“Aku suka mengabadikan pemandangan kala naik kendaraan. Misalnya saat aku
sedang naik Kereta Api, Bis, atau malah mengendarai sepeda. Jika naik kendaraan
umum aku harus memotret objek dengan laju kendaraan yang tak tentu. Berbeda
halnya dengan naik sepeda. Aku dapat berhenti sejenak dan mengabadikan, lalu
kembali mengayuh pedal. Aku tak tahu, kadang yang aku abadikan bisa tertuang
dalam tulisan.
Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing terlihat gagah dikejauhan |
Satu jam sebelumnya…
Usai adzan subuh pagi, kuterobos jalanan
Jogja yang lengang naik sepeda. Dipunggungku terpanggul ransel besar yang tak
banyak isinya. Meskipun tak banyak, tetap saja bersepeda dengan memanggul
ransel besar menjadi sedikit repot. Aku bergegas menuju kantor, di sana semua
orang tinggal menungguku sebelum berangkat ke Salatiga. Berbekal cahaya jalanan
yang temaram, terus kukayuh pedal sepeda melewati gang-gang daerah UNY sampai
tembus ke Lembah UGM. Aku terus mengayuh, mengabaikan dering telepon sedari
tadi berbunyi. Aku tahu, ini pasti panggilan dari orang kantor yang menungguku
sedari tadi.
“Maaf aku terlambat,” Ujarku seraya menaikkan ransel ke dalam mobil.
*****
Laju mobil kencang melewati atas
Jembatan Layang Jombor menuju Magelang. Masih dinihari tak terlihat kemacetan
di sepanjang jalan Jogja. Padahal jika siang sampai sore, titik-titik jalan di
Jombor – Denggung adalah lokasi paling sering terkena macet. Masih cukup pagi,
dengan suasana sedikit mendung kami dalam satu mobil bergerak menuju Salatiga.
Di sana rencananya aku dan rombongan tiga hari, kegiatan fieldtrip mahasiswa membuatku ikut mendampingi ke sana. Di Salatiga
nantinya para mahasiswa akan mencari Nyamuk dan kuliah di B2P2VRP.
Tepat di pertigaan arah Kopeng, mobil
sedikit tersendat. Selebihnya kami pun dengan lancar tanpa hambatan melibas
jalan tanjakan. Terlihat teduh kala panyak rerimbunan pohon yang berjejer sisi
kanan dan kiri, namun cahaya mentari yang mulai muncul menjadikan sedikit
masalah bagi pengemudi. Cahayanya membuat silau, sehingga mobil harus
memperlambat lajunya. Selama perjalanan, saingan kendaraan paling banyak adalah
mobil bak terbuka yang didominasi pedagang ke pasar dan truk mengangkut beban
berat. Aku duduk di depan, tangan ini terus memegang kamera. Sementara sabuk
pengaman mobil sudah kupakai sedari tadi waktu mobil akan berjalan.
Menerobos jalan sekitaran Kopeng |
Acapkali aku mengabadikan kendaraan
yang melaju di depanku, atau malah sengaja mengabadikan jalan seperti yang aku
lakukan dari tadi. Tak sengaja aku berpapasan dengan segerombolan anak-anak SD
yang berangkat sekolah jalan kaki. Aku langsung membidiknya; aku teringat kala
kecil pun berjalan kaki ke sekolah sebelum mempunyai sepeda. Jika sebagian
besar siswa di perkotaan berangkat sekolah diantar, berbeda halnya di pinggiran
kota atau malah di desa. Siswa diantar sekolah setahuku pada saat kali pertama
masuk. Setelah itu, mereka akan berjalan bareng teman-temannya menuju sekolah.
Namun ada satu hasil dokumentasi yang
membuatku merasa senang. Waktu di salah satu tikungan jalan, aku tak sengaja
melihat ibu-ibu paruh baya berjalan kaki. Beliau sepertinya ingin ke ladang,
aku mengabadikan tiga ibu yang berjalan kaki. Sayang kedua ibu yang di depan
dan belakang tak fokus, tapi beruntunglah ibu yang di tengah dan kepalanya
memanggul keranjang kosong terabadikan dengan baik. Benar-benar potret yang
menurutku Indonesia Banget.
Anak-anak berjalan menuju sekolah |
Ibu paruh baya menuju ladang |
Gunung Merbabu tampak gagah di
depanku. Aku melihat sisi kanan terdapat tulisan “Jalur Pendakian Gunung
Merbabu via Wekas”, tampak sekilas beberapa kelompok orang memanggul ransel.
Bisa jadi mereka ingin muncak pada
bulan puasa. Aku harus legowo tak
dapat mengabadikan sunrise yang
sempat terlihat. Namun, bagiku masih ada kesempatan untuk mengabadikan lainnya.
Memang mengabadikan suatu objek saat berkendara itu banyak rintangannya. Aku
tak ketinggalan mengabadikan Gunung Merbabu kala pagi dari dalam mobil. Kabut
tipis masih menggelayut di angkasa, sementara lambat laut cahaya mentari
menerobos agar cahayanya sampai ke bumi.
Serambi memegang kamera, mataku
terarah pada sisi kiri jalan. Sebuah bukit yang tertutup awan, sementara sisi
kiri lainnya menjulang tinggi sebuah gunung. Aku masih tak paham itu gunung
apa? Apa Sindoro, Sumbing atau perbukitan yang lainnya itu malah Andong dll.
Entahlah, yang paling jelas adalah Gunung Merbabu. Aku benar buta peta dan tak
dapat mengidentifikasi dengan baik. Lihatlah, di sisi kiriku terlihat jelas
tiga gunung berjejeran. Ada yang paham ini gunung apa saja? Aku hanya sanggup
mengabadikannya. Beruntunglah seorang teman di sosmed mengatakan jika dua
gunung yang terabadikan adalah Sindoro & Sumbing. Dalam hati malah
terpikirkan bagaimana jika suatu saat aku dapat kembali mendaki gunung. Sesuatu
yang baru aku lakukan seumur hidupku. Aku rasa mendaki gunung bukan hanya
masalah mental, tapi niat juga harus bulat. Sering kali aku membatalkan niatku
karena merasa tak yakin, dan baru sekali mantap lalu naik. Waktu itu naik
gunung Merbabu bareng teman.
Pemandangan sepanjang perjalanan Kopeng - Salatiga |
Ada banyak lokasi wisata yang aku
lewati kala ke Salatiga lewat Kopeng. Kopeng sendiri sudah dikenal dengan banyak lokasi wisata, belum lagi Ketep, ada juga hutan pinus yang akhir-akhir ini
sering terlihat di timeline sosmedku. Di tambah lagi lokasi-lokasi yang tak
kuketahui. Yang aku pahami, kala pagi melewati ruas jalan ini adalah
pemandangannya indah, banyak kulihat orang berbondong-bondong ke pasar; melihat
aktifitas masyarakat setempat yang sibuk bekerja.
Aku terus melaju, meninggalkan Kopeng
menuju Salatiga. Dua jam terdiam di dalam mobil, aku pun sampai di lokasi.
Lokasi yang setahun lalu pernah aku datangi dengan tujuan yang sama. Di sini
aku akan menikmati Salatiga selama tiga hari; dan yang membuatku senang adalah,
aku mendapat bocoran kalau sore dan malam nanti kami akan ke Bukit Cinta Rawa
Pening untuk menangkap Nyamuk. Bukit Cinta Rawa Pening? Aku yakin kalian orang
Salatiga – Semarang dan sekitarnya sudah taka sing dengan tempat tersebut. *Dokumentasi perjalanan ke Salatiga via
Kopeng pada hari Rabu; 15 Juni 2016.
Baca juga tulisan lainnya
keren jepretannya mas, meski beradu dengan laju kendaraan
BalasHapusMakasih kang, ini juga semampunya hehehhehe
HapusMantab mas jepretannya,
BalasHapusTerima kasih mas, ini juga masih latihan :-D
HapusNgider kopeng salatiga balik boyolali tuh rute bapak kalo ngajak touring. Jaman masi latihan bawa motoe diajaknya muter muter situ, pdhl nanjak nanjaknya mayan kan yak.
BalasHapusKami hebat mbak latihan di jalan seperti ini. Aku mah kalah jauh :-(
Hapusapik mas potone, ikut ngrasa sejuk...adem :)
BalasHapusAtimu sejuk rak mbak? Hahahhahahhaha
HapusWaw bagus juga mas jalannya masih bagus, kalau jalan yang saya lalui itu buruk sekali, hanya diperkotaan saja yang lumayan bagus dan kalau sudah masuk ke daerah pedesaan ada yang bagus dan ada yang rusak.
BalasHapusBanyak jalan di kampung yang rusak kang hehehheh. Kampungku juga sama.
HapusSepertinya harus diajukan nih kang ke pemerintah supaya dibetulkan dan pengendara yang melewati jalannya bisa nyaman.
HapusSudah diajukan, dan sedang dalam proses di PU
Hapusmemang benar, indonesia sangat indah dengan pemandangannya, meskipun itu pemandangan sepanjang jalan kopeng tapi sudah sangat indah..
BalasHapusIndonesia benar-benar membuktikan kalau indah :-D
Hapusmasih bisa ketangkep bagus fotonya :)
BalasHapusNggak sengaja waktunya tepat :-D
HapusDuuuh, jepretanmu emas banget mas :D hihihi pemandangannya indah banget ya btw :'
BalasHapusHehehehhe, ini juga nggak sengaja mas :-D
HapusUntung batre kamera gak ketinggalan ya mas... hihihi pemandangan gunung pagi2 emang keren ya.
BalasHapusJan tenan kok, nasib hahahhahahha
HapusYang di Merbabu pernah lewat :D
BalasHapusseger banget ya mas udaranya..
Kalo pagi dan sore emang segar suasananya mas :-D
Hapusdi antara sekian bnyk pemandangan, aku tuh paling suka ama gunung :).. apalagi yg berapi.. ngeliatnya aja udh kyk merinding, ngebayangin kedashyatannya kalo meletus suatu hari :)..
BalasHapusGunung itu berkharisma, jadi penuh misteri :-)
Hapusdaerah sana emang sejuk lho mas hehe... selamat hari raya mas rullah Taqoballahu Minnaa Waminkum, Shiyamanaa Washiyamakum, Kullu ‘Amin Wa Antum Bikhoirin, Waja’alanallahu Waiyyakum Minal Aidzin al Faizin… Amin….
BalasHapusSelamat ahri raya juga mas :-)
Hapuswaduhhh...... bagusss sekalii ituu gunung kembarnya....>.< entah kenapa selalu bergelora kalau liat gunung.. kerennnnnnnn!! ademmm....
BalasHapusGunung selalu membuat kita merasa teduh dan nyaman melihatnya..
HapusIya ih, gambar ibu ibunya bagus sekali walaupun ga fokus yang depan sama belakang^^
BalasHapusBukit Cinta Rawa Pening? Jepret lagiiiii^^
Bukit rawa cintanya nanti ditulis dilain waktu ahhahahhahah
HapusSuasana jalan nya itu lho teduh syahdu yaaa, keliatan 2 gunung bikin tentrem
BalasHapusSeteduh apa om? hahhahahhaha
Hapuske Bukit Cinta Rawa Pening untuk menangkap Nyamuk? serius?
BalasHapusIya mas hehehehhehe. Ceritanya masih belum kutulis :-D
Hapuskopeng yang sangat asri.. pas tuh, ke sala3 selama 3 hari.
BalasHapusAdem juga ahhahahha
HapusDuh, foto2nya adem gitu mas. jadi kangen main-main ke Kopeng. kayanya dulu jaman kecil, ngerasain naik kuda beneran pas di Kopeng deh. hehehehe
BalasHapusHuahuahua malah pengen naik kuda di sini mas, sayangnya cuma numpang lewat saja :-(
Hapusenak ya mas, bisa hanging around sambil sesekali stop by buat foto foto, hehe
BalasHapusIni nggak berhenti mas, jadi asal potret aja pas mobil tetap jalan :-D
HapusYang kuingat dari kopeng adalah saat bapak ngajak renang di pagi hari dengan air yang sangat dingin. hehehehehe
BalasHapusHhehheheheh, ampun kalau aku. Mesti segar banget, tapi yang dinginnya nggak ketulungan hahahhaha
HapusKeren jepretannya kang. Lanjut lagi dong dari Salatiga ke Semarang via tol Semarang - Bawen. Keren pemandangannya. Apalagi pas daerah Ungaran, uhhh
BalasHapusMakasih kang, kalau ada kesempatan ke sana pasti diusahakan motret kang :-D
Hapus