Hari esoknya, setelah semalam menikmati acara Festival Jamu di Alun-alun kota Magelang, berlanjut rehat di hotel Puri Asri Magelang. Paginya aku dan rombongan sarapan di restoran hotel, lantas menunggu agenda selanjutnya. Tujuan selanjutnya adalah ke Tidar, Magelang.
“Agenda diubah, tidak jadi ke Tidar tapi langsung ke Selogriyo,” Kata pemandu kami.
Selogriyo? Nama lokasi yang menurutku masih asing kala itu. Aku mendapatkan informasi kurang detail tentang tempat ini, ada yang bilang ini sebuah bukit. Namun, pertanyaan di kepalaku langsung terjawab saat dua pemand lokal (yang ternyata salah satunya adalah temanku bersepeda) asli Magelang ini menerangkan bahwa Selogriyo adalah sebuah candi kecil di antara bukit.
"Pokoknya bagus," Terangnya sambil memberikan jempol.
Perjalanan ke Candi Selogriyo, Magelang |
Kami pun bergegas menaiki bus dan menuju lokasi. Sesampai di dekat jalan menuju candi, sebuah jalan aspal kecil terbentang di depanku. Katanya jaraknya sekitar 2km dari ini. Alhasil kali ini harus menapaki jalanan dengan jalan kaki.
Jalanan aspal awalnya lumayan besar, setiap sisi terhampar pemandangan hijau karena sawah berjejer-jejer luas. Semakin jalan jauh, jalanan berubah menjadi lebih kecil serta melewati perumahan warga.
Aku dan rombongan menapaki jalan di antara rumah-rumah, sesekali menyapa penduduk setempat. Tidak lama kemudian kembali bentangan sawah tepat di hadapan kami. Sejenak rombongan terlihat berhenti, mengabadikan beberapa bukit hijau yang terlihat oleh kedua mata.
Pemandangan ini membuat rasa capek sedikit hilang, terpuaskan oleh pemandangan. Tidak hanya aku, rombongan yang lain pun sibuk memotret menggunakan gawainya masing-masing. Para mahasiswa Internasional ini antusias dengan perjalanan hari ini.
Berpapasan dengan warga setempat |
Mengabadikan perbukitan arah ke Candi Selogriyo |
Lebih 1 KM aku berjalan, ada sebuah gerbang yang bertuliskan Candi Selogriyo dan pos kecil yang dijaga oleh warga setempat. Ada tiga anak perempuan dengan umur belasan tahun. Mereka setia menjaga pos ini dan menunggu pengunjung datang.
Sepertinya gerbang ini masih jauh dari lokasi candi, karena sepanjang mata memandang belum terlihat sebuah bangunan candi. aku pun menghela nafas seraya tetap berjalan santai. Minimal, kami sudah sampai depan gerbang tulisannya.
Bareng pemandu dan teman blogger |
“Candinya ada di balik bukit itu,” kata salah satu pemandu.
Ternyata lebih jauh dari perkiraanku. Mungkin tidak hanya 2 KM, tapi malah 3 KM dari tempat awal kami berjalan lokasinya. Melewati jalanan paving, dilanjut dengan jalan setapak, lalu di depan terdapat gerbang dan jalanan membentuk anak tangga.
Aku dan Ruqia yang memang berjalan berdua pun sedikit lega, ini artinya sudah dekat. Aku menapaki setiap anak tangga yang naik. Terlihatlah sebuah candi kecil serta papan bertuliskan “Candi Selogriyo”.
Kami menuju sebuah pos yang dijaga oleh dua orang. Di sini kami mengisi biodata, akhirnya sampai juga. Sambil mengisi, aku pun tanya nama desa dan berapa setiap harinya pengunjung yang datang ke sini kepada bapaknya.
Kawasan Candi Selogriyo Magelang |
Mengisi biotada sebelum masuk candi |
“Alamat candinya, dusun Campurejo, desa Kembangkuning, kec Windusari, Magelang, mas. Kalau akhir pekan biasanya pengunjungnya bisa 50an perhari,” Jawab beliau.
Candi Selogriyo ini merupakan candi Hindu yang berada di timur lereng Gunung Sumbing. Dari papan informasi, aku dapat mendapatkan sedikit informasi tentang candi ini. Candi yang ditemukan oleh Hartmann (residen Magelang masa penjajahan) pada tahun 1835.
Di candi ini ada empat sisi yang setiap sisinya ada arcanya. Adapun arca tersebut adalah Durga Mahisasuramardini, Ganesa, Rsi Agastya, dan Nandishwara & Mahakala.
Candi Selogriyo di Magelang yang jarang dikenal |
Aku mengelilingi candi kecil ini, dan berusaha melihat seperti apa relief ataupun arca yang ada. Namun ada yang membuatku mengganjal. Beberapa arca ini tidak ada kepalanya, bagian kepalanya suda raib entah ke mana.
Sebuah pertanda bahwa sudah selayaknya hal seperti ini tidak terjadi lagi di manapun tempatnya. Pemerintah harus bisa menjaga aset peninggalan sejarah bangsa dibantu dengan pengelola dan warga setempat.
Ada yang aneh dengan arca ini? |
Kedua pemandu lokal mulai memaparkan secara detail tentang candi Selogriyo ini, sedangkan aku malah asyik sendiri mengamati sekitar. Dari kejauhan terlihat semua mahasiswa internasional pun antusias untuk mengenal lebih dekat mengenai candi ini.
“Saya hanya tahu candi Borobudur dan Prambanan saja, ternyata banyak candi lain,” Ujar Ruqia.
Mahasiswa Internasional menyimak keterangan dari pemandu lokal |
Aku tersenyum mendengar ucapannya. Aku menjelaskan jika di Jawa ini ada banyak candi. Banyak di antaranya merupakan candi-candi kecil yang lokasinya tidak berjauhan. Sebagian utuh, dan sebagiannya lagi tinggal reruntuhan.
Selesai kegiatan mengenalkan tentang candi dan beberapa diskusi serta permainan, aku dan rombongan pun membuat lingkaran di halaman candi untuk menikmati makan siang Pecel. Asyik, sebuah suguhan makan siang yang menggugah selera. Tidak hanya aku, teman-teman yang lain pun sangat menikmati.
Makan pecel pincuk di pelataran Candi Selogriyo |
Tentu sebelum aku dan rombongan ini meninggalkan candi Selogriyo, ritual berfoto bareng tidak lupa kami lakukan. Sebelumnya, aku sudah berfoto sendirian. Tepat di halaman candi, kampi pun berfoto bersama.
Selepas itu, aku dan rombongan kembali menuju lokasi pertama kami turun dari bis. Siang panas ini aku berlari menuju bawah. Teman berlariku bukan Ruqia, melainkan Ahmad yang berasal dari Yordania. Dia mengajakku untuk berlari agar sampai lokasi lebih cepat.
Foto bersama di halaman candi Selogriyo Magelang |
Selama berlari, dia bercerita kalau di Yordania dia sering olahraga seperti ini. Ternyata dia suka main sepakbola dan futsal, duh nasibku. Aku terpaksa berlari bareng orang yang memang terbiasa dengan seperti ini, aku pun berusaha mengimbanginya walau sedikit tersengal-sengal.
*Liputan ini difasilitasi oleh Dispudpar Jateng tanggal 4-6 Juni 2015 dengan menggandeng Mahasiswa Internasional dan Blogger.
menapaki sejarah masa lampau, saya seneng jelajah situs peninggalan sejarah, di magelang paling populer borobudur, ternyata masih ada situs lain yang tidak terekspos
BalasHapusSaya juga baru tahu waktu diajak ke sini, mas. Sebelumnya belum pernah dengar nama Candi ini.
HapusKak ... ce yg nulis buku tamu itu cakep juga yaaaa #gagalFokus
BalasHapusBerarti fokus banget om lihatnya :-D
Hapuswah keliatan sangat seru yaa dengan acaranya :)
BalasHapusIya, seru banget :-D
HapusWah seru seruan bareng bule :D
BalasHapusPokoknya seru abis :-D
HapusJadi Pengennnnnnnn :D
HapusAyoo mas hehhhehheh
Hapuskang ko candinya di ikat gitu kang. kenapa ini kang
BalasHapusSedang diperbaiki dibeberapa bagian :-)
HapusAku kangen semua tentang waktu itu. Matur nuwun!!
BalasHapusSama-sama :-)
Hapusseru ya bisa kunjung kesana
BalasHapusSeru banget mbak :-)
Hapuscandinya ga ngetop ya .... tapi bisa dikatakan terawat dan di urus dengan cukup baik ... he he
BalasHapusmeskipun ada aja orang yang curi kepala patung ..... hiyyyy ... nanti di datengin loh sama badannya ...
Itulah mirisnya di Indonesia, kang. Banyak benda purbakala yang tidak terawat :-(
HapusWah saya malah baru tau mengenai candi ini mas, wah sip nih siap ane ngetrip kesana :D
BalasHapusCandi ini memang belum begitu dikenal, mas Tapi tempatnya sangat sejuk karena di area perbukitan.
HapusBelum pernah kesampaian ke kawasan destinasi wisata xejarah dengan menapki jajak sejarah tempo dulu di kawasan Candi Selogriyo nan eksotis yang memiliki kisah masa lampau.
BalasHapusKudu diagendakan, kang :-D
Hapuswah, bagus sekali, dulu waktu saya ke sana, waktu jaman pramuka SMP, masih dalam perbaikan, kira2 tahun 2001 an., sudah lama ternyata.
BalasHapusWah nggak kebayang jaman segitu serunya :-D
Hapus