Menaklukkan Bukit Paralayang Parangtritis dengan Sepeda - Nasirullah Sitam

Menaklukkan Bukit Paralayang Parangtritis dengan Sepeda

Share This
Jika kalian sering/pernah berwisata ke Pantai Parangtritis pastinya acapkali melihat Paralayang yang mendarat manis diantara hamparan pasir pantai. Lihatlah, disalah satu bukit yang berjejer dan terlihat dari pantai Parangtritis, disana ada salah satu tempat yang digunakan untuk tempat start terbang menggunakan Paralayang. 

Minggu ini (04 Januari 2015) kami menuju puncak bukit itu, niatnya bukan ikut terjun pakai Paralayang tapi menaklukkan bukit dan sampai lokasi dengan bersepeda. Sedikit berlebihan mungkin kalimatnya, tapi biarlah karena kesana memang butuh perjuangan bagi orang-orang seperti kami.

“Fisikku memang tidak kuat, tapi niat dan mentalku sudah sangat kuat untuk menaklukkan bukit Paralayang.” 

Sepenggal kalimat itu aku sematkan pada teman-teman bersebelas saat menuju lokasi. Kami berkumpul diposkonya teman-teman  Druwo Gowes Community. Lalu berangkat bersama-sama menuju lokasi yang sudah dituju. Bagi beberapa orang yang sudah terbiasa bersepeda jarak jauh, mungkin ini rute biasa saja. 

Tapi bagi teman-teman yang sekedar senang bersepeda seperti aku dan lainnya ini tentu luar biasa. Kami tidak pernah membayangkan nantinya sampai lokasi jam berapa, dan pulang nanti pukul berapa. Biarlah kami mengayuh pedal ini “Alon-alon waton kelakon” kata batinku.
Perjalanan sampai ke Pantai Parangtritis lancar banget
Perjalanan sampai ke Pantai Parangtritis lancar banget
Rute datar sampai pantai Parangtritis berlanjut mulai menanjak saat menuju arah Panggang. Kami berhenti sejenak dimusholla untuk istirahat sejenak. Kemudian aku ijin berjalan lebih dahulu untuk menaklukkan tanjakan lumayan ini. Senang rasanya, sepeda Monarch 1.0-ku tidak rewel dan sampai dipertigaaan. Disana ada papan petunjuk arah, belok kiri mengikuti jalan besar menuju Panggang, dan belok kanan jalan lebih kecil menuju puncak Paralayang. 

Aku berhenti seraya menunggu teman-teman yang masih dibawah. Sebagian besar dari rombongan ini adalah teman-teman yang baru pertama kali mengikuti rute agak menanjak, jadi harap maklum kalau sepedanya dituntun. Bagi kami yang penting itu senang, dinikmati saja saat bersepeda, tidak kuat kita memang harus turun dan menuntun sepeda.
Sarapan tanjakan pertama sampai pertigaan arah Paralayang
Sarapan tanjakan pertama sampai pertigaan arah Paralayang
Sarapan tanjakan pertama sampai pertigaan arah Paralayang
Menyusuri jalanan lebih kecil, kami senang karena sementara jalanan tidak nanjak. Tapi kesenangan ini hanya sesaat, dibeberpa titik ternyata tanjakan lebih tinggi. Akupun mulai mengayuh pedal dengan mengatur tempo. Masih ingat kata-kata Prima yang bilang “Mentalmu harus kuat saat melihat tanjakan, jangan langsung menyerah”. Baiklah, aku tidak menyerah. Pada akhirnya aku bisa melewatinya dengan baik. Tapi saat tanjakan terakhir, aku hanya kurang 6 meter dari puncak atas langsung menyerah. 

Ada dua alasan yang membuat aku merasa kalah, (1) Fisikku memang belum kuat, (2) Jalannya licin. Walau sudah dalam bentuk cor semen tapi ban sepeda selalu meleset, sehingga aku takut jatuh. Tanpa pikir panjang, aku wajib turun. Serambi mengabadikan beberapa moment, ternyata teman-temanku sudah terpisah dari rombongan. Mereka istirahat lama dibawah, bahkan ada yang sudah tidak kuat nuntun sepeda. 

Aku salut dengan orang-orang seperti ini, “Yang penting aku ikut bersepeda ke puncak Paralayang” celoteh salah satu teman rombonganku. Bagi pengendara sepeda maupun motor, harap hati-hati saat menuju tempat ini. Jalannya memang licin, jadi tetap waspada.
Sarapan tanjakan lagi, dinikmati saja :-)
Sarapan tanjakan lagi, dinikmati saja :-)
Akhirnya sampai juga dijalan setapak menuju puncak Paralayang. Kami mengangkat sepeda untuk sampai puncak. Jalan kecil ini tidak bisa dinaiki sepeda karena berbentuk anak tangga. Dengan sisa-sisa tenaga kami menggendong sepeda agar sampai dipuncak. 

Karena semangat tinggi tanpa menghiraukan berat sepeda besiku (Monarch 1.0), aku sampai puncak Paralayang yang pertama. Disusul temanku Ardian, lalu yang lainnya. Tapi tidak semua sepeda sampai dipuncak, beberapa teman menaruhnya tepat disamping jalan kecil. Kata mereka sudah tidak kuat memikul sepeda. Perjuangan sampai puncak Paralayang sudah berhasil kami lewati, ini artinya waktunya kami mengabadikan moment-moment indah ini.
Foto bareng dulu dipuncak Paralayang Parangtritis
Foto bareng dulu dipuncak Paralayang Parangtritis
Foto bareng dulu dipuncak Paralayang Parangtritis
Untuk mengekspresikan kegembiraanku, aku meminta Ardian untuk mengabadikan diriku bareng sepedaku tepat dipaling sudut. Benar-benar hasilnya memuaskan, aku bisa berdiri dengan mengangkat sepedaku. Tenaga ini terasa menjadi lebih kuat lantaran senang dan puas menaklukkan bukit ini dengan bersepeda. 

Tidak hanya aku, Ardian pun berpose dan aku abadikan dengan kamera yang ditanganku. Tapi pada foto terakhir, Ardian mempunyai ide gila dengan memakai Tongsis untuk berfoto tepat ditempat paling ujung berdampingan dengan sepedanya. Gila banget hasilnya. Salut bro Ardian, numpang fotomu aku pakai diblogku ya (sudah perjanjian dari awal heeee).
Mengabadikan sepeda di Bukit Paralayang Paarangtritis
Mengabadikan sepeda di Bukit Paralayang Paarangtritis
Dari puncak Paralayang ini kita bisa melihat pantai sejauh mungkin. Pantai Parangtritis, Parangkusumo, Pantai Depok dll. Usut punya usut, katanya tempat ini lebih ramai lagi saat senja. Selain pengunjungnya banyak, pemandangannya juga lebih asoy. Ahhh, biarlah pagi ini pun pemandangannya bagiku sangat indah. 

Oya, bagi siapapun yang berkunjung kesini harap ikut menjaga kebersihan lingkungan. Dibeberapa sudut ada sampah plastik yang berserakan, selain itu juga bekas minuman air mineral gelas juga dibiarkan saja dipinggiran. Semoga kita bisa lebih sadar dengan kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Bekas air mineral gelas berserakan disalah satu sudut Paralayang, Parangtritis
Bekas air mineral gelas berserakan disalah satu sudut Paralayang, Parangtritis
Perjalanan kali ini berlanjut ke bawah untuk menuju rute selanjutnya. Tapi tulisannya aku pending dulu ya, biar lebih seru. Terima kasih buat teman-teman Druwo Gowes Community yang sudah memperbolehkan aku untuk bergabung. Semoga kita bisa bersepeda ke tempat lain lagi, pokoknya bikin santai saja. Tujuan kita kan bersepeda, datang dan foto-foto, saat mau pulang cari makan dulu.* heeee. Semoga nggak kapok ngajak aku bersepeda ya.
Baca juga postingan yang lainnya 

11 komentar:

  1. Keren banget jalur sepeda yang meliuk dan terjal di tempuh dangan setia hingga bisa menaklukkan bukit paralayang... mantaps

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lumayan menguras fisik kang, tapi tetap nggak kapok :-D

      Hapus
  2. wihhh sampe ada yang gendong sepedanya...hehe...ceritanya gantian gitu yak? :D
    pasti seru banget ya dengan medan yg seperti itu, dan kepuasan setelah sampai di tujuan lah obat capeknya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu saking cinta sepedany mbak haaa, walau capek tapi nggak kapok :-D

      Hapus
  3. wih bro, makin kuat plus sehat aja ni sepedaan nya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haaa, keliatannya emang kuat bro. Tapi capek haaa

      Hapus
  4. Ayo tuntun terus sampai Panggang! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengenku ngikuti jejakmu mas sampai pantai Bekah :-)

      Hapus
  5. Memang iya kalau gak trbiasa bersepeda. Naik tanjakan itu rasanya badan sakit smua. Manteng semua ototnya. Pernah ngalami sendiri

    BalasHapus
  6. Memang iya kalau gak trbiasa bersepeda. Naik tanjakan itu rasanya badan sakit smua. Manteng semua ototnya. Pernah ngalami sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus dibiasakan mas heee, latihan dari tanjakan yg kecil dulu biar otot mulai terlatih :-D

      Hapus

Pages