Sepakbola, salah satu olahraga yang
dijadikan cara semua elemen masyarakat untuk berbaur menjadi satu. Meluapkan
kegembiraan ataupun meneteskan airmata bersama. Ya, hiruk-pikuk suporter selalu
mendukung dikala wasit meniup peluit pembuka, sampai saat wasit meniupkan
peluit terakhir.
Timnas Indonesia U23 saat Sea Games 2015 (sumber: http://www.supersoccer.co.id/) |
Beberapa waktu lalu, kita termanjakan
skill-skill menawan dari Copa America 2015. Melihat bagaimana gigihnya Chile
(tuan rumah) menjadi jawara, setelah mengalahkan Timnas Argentina yang dipenuhi
bintang-bintang lapangan. Ya, dari sini kita bisa kembali melihat bahwa
sepakbola adalah permainan yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan
analisis/prediski saja. Banyak sekali prediksi yang meleset, mereka hampir
sebagian besar menjagokan Argentina; namun akhirnya harus legowo setelah kalah mental dan keberuntungan saat adu pinalti.
Dibalik kemeriahan Copa America yang
juga disambut oleh masyarakat Indonesia. Hati kita masih terganjal banyak hal. Bagaimana
dengan sepakbola kita? Secara resmi Indonesia tidak lagi dalam naungan FIFA
karena adanya pembekuan oleh Menpora. Kritikan berbalas antara pendukung PSSI
(saat ini) dengan pendukung Menpora. Tidak berujung di mana benang ini harus
dipersatukan, kekolotan dan saling merasa benar menjadi hal yang nyata untuk
kita lihat selama ini. Ya, masih ada kecenderungan untuk menomorsatukan “emosi”
dari pada melihat sepakbola Indonesia menjadi baik.
Kita berharap ada solusi terbaik,
namun saat ini kita malah disuguhi kejutan yang menghenyakkan. Simpang siur
adanya kongkalikong pertandingan Indonesia U23 yang dijadikan para penjudi (mafia
bola) bermain, sampai akhirnya ditemukan bukti rekaman telepon dari Menpora. Semua
mata tentu tertuju pada PSSI. Namun kejutan berlanjut, ketika mantan Menpora
Roy Suryo ikut menyikapi dengan berkata rekaman tersebut dibuat di gedung
Menpora. Ah, publik pun dibuat tak berdaya, siapa dalang sebenarnya. Sepakbola kita
tidak hanya menampilkan drama yang dramatis di dalam lapangan, namun jauh di
luar lapangan juga menampakkan drama yang tak kalah mencekak leher, hati, dan
pikiran.
Rentetan permasalahan pun tidak
kunjung usai. Dikala Menpora mencetuskan adanya Piala Kemerdekaan yang akan
dihelat rencananya tanggal 1 Agustus 2015 mendapat komentar pedas dari PSSI.
Mereka (PSSI) berkata bahwa tim yang ikut Piala Kemerdekaan adalah tim
abal-abal, bukan tim asli. Mungkin tujuan Menpora mengadakan Piala Kemerdekaan
adalah agar persepakbolaan Indonesia ini tetap berjalan. Namun, tetap saja
hampir seluruh tim tunduk ke PSSI. Apakah kita masih teringat beberapa tahun
silam saat ada PSSI & KPSI? Saat satu Negara terdapat dua kompetisi ISL
&IPL? Siapa yang berkuasa? Bagaimana dengan pemain-pemainnya? Sebuah coretan
sejarah yang buruk, mungkin saat itu kita berkata “Ini adalah yang terburuk.”
Dari permasalahan ini, para pecinta
sepakbola Indonesia masih bimbang, sampai kapan masalah ini berakhir. Ke manakah
arah persepakbolaan Indonesia ini akan berlayar dan berlabuh. Banyak hal yang
harus diperhatikan oleh jika pembekuan ini masih berlangsung lama. Banyak pemain
yang terlantar, ikut tarkam, atau beralih profesi dulu seraya menunggu
kejelasan kompetisi di Indonesia. Bagi yang sedikit beruntung, mungkin mereka
akan mencoba mencari rizki bermain bola di Negara tetangga. Bumbu-bumbu pedas
saling mencela pun tidak luput terjadi di Sosmed. Media massa pun mulai melirik
bahwa topik sepakbola di Indonesia saat ini bisa menjadi bahan utama untuk
terus diliput, termasuk perseturuan antara PSSI dan Menpora.
Kita berharap, kedua lembaga ini bisa
duduk bersama. Mengambil keputusan yang baik dan tidak saling egois. PSSI
memang sudah tidak terdaftar di FIFA, tapi bukan berarti sepakbola Indosia
harus berhenti kan? Cobalah belajar dari dari Negara tetangga yang pernah di
sanksi FIFA, apa yang mereka lakukan selama sanksi tersebut masih didapatkan. Menghentikan
kompetisi, atau tetap menjalankan kompetisi dan mempersiapkan bibit-bibit muda?
Ahhh, sampai sekarang kita masih terus bertanya, “Ke mana sepakbola kita (Indonesia) akan berlabuh?”
Semoga saja sepak bola di indonesia bisa lebih baik lagi :')
BalasHapuswah dapet pertamax nih :D :D
Semoga saja, mbak :-)
Hapuswah selamat haaaa. Ini juga dadakan nulisnya, tiba-tiba pengen nulis bola :-D
nasib pemain bola Indonesia kasihan
BalasHapusYa, salah satunya pemain bola. Tapi untuk keseluruhan juga banyak yang dirugikan..
Hapusah, kesel emang kalau liat sanksi ini. kapan itu pssi sama mentri mau damai. udah ada klub yang bubar juga kan..
BalasHapusUdah beberapa yang bubar karena nggak ada kejelasan...
Hapuskasian juga orang-orang yang bernaung di bawah industri sepakbola
BalasHapusMereka paling merasakan dampaknya...
Hapuskacau deh persepakbolaan Indonesia
BalasHapusSemoga masalah ini cepet selesai dan liga sepak bola bisa di gelar lagi #Sedih
BalasHapusAku ikutan sedih, om haaaa
Hapus