Posong, Salah Satu Destinasi Alam Favorit di Temanggung - Nasirullah Sitam

Posong, Salah Satu Destinasi Alam Favorit di Temanggung

Share This

Posong, Salah Satu Destinasi Alam Favorit di Temanggung
Posong, Salah Satu Destinasi Alam Favorit di Temanggung 
Banyak teman yang menyarankan jika berkunjung ke Wisata Alam Posong, Temanggung itu sebaiknya menjelang pagi. Nantinya kita akan melihat keindahan sunrise. Lokasi Posong yang berada di lereng Gunung Sindoro menjadikannya cepat dikenal dan didatangi para pecinta sunrise. Tentu ada banyak gambar yang menampilkan bagaimana keindahan kala menjelang pagi yang diambil dari tempat tersebut. Bagi kalian yang tidak dapat mendatanginya menjelang pagi. Kita pun masih bisa menikmati pemandangan di sana.
*****

Kabut menggelayut di atas Desa Ngadirejo, Temanggung menjelang subuh. Aku sempat melongokkan kepala menatap jendela. Tampak jelas kabut tipis datang, membuat kami menjadi semakin ingin berlama-lama untuk menarik selimut. Ini menjadi pertanda rencana yang disusun semalam akan gagal.

Mentari memang belum menampakkan diri, tapi kami yang berada di rumah teman di Ngadirejo sudah yakin tidak bakal terkejar memotret sunrise di Posong. Jarak yang kami tempuh dari Ngadirejo menuju Tlahab lebih dari 30 menit. Kami berempat menikmati kegagalan ini dengan berbincang santai sembari minum kopi di ruang tamu.

“Tidak masalah gagal motret sunrise, yang penting kita tetap ke Posong.”

Begitulah kiranya hati berkata. Mau bagaimana lagi, ketika niat menyeruak ingin menuju ke tempat tersebut, namun tubuh kalah dengan rasa dingin subuh. Terang saja menarik selimut kembali tidur adalah pilihan yang tak bisa ditolak bagi orang seperti aku.

Perjalanan kami mulai dari Ngadirejo, sedikit tersendat di area pasar, namun selepas itu kembali lancar. Rute jalan agak menanjak, kami menggunakan dua motor tidak menarik gas terlalu kencang. Mendadak ban motor yang aku naiki bocor, perjalanan terhenti kurang lebih setengah jam.

Kami melanjutkan perjalanan, sampailah kami pada rute baru Jembatan Sigandul di Desa Tlahab, Kledung yang menghubungkan antara Temanggung dan Wonosobo. Sebuah papan besar bertuliskan “Uji Coba Jalur Baru” terpampang jelas. Pemandangan di sekitar sini sangat elok, sayang sebenarnya kami tidak berhenti dan mengabadikannya. Menurut berbagai sumber, Jembatan Sigandul ini menghabiskan biaya sekitar Rp.34 Milyar. Jalanan terus meliuk di antara dua gunung Sindoro – Sumbing. Hingga kami sampai pada plang gerbang Posong.
Gerbang masuk ke Wisata Alam Posong
Gerbang masuk ke Wisata Alam Posong
Perjalanan sebenarnya dimulai dari gerbang ini, jalanan yang hanya bisa dilewati satu mobil serta penuh bebatuan harus dilibas. Jika kalian ke sini menggunakan ban motor kecil, aku sarankan balik saja. Takutnya malah motor kalian rusak. Ruas jalan lebih dari 2km ini meliuk-liuk di antara perkebunan Tembakau dan Kopi. Di tengah perjalanan, petugas yang mengurusi tiket masuk menunggu di tepian jalan. Duduk di sebuah gubuk kecil dan menikmati Kopi.

“Tiga puluh ribu untuk empat orang,” Ujar mbak yang menjaga sambil menyodorkan karcis.

Kuberikan uang pas, dan kami kembali melaju di jalan tak beraturan. Sesekali kami berpapasan dengan motor warga setempat yang membawa hasil panen Tembakau. Atau melihat para bapak duduk santai di tepian jalan dan merokok. Oya, di sini ada banyak pohon Kopi yang sudah berbuah. Biji Kopi berwarna merah pun terlihat di mana-mana. Temanggung memang terkenal dengan Kopinya. Salah satu kedai kopi yang pertengahan tahun lalu terkenal adalah Kedai Kopi Mukidi.
Biji Kopi di sepanjang jalan menuju Posong
Biji Kopi di sepanjang jalan menuju Posong
Tanda-tanda sampai di Posong sudah terlihat. Motor langsung diparkir teratur di area parkir. Sudah ada banyak kendaraan roda dua di sana. Rata-rata dari mereka adalah rombongan muda-mudi. Dari tempat parkir, aku melihat ke atas terdapat sekelompok remaja yang melakukan swafoto berbekal tongsis. Menarik memang mengabadikan foto bareng teman di tempat wisata.

Tidak banyak bangunan yang ada di dekat area parkir. Hanya ada beberapa gazebo dan sebuah musholla yang bentuknya unik. Tepat di samping musholla, terdapat anak tangga yang bisa kita gunakan untuk sampai di atas. Di atas sana ada sebuah gazebo kecil dan gardu pandang. Ini adalah tempat di mana kita bisa menyaksikan keindahan Posong kala pagi. Tempat ini pula yang tadi dipakai para muda-mudi berfoto.
Bentuk Musholla-nya unik
Bentuk Musholla-nya unik
Indah memang pemandangan jika kita datang ke sini pagi hari dan cerah. Tidak seperti kami sekarang ini, sampai di Posong pukul 09.15WIB dan langit agak mendung. Tidak ketinggalan kabut sudah mulai turun. Jadi yang kami lihat kali ini adalah hamparan Tembakau yang terselimuti kabut. Hawa dingin mulai terasa, kami pun rehat di gazebo sembari menunggu waktu yang tepat untuk foto di spot Posong. Gunung Sumbing tertutup awan, hanya puncaknya saja yang terlihat. Kami berempat mengabadikan diri bersama, lalu membagikannya di Grup WA teman kuliah. Berbagai komentar berdatangan silih berganti. Kami tertawa bareng melihat ramainya Grup Kuliah yang biasanya sepi.
Spot foto di Posong, Temanggung
Spot foto di Posong, Temanggung
Kusapu pemandangan di sekitarku. Hamparan ladang Tembakau terbentang luas di atas perbukitan. Hanya ada sedikit pepohonan yang menjulang tinggi, itupun berada di perbukitan lainnya. Bulan Agustus sebenarnya menjadi waktu panen raya Tembakau. Sayangnya walau sudah masuk bulan Agustus, hujan masih mengguyur Temanggung dan sekitarnya. Sehingga kendala petani tembakau adalah waktu menjemur hasil panen.

Bukannya menjadi terang benderang, menjelang siang kabut makin tebal saja. Hijaunya lahan Tembakau agak terselimuti kabut, sehingga bagus dipandang. Aku mencoba mengabadikan kabut yang merata di setiap perbukitan. Sepanjang mata memandang, yang ada hanya kabut dan Tembakau. Menjadi pemandangan yang indah menurutku. Tak kalah indah dengan ketika cerah.
Hamparan kebun Tembakau sepanjang mata memandang
Hamparan kebun Tembakau sepanjang mata memandang
Hamparan kebun Tembakau sepanjang mata memandang

“Suasananya asyik kalau makan gorengan dan minum kopi,” Kata Oki.

Gagasan yang tepat menurutku. Menikmati dinginnya Posong dengan makan gorengan dan minum kopi tentu sebuah rencana yang tepat. Dingin, Kopi, dan Gorengan; pastinya menggiurkan sekali.

Kami menyusuri jalan yang menuju ke atas. Di sisi kiri hamparan Tembakau, sementara sisi kiri terdapat bangunan semi permanen yang digunakan para pengunjung beristirahat. Mereka duduk bergerombolan sembari menikmati makanan.

Tak sengaja saat berjalan ke atas menuju warung-warung yang berjejeran, aku berpapasan dengan anak berumuran belasan tahun dan menggendong adiknya dipunggung. Aku menyapanya sembari memotret. Asyik sekali rasanya sang adik digendong kakaknya dengan balutan kain panjang/selendang bermotik batik.
Anak kecil setempat menggendong adikknya
Anak kecil setempat menggendong adikknya
Ada lebih dari tiga warung yang buka, kami menuju salah satu warung yang ditunggui dua ibu. Di sinilah kami memesan gorengan serta Kopi. Kopi tersebut diambil dari perkebunan yang ada di sekitar sini. jenis Kopi Temanggung adalah Kopi Arabica. Bahkan, bapak-bapak yang ada di sepan kami menawarkan Kopi untuk kami beli dengan harga terjangkau. Saat itu aku tidak membeli, di kos masih ada stok Kopi Aceh yang kudapat dari oleh-oleh teman.

“Tempe dan Tahu gorengnya enam ya bu. Kopinya empat.”

“Baik mas.”

Kedua ibu tersebut berbagi pekerjaan. Beliau yang lebih muda membuat Kopi, sedangkan yang lebih berumur menggoreng pesanan kami. Sembari menunggu, aku mencoba menapaki jalan setapak di tengah-tengah Tembakau yang subur. Dedaunan Tembakau tersebut masih basah. Sepertinya kabut membuat lembab dan banyak dedaunan yang masih terlihat basah.

Sepiring gorengan disuguhkan pada kami. Kami memilih gubuk tempat duduk yang menghadap ke hamparan tembakau. Kepulan asap dari Kopi dan Gorengan amat menggoda. Kami menikmati suasana dingin dengan segelas Kopi dan gorengan hangat. Tak terasa panas memang, gorengan yang mengepul itu terasa hangat saja. Efek lokasi yang diketinggian menjadikannya seakan-akan memang hanya hangat.
Godaan berat, Kopi dan Gorengan
Godaan berat, Kopi dan Gorengan
“Jauh-jauh ke Posong hanya untuk menikmati gorengan dan kopi,” Celetuk Oki terkekeh.

“Ini gara-gara siapa yang bangunnya terlambat?” Sahut lainnya.

Kembali gelak tawa kami bersama terdengar. Kami cukup menikmati waktu di Posong walau mendung. Bagaimanapun pemandangannya, kami beruntung bisa ke sini. Biasanya, aku hanya main di sekitar wilayah Jogja saja. Tidak pernah jauh dari seputaran Jogja.
Mari kita minum kopi
Mari kita minum kopi
“Sebenarnya ada Embung Kledung yang tidak jauh dari ini. Tapi kalau kabut turun ya pemandangannya tertutup,” Charis memberitahu kami.

“Kayaknya main ke Curug Surodipo asyik. Kan kalau curug nggak pengaruh dengan kabut. Lokasinya dekat dari rumah, jadi kita balik ke arah rumah lagi,” Sambungnya.

Benar kata Charis, kalau misalnya kita main ke embung dan kabut sudah turun, pemandangannya kurang indah. Kami masih menikmati gorengan, dan merencanakan menuju Curug Surodipo yang lokasinya tidak jauh dari Ngadirejo. Jadi nantinya kami menyusuri jalanan yang tadi kami lewati. Namanya juga berakhir pekan, yang penting menikmati setiap waktu. *Kunjungan ke Wisata Alam Posong, Temanggung pada hari Sabtu, 06 Agustus 2016.

32 komentar:

  1. Kendala mengejar sunrise yang utama emang bangun paginya sih.
    Soalnya pagi itu paling enak yang tarik selimut. Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mas, selain ngantuk, awan juga berpengaruh ahahahhaha

      Hapus
  2. kok gak ada foto jalan yang "sebenarnya" mas :D
    penasaran aku :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahh ke sana aja mas hahahah. Pokoknya syik deh jalannya.
      *Tips kalau pengen menikmati pakai motor KLX hahahahah

      Hapus
  3. Namanya aku baru mendengar, tapi aku suka dengan pemandangannya mas, ditambah makan gorengan dan minum kopi.. Beuh, mantappp...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya ini sudah lama mas, hanya tidak begitu tenar sih. Kalah dengan keindahan Sikunir

      Hapus
  4. aku juga kena kabut kak...tos dulu dehh...wkwkwkkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha, sama ternyata. Pas mas Halim ke sini malah dapat banget indahnya sunrise.

      Hapus
  5. Wow pemandangannya kereeen *emot mata gak kedip2

    BalasHapus
  6. pas kesini dapat kabut mas -,-
    mungkin disuruh kesana lagi :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar banget mas. Besok kudu ke sini lagi hahahahha

      Hapus
  7. meskipun gagal lihat sunrise .... kabut di daerah ketinggian tetap keren
    .. btw ... ternyata mukidi itu orang sana toh :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha nama kedai kopinya langsung terkenal, kang.

      Hapus
  8. Ini lokasinya di lereng sindoro ya Mas..nah yang di belakang itu apa sumbing...

    BalasHapus
  9. bookmark dulu buat itinerary kalo main2 ke temanggung :)

    BalasHapus
  10. dohhh aku suka sama hamparan hijaunya, itu dataran tinggi banget ya, Temanggung memang dataran tinggi kan ya

    BalasHapus
  11. Pas kesini sendiri pemandanganya luar biasa.. indah sekali :'-) karena cerah dan kedua gunung sindoro dan sumbing nampak jelas terlihat.
    Kemudian kedua dan ketiga kesini bareng temen-temen tertutup kabut :D
    Tapi josss banget ya mas..
    saya mau kesana lagi tapi entah kapan, hehehe.
    iya jalanya emang bikin galau sih :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah mas malah udah adpat pemandangan yang indah. Ke sini harus naik motor tinggi hahahahha

      Hapus
  12. Mupeng pengen kesini, nunggu musim kemarau dulu deh biar ndak kuyup

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mbak, bulan maret - april kayaknya asyik ke sini.

      Hapus
  13. Kalau kesini enaknya sambil camping mas. Jadi gak akan telat lihat sunrisenya Hahaha 😁😁.


    Etapi seru juga walau hanya minum kopi dan makan gorengan kalo pemandangannya ijo royo-royo gini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahhahah itu benar banget :-D
      Agendakan akkakakak

      Hapus
  14. Meskipun terlewat suasana fajar, panorama Posong tetap menawan. Menghijaunya lereng Sindoro oleh tembakau dan merahnya buah kopi di kawasan Tlahap sangat menghibur ya, kami berkunjung bbrp tahun lalu. Salam kenal Mas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal,
      Benar, kita masih bisa menikmati suasana sejuk di sini walau terlambat melihat sunrise.

      Hapus
  15. sruput kopi di sini, syahdu asik.
    sayang itu puncak gunungnya jedul cuma dikit. kalau tak berawan. lebih dapet suasananya

    BalasHapus
    Balasan
    1. kurang beruntung pas ke sini, tapi tetap bisa menikmati kok hahhahahah

      Hapus

Pages