Karimunjawa: Dikenal Namun Terabaikan (Bag. 3) - Nasirullah Sitam

Karimunjawa: Dikenal Namun Terabaikan (Bag. 3)

Share This
Kapal Penyeberangan Karimunjawa - Jepara (Dok. Google)
Beberapa hari yang lalu saya sudah meposting dua permasalahan yang ada di Karimunjawa. Kali ini saya akan memposting permasalahan yang ketiga. Saya merasa ketiga permasalahan yang sudah saya tulis benar-benar dirasakan oleh semua pihak masyarakat di Karimunjawa.

Permasalahan ketiga adalah transportasi. Semakin terkenalnya Karimunjawa berbanding lurus dengan peminat wisatawan yang berkunjung. Karena akan ada 1000-2000 wisatawan domestik maupun asing yang mengunjungi Karimunjawa dalam waktu sepekan. Hal ini membuat peran transportasi laut (kapal) sangat vital. Untuk mengangkut  begitu banyaknya wisatawan, transportasi yang ada 4 kapal (Cantika, Bahari expres, Kartini, dan KMP Muria). Tentu saja transportasi ini sangat dirasa kurang oleh penumpang, khususnya warga asli Karimunjawa.

Saya bilang kurang karena dari keempat kapal yang saya sebutkan, kapal yang benar-benar dapat menyokong sembako dan lain-lainnya untuk masyarakat Karimunjawa hanyalah KMP Muria saja. Sedangkan yang lain lebih besar diprioritaskan untuk wisatawan yang berkunjung ke Karimunjawa ataupun yang ingin balik dari Karimunjawa.

Warga Karimunjawa khususnya pedagang akan sangat susah untuk bisa mengangkut barang daganganya dari Jepara menuju Karimunjawa karena harus berebut tiket dengan wisatawan yang membeludak. Ini dikarenakan para pedagang lebih memilih kapal KMP Muria yang dapat mengangkut barang banyak serta harga tiket yang terjangkau. Untuk Cantika, Bahari Ekspres maupun Kartini lebih banyak tiket sudah habis dibeli wisatawan.

Fenomena yang unik karena sebagai warga Karimunjawa, tidak jarang warga pribumi tidak dapat tiket dari ketiga kapal cepat tersebut. Ini karena ada banyak oknum yang sudah mem-booking tiket jauh-jauh sebelum hari H untuk kepentingan wisatawan.

Apa mungkin lebih baik Karimunjawa diberikan kapal yang kapasitasnya lebih besar lagi dan dikhususkan untuk warga pribumi? Biar dagangan mereka, barang mereka dapat dikirim ke Karimunjawa tanpa harus berebut tiket dengan wisatawan dan biro pariwisata. *Tulisan ini saya posting juga di Kompasiana

2 komentar:

  1. duh...kapan ya obyek-obyek wisata di Indonesia bisa terurus dengan baik? Sayang banget, potensi besar tapi prasarana kurang.

    BalasHapus

Pages