi destinasi pilihan para pengunjung. Menyenangkan rasanya jika mengingat hal tersebut. Hanya dengan tiga bulan, destinasi yang awalnya sepi menjadi salah satu lokasi favorit.

Untuk melengkapi beberapa bangunan baru semacam ujung kapal pun sudah berdiri megah di depan. Aku kembali mengunjungi kedua kalinya dan bertujuan melengkapi fotoku. Oya aku membawa sepeda ke sini, dan untuk berfoto menggunakan sepeda, aku meminta ijin khusus pada dua bapak yang berjaga di area parkir. Beliau memperbolehkan selama tidak menghambat antrian dan tidak lama-lama. Alhasil, aku berhasil motret menggunakan sepeda di sini.
Kreasi berbentuk kapal di Jurang Tembelan
Kreasi berbentuk kapal di Jurang Tembelan
Kreasi berbentuk kapal di Jurang Tembelan


Satu hal yang harus kita ketahui, berfoto di sini tidak dikenai biaya khusus. Hanya saja kotak sukarela yang ada di samping kiri itu aku anjurkan untuk diisi. Bukan tanpa alasan sebenarnya. Harapan kita adalah uang tersebut dapat dipergunakan untuk biaya perawatan bangunan kapal atau lainnya jika rusak. Semoga kita menjadi pengunjung yang peka akan hal tersebut.

Memotret keramaian pengunjung di Gardu Pandang Mangunan
“Pak, antar saya ke Mangunan ya?” Pintaku ketika sudah dekat.

Bapak yang mengantarku menatap heran. Pasti dia bingung, tadi aku menolak ke sana tapi sekarang malah pengen ke sana saat sudah pukul 06.20 WIB. Waktu yang sudah tentu tak akan dapat melihat sunrise. Kalaupun menantikan kabut yang indah, tentu agak lebih lama lagi. Biasanya kabut indah selanjutnya itu sekitar pukul 07.00 WIB, setelah itu baru kabut menghilang dan pemandangan Kali Oya terlihat jelas.

“Baik mas. Saya habiskan dulu kopinya.”

Aku menunggu bapak di tempat parkir motor, beliau menghampiriku dan berujar agar meletakkan uang sumbangan ke kotak yang tersedia.

“Sisipkan di bawah saja mas, jangan di masukkan. Biar mereka tahu kalau itu dari kita.”

Aku mengikuti arahan beliau. Entahlah mungkin ini cara sendiri dari pihak pelaku wisata atau bagaimana. Selanjutnya motor yang kami naiki langsung menuju Mangunan. Hanya berjarak tidak jauh, sehingga dalam hitungan menit, aku sudah menuju Mangunan. Bapak yang mengantar aku suruh menunggu di bawah saja. Aku hanya bilang kalau ke atas tidak lama.
Kabut menyapaku di jalan menuju Gardu Pandang Mangunan
Kabut menyapaku di jalan menuju Gardu Pandang Mangunan
Selama di Jurang Tembelan, terbesit pikiran untuk mengabadikan seperti apa keramaian Gardu Pandang Mangunan. Sedikit berlari kulalui jalan setapak, bukan jalan yang bisa dilewati motor, melainkan jalan yang hanya bisa dilalui pejalan kaki. Sampai di dekat Gardu Pandang, aku mengabadikan keramaian orang yang berkunjung.

Tak jauh berbeda dengan di jalan. Di tempat yang biasa digunakan untuk mengabadikan kabut dan sunrise, puluhan orang sudah di sini. benar-benar banyak orang yang tadi mengabadikan sunrise. Tak jarang kulihat gerombolan para muda-mudi bercengkerama di antara kabut tebal. Mereka saling mengabadikan diri, tongsis pun ada di mana-mana.
Keramaian pengunjung yang ada di Gardu Pandang Mangunan
Keramaian pengunjung yang ada di Gardu Pandang Mangunan
Keramaian pengunjung yang ada di Gardu Pandang Mangunan
“Selamat datang akhir pekan. Selamat berlibur!!” Cuitku di Twitter.

Akhir pekan adalah waktu di mana para pengunjung membeludak. Sebenarnya jika hari biasa pun pemandangan nyaris sama. Jadi kita nikmati bagaimana ramainya Mangunan saat akhir pekan.

Pengunjung memang didominasi muda-mudi, para remaja ini menghabiskan waktu pagi untuk menikmati sunrise. Di antara banyak pengunjung, aku melihat dua anak kecil dengan raut jawah sumringah. Pasti mereka berdua akan menceritakan pengalaman libur kali ini pada temannya.
Anak-anak kecil sumringah di pagi hari
Anak-anak kecil sumringah di pagi hari
Usai mengabadikan pengunjung di Gardu Pandang Mangunan, aku kembali beranjak meninggalkan tempat tersebut. Jalan kaki ke area tempat parkir dan menghampiri bapak yang mengantarku. Rencananya, aku akan mengunjungi Hutan Pinus Dlingo untuk kedua kalinya. Dulu pas ke sana tahun 2014 masih belum bersolek, tentu sekarang sudah bersolek. Seperti foto-foto yang bertebaran di sosmed. Salah satu lokasi yang ingin kukunjungi adalah Panggung terbuka yang ada di antara pepohonan Pinus yang menjulang tinggi. Jujur, aku belum pernah ke sana. *Kunjungan ke Jurang Tembelan dan Gardu Pandang Mangunan pada hari Minggu; 18 September 2016. Tulisan Jurang Tembelan diperbaharui pada bulan Desember 2016.
Baca juga tulisan tentang Alam lainnya 

50 komentar:

  1. Weleh, nemu maneh Mas? wkwkwkwkwk. Tapi memang dengan begitu orang punya beberapa alternatif. Setiap tempat kan punya kekhasan yang berbeda-beda :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha ini nyasar mas. Cuma kalau pas nyasar menyenangkan dapat seperti ini.

      Hapus
  2. menarik juga..tapi viewnya menghadap ke arah selatan kayak di mangunan ya mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, kelihatan orang pada jejer di Mangunan, geser dikit kelihatan sunrisenya

      Hapus
  3. eh iyo dalam rangka opo mas neng kebon agung??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasa mas, pengen menyendiri sambil baca buku akakkakakak

      Hapus
  4. Wisata jogja emang ga ada habisnya, susunan bambu itu max bisa dinakin brp org kan kalo kebanyakan ngeri ambruk


    Budy | Travelling Addict
    Blogger Abal-Abal
    www.travellingaddict.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini kuat kok. Memang kalau sudah agak rapuh langsung diganti demi kebaikan dan keselamatan.

      Hapus
  5. wah ini masi dekat dengan Kebun buah mangunannya ta mas ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekitar 300 meter setelah pintu masuk mangunan. ke bawah sedikit sampai ahahahha

      Hapus
  6. Aku malah belum pernah ke tembelan mas...
    Sampai sini jam berapa mas?
    Masih dapat kabut teball :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekitar 6.30an di sini. Biasa, horang kayah kan ada yang nganter ke sini hahahahha

      Hapus
  7. nice artikel. bolehlah kalau ke jogja nyempetetin kesini. btw disana udah banyak sampah belum mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau sampah tidak terlalu banyak. Yang banyak malah vandal di sini.

      Hapus
  8. sadis. spot baru lagi. aku aja blm sunrisean d mangunan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Diagendakan aja hahaha. Kalo perlu nginep di sana.

      Hapus
  9. Aku belum kesampaian ke tempat ini mas, semoga segera ..

    BalasHapus
  10. Wuih fotonya apik2 ya. Gardu pandangnya pun juga lucu, tp nti kalau uda rame, naiknya bisa ngantri ya hehe :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe, mumpung belum rame mas. Jadi aman ehehheheh

      Hapus
  11. Mangunan, sungguh buat aku termangu!
    Masya Allah, foto-fotonya gahar banget
    Jadi lupa masalah dompet.
    Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mangunan menjadi tempat yang paling dikunjungi kalau ingin melihat sunrise. Jadi wajar kalau pagi itu sangat ramai :-D

      Hapus
  12. beneran mas bukunya dibaca? jangan2 cuma pencitraan aja hahaha, seneng sih lihat sunrise yg gak seneng itu harus bangun pagi haduuh itu susah banget, salut lah buat org yg tahan bangun pagi buat mengejar sunrise, matahari aja dikejar apalagi cinta #ehgimana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasa pencitraan itu hahaahhah. Matahari aja aku kejar apalagi cinta. Pokoknya kalau udah dikejar langsung bilang "kapan kita nikah?" kakakakka

      Hapus
  13. satu kata: KEREEEEENNNNN!!!! udah gitu aja, bookmark dulu siapa tau aku maen ke mangunan.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heee, makasih :-)
      Kalau ke Jogja silakan ke Mangunan saat subuh, pasti indah :-)

      Hapus
  14. Wah saya orang jogja tapi belum pernah kesitu :( cuma baru ke kebun buah mangunan doang :( boleh lah ntar saya kunjungi tempat ini wkwkwk terimakasih infonya jadi saya tau tempat ini :D

    bolehlah kunjungi blog saya storyku-46.mywapblog.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya mbak Eny harus ke sana hahahahah. Disempatkan mbak :-)

      Hapus
  15. ini anak jalan-jalan mulu hehe, selalu suka dengan ketinggian

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dekat dari kosan mbak, jadi cukuplah meluangkan waktu buat ke sini bentar. hahahahha

      Hapus
  16. waw ...sungguh moment yg tak boleh di lewatkan ni .. harus diabadikan dgn foto ....:)

    BalasHapus
  17. saya belum pernah kesini mas,tapi dilihat-lihat mirip dengan pucuk setumbu ya mas....??! atau cuma perasaan saya saja atau....ah entahkah...:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Puthuk Setumbu jauh elbih kondang karena pemandangannya indah banget.

      Hapus
  18. Kali oya sama kali oyo beda gak mas ?

    Wah aku belum pernah ke mangunan, kemarin hampir kesini tapi waktu udah mepet.. jadi cuma sampe hutan pinus aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama mbak :-D
      Wealah, udah ke Jogja tapi kok cuma ke Pinus doang. Bilang-bilang kalau ke Jogja biar bisa ketemuan bareng teman-teman blogger di sini :-D

      Hapus
  19. Itu bagus juga idenya dibikin kapal. Tapi kok rodo serem ya ? Apa ada pengamanya ? #maklumtakutketinggian

    Deket banget ya dari Jogja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehhehe, itu bangunan diperiksa berkala mas, dan tidak boleh dinaiki banyak orang. Kudu personal/dua orang. :-)

      Hapus
  20. Pemandangannya yahuud bener bang :v

    BalasHapus
  21. bagus banget pamandangannya ya,
    kalau pagi ke sana sudah dibuka belu ya Pak?
    terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di sini subuh pun mlah banyak pengunjung yang menunggu kabut tipisnya.

      Hapus
  22. segera menyusul mas mantap....

    BalasHapus
  23. artikel yang bagus...sekarang banyak destinasi yang menyajikan spot swafoto.....sukses selalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas. Sekarang mulai banyak pilihan destinasi wisata untuk swafoto

      Hapus

Pages