Kunjungan ke destinasi selanjutnya pun berlanjut. Usai foto bareng dengan petugas di depan Museum Gempa, bus yang kami naiki menuju Omah Petruk. Lokasi Omah Petruk ini berada di Karang Kletak, Hargobinangun, Pakem, Sleman, DI. Yogyakarta. Melewati jalanan yang tidak terlalu lebar, bus menuju jalan searah ke Museum Gunung Merapi.
Berhubung perjalanan dari arah Kaliurang, bus hanya melewati Museum Gunung Merapi yang berada di sisi kiri. Tidak jauh dari sana, bus berbelok ke kanan (jika diruntut dari arah kota Jogja, jalan ke Omah Petruk sebelum Museum Gunung Merapi, belok kiri) tetap di pertigaan yang ada plang tulisan Omah Petruk.
Secara perlahan, bus terus menyusuri jalanan kecil yang terlihat asyik jika dilalui dengan sepeda. Tidak jauh dari sana, bus membelokkan ke sebuah joglo yang halamannya cukup lebar. Joglo yang dikelilingi pepohonan hijau nan sunyi. Aku menuruni bus, dan mataku tertuju pada satu patung besar yang menjulang tinggi di tepian jalan. Patung sepasang kaki yang tidak asing lagi bagiku.
Ya, patung ini sempat menjadi salah satu ikon dan penghuni KM Nol Jogja. Berdiri di antara kursi-kursi permanen, menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. walau pada akhirnya patung ini tergantikan oleh patung sekawanan Gajah, yang lambat laun juga tergusur keberadaannya dari KM Nol Jogja. Di sini, patung Kaki tersebut berdiri megah di antara pepohonan berwarna hijau.

![]() |
Patung di Omah Petruk Yogyakarta |
Kulangkahkan kaki menuju Omah Petruk. Tempatnya luas. Aku berhenti di depan patung Banteng yang terbuat dari lempengan seng. Masuk lebih dalam, di sisi Patung Banteng yang ingin menanduk, terdapat dua rumah Joglo. Dua rumah Joglo yang mirip ini hanya aku abadikan sekali saja. Joglo yang pertama kulalui dengan sekali bidikan, namun tidak dengan Joglo yang kedua.
Tepat di teras Joglo terdapat dua patung lelaki (Satu dewasa dan satu anak-anak). Patung ini menjadi pusat perhatian rombongan kami dengan selingan candaan. Ya, patung anak kecil yang hanya mengenakan kaos dan terlihat pusar serta kelaminnya.
Sedangkan di dalam, terdapat patung yang dilihat secara kasat mata seorang wanita setengah bugil berbaringan dengan perut yang besar. Sebuah seni tentu mempunyai makna yang berbeda bagi setiap orang memandang. Bahkan, salah satu temanku berceletuk.
“Eh, belum disunat,” Tawa pun terdengar riuh rendah.

![]() |
Joglo dan Patung penghuninya |
Tepatnya di samping rumah Joglo ini terdapat berjejeran patung topeng yang tertanam pada susunan tembok batu. Ada sekitar delapan jenis topeng muka yang terpampang di sini. Setiap topeng muka tersebut disanggah dengan sebuah besi yang sudah ditanamkan pada tanah dan diberi semen sehingga kuat menahan beban.
Pandanganku menuju belakang Joglo di sisi lainnya, terdapat patung perempuan setengah bugil dengan tangan menengadah. Uniknya di patung ini yang terlihat adalah bagian atas (payudara) perempuan yang berjumlah banyak. Aku mengabadikannya.

![]() |
Patung di sudut lain Omah Petruk |
Ada banyak spot yang menarik dan sudah tentu menyesal untuk kulewatkan. Banyak patung-patung karya seniman tertata sedemikan rupa, sehingga aku sulit menentukan mana yang ingin aku bidik. Lokasi yang cukup luas dan rindang ini membuat konsep Omah Petruk menjadi semacam wahana tanpa sekat.
Setiap orang bisa mengabadikan patung-patung tersebut secara bebas, namun tentunya dengan tidak mengubah posisi patung-patung tersebut. Aku menjelajah lebih dalam lagi, menuju barisan patung orang-orang yang duduk rapi di sebuah pelataran. Tepat di depannya terdapat semacam tumpeng dan sesajen.
Tidak jauh dari sana juga terdapat banyak patung kepala yang semuanya mirip. Patung-patung tersebut tersebar di satu titik dengan menghadap ke arah yang hampir sama, hanya ada beberpa yang berbeda arah. Dan lebih jauh lagi, pemandangan patung unik pun kudapati. Patung seeokor Sapi yang berbaring dengan kaki sedikit mengangkang dan dikerubungi lima patung anak.
Dua patung anak merangkak ingin minum susu langsung ke Sapi, dan tiga lainnya dari arah berbeda membawa tempat penampungan (Teko & Dirigen) yang akan digunakan untuk menampung air susu Sapi.
Setiap orang bisa mengabadikan patung-patung tersebut secara bebas, namun tentunya dengan tidak mengubah posisi patung-patung tersebut. Aku menjelajah lebih dalam lagi, menuju barisan patung orang-orang yang duduk rapi di sebuah pelataran. Tepat di depannya terdapat semacam tumpeng dan sesajen.
Tidak jauh dari sana juga terdapat banyak patung kepala yang semuanya mirip. Patung-patung tersebut tersebar di satu titik dengan menghadap ke arah yang hampir sama, hanya ada beberpa yang berbeda arah. Dan lebih jauh lagi, pemandangan patung unik pun kudapati. Patung seeokor Sapi yang berbaring dengan kaki sedikit mengangkang dan dikerubungi lima patung anak.
Dua patung anak merangkak ingin minum susu langsung ke Sapi, dan tiga lainnya dari arah berbeda membawa tempat penampungan (Teko & Dirigen) yang akan digunakan untuk menampung air susu Sapi.


![]() |
Masih tentang patung-patung lagi |
Lebih ke belakang, terdapat beberapa Rumah Panggung dan Joglo yang tersebar berdekatan. Rumah-rumah ini bisa dipergunakan untuk menginap. Dalam satu rumah, bisa menampung 15 orang, hal ini dikarenakan dalam rumah tidak ada sekat kamar. Langsung seperti aula.
Konsep ini sengaja dibuat agar setiap rombongan dapat berinteraksi, berbincang, dan bersantai menjadi saling kenal. Dari pengelola Omah Petruk, aku dapat informasi jika ingin menginap di rumah-rumah ini (yang berkapasitas 15/rumah) setiap orang dikenai biaya 150/hari. Tidak mahal, karena makan sudah ditanggung oleh pengelola.

![]() |
Rumah-rumah yang bisa ditempati untuk menginap |
Sedikit aku dan rombongan mendapatkan informasi dari pengelola, tujuan Omah Petruk ini dibangun adalah menggabungkan lima unsur agama dan berbasis budaya. Jadi di sini ada seperti Musola, dan lainnya. Pada hari-hari tertentu, ada kegiatan yang rutin dilakukan di tempat ini. tentu aktivitasnya tidak jauh-jauh dari kebudayaan.
Latihan gamelan dilakukan seminggu sekali, kemudian Wayang semalam suntuk dilakukan awalnya rutin sebulan sekali, namun karena masalah biaya, sehingga kali ini Wayang pun dilakukan hanya tiga bulan sekali, tepatnya setiap Selasa Kliwon (penanggalan Jawa). salah satu kegiatan yang besar kala itu adalah saat memperingati tiga tahun erupsi Merapi, di sini diadakan acara dengan membuat 1000 tumpeng.
Kami pun terlarut dengan obrolan santai bersama pengelola. Di sini sekitar ada 6 petugas yang mengelola Omah Petruk, walau hanya enam orang, namun setidaknya tempat ini cukup terawat dengan baik. Rimbunnya pepohonan serta Bambu membuat suasana di sini cukup seru.
Aku pikir, ini adalah salah satu tempat yang tepat untuk bersantai dan menikmati waktu akhir pekan. Tidak terasa waktu sudah menjelang siang, kami pun berpamitan untuk menuju destinasi selanjutnya. Sebelum meninggalkan Omah Petruk, aku dan rombongan menyempatkan dulu berfoto dengan pengelola Omah Petruk di depan salah satu pendopo.
Masih banyak patung-patung yang tidak terabadikan. Semoga aku bisa menuju ke sini untuk kali keduanya. Sehingga sedikit lebih banyak bisa mengabadikan patung-patung di sudut lainnya.
![]() |
Melihat setiap pating di Omah Petruk |
![]() |
Foto bersama di depan salah satu aula |
Pada kenyataannya, Omah Petruk menjadi tempat berkreasinya pada seniman-seniman di Jogja. Mereka membuat karya, dan memajangnya di sini. Hasil karya mereka pun sering dijadikan pameran patung, jika terjual, maka koleksi di sini pun berkurang. Namun menurut pengelola, tetap akan ada banyak hasil karya seniman-seniman yang datang ke sini.
Jika sewaktu-waktu kalian berkunjung ke kawasan Kaliurang, tidak ada salahnya untuk mengunjung Omah Petruk ini, tidak ada retribusi ketika kita masuk ke area sini, yang ada hanya membayar parkir saja. Ada banyak patung yang terpajang di sini, mereka seakan-akan membuat kita agar terus mengabadikannya, menikmati setiap hasil karya para tangan-tangan seniman Jogja.
*Famtrip ini difasilitasi oleh Disbudpar Kab. Sleman tanggal 30 November 2015 dengan menggandeng Travel Blogger & Admin Sosial Media.
omah petruk memang tmpat wisata yg memang menonjolkan mutu seni yang tinggi...sebagai orng jogja saya sangat bangga :)
BalasHapusIya mas, kental banget dengan seni budaya di Omah Petruk
Hapusuhhh kece y acaranya mas mantap dah......tpi tempatnya jadi horor hehe...
BalasHapusNggak horror kok, mas. Malah seru bisa jauh dari kebisingan :-)
HapusKeren hasil pahatan patung-patungnya :)
BalasHapusMasih banyak pahatan yang nggak terdokumentasikan, mas :-D
Hapusadatnya keren cuy.. ada corak buddha ny6a juga..
BalasHapusDi sini konsep agama Islam sampai Budha ada bro. Cukup bagus untuk dinikmati :-)
HapusIni kayaknya musti ane tulis di agenda siapa tau bisa jadi tempat ngetrip ane besok besok :D
BalasHapusKalau arahnya ke Kaliurang bisa sekalian ini mas, minimal dapat Museum Gunung Merapi, Omah Petruk, Ulen S, Museum Gempa dan Kaliurang :-)
HapusMas Nasirullah, boleh minta cp pengelolanya jika saya mau menginap atau berkunjung ke Omah Petruk?
BalasHapusSaya tidak punya, mas. Tapi njenengan bisa tanya ke Dinas Pariwisata Sleman untuk CP-nya :-)
HapusUtk kunjungan ke omah petruk kira2 ada transportasi umum yg lewat tdk ya???
BalasHapusTidak ada mbak. Harus pakai kendaraan pribadi.
Hapuswah patung disana unik-unik yah..
BalasHapusBagus juga diabadikan loh.
HapusJadi tahu tentang Omah Petruk. Maturnuwun Mas. Semoga bisa main ke sana. Bagus-bagus patungnya.
BalasHapusSami-sami mas.
HapusMungkin selain ke Omah Petruk, mas juga bisa sekalian ke Ullen Sentalu.