Antusias Pengunjung di Kampung Buku Jogja #2 2016 |
Hampir seminggu terakhir, aku melihat
sebuah papan baliho besar yang disanggah bambu-bambu terikat di area Lembah
UGM. Di sana sebuah informasi mengenai acara Kampung Buku Jogja #2 tahun 2016
akan dilaksanakan. Selama tiga hari 6 – 8 Oktober, Kampung Buku Jogja #2
melaksanakan banyak agenda di Foodpark UGM Bulaksumur.
Berhubung lokasi tersebut merupakan
jalurku berangkat dan pulang kerja. Aku menyempatkan untuk memotret waktu pagi.
Hanya sebuah sepeda yang sering kunaiki berpose dekat tulisan arahan masuk ke
lembah UGM jika akan parkir sepeda motor. Sorenya, aku berkunjung. Gerbang
bertuliskan Kampung Buku Jogja #2 tak ramai pengunjung yang hanya ingin selfie di depannya. Tanah masih basah
diguyur hujan sepanjang hari. Aku melangkahkan kaki ke dalam melihat bagaimana
suasana di tempat ini.
Gerbang Kampung Buku Jogja #2 |
Aku bukan orang yang menyukai buku
sastra. Ada puluhan koleksi buku di kamar kos, dan hampir semuanya hanya
novel-novel yang sering dibaca para pecinta novel saat ini. Seperti koleksi
novel Andrea Hirata, Novel Sapardi, Pidi Baiq, bahkan ada juga novel
Tere Liye. Selain novel, ada juga buku seperti Dewaruci, Kapal Pinisi, 100 Hari
Keliling Indonesia, Trinity dan beberapa koleksi lain yang berkaitan dengan
motivasi.
Mungkin karena rasa keingintahuanku
melihat koleksi di sini sehingga aku menyempatkan mampir. Berbagai buku
terpajang dan ditutupi plastik transparan agar tak terkena tetesan hujan. Stand
paling depan adalah koleksi dari Mojok. Di sini ada banyak buku yang ingin
dicari. Merembet ke sampingnya, koleksi dari Togamas juga tersebar. Silih berganti
para pengunjung berdesakan memperhatikan buku yang akan dibeli. Mata mereka
harus jeli agar tak terlewatkan membaca judul bukunya.
Di samping kanan juga terdapat meja
rendah dan dipenuhi buku. Di sini aku dapat melihat buku dari Zen RS (Simulakra
Sepakbola) sampai bukunya Agus Mulyadi (Diplomat Kenangan). Tak kubeli kedua
buku tersebut karena aku sudah memilikinya. Bukunya Zen kubeli waktu beliau ada
acara di Jogja, sedangkan bukunya Agus Mulyadi kudapatkan secara gratis dari
penulisnya waktu launching di Listeno. Dia memberikan satu buku tersebut
untukku (Semoga tidak ketularan jomblonya. Cukup ketularan rezeki dan
ketenarannya saja).
Jika di stand bagian depan dan
samping kanan ramai pengunjung yang memilah-milah buku namun tak berdesakan. Berbeda
halnya dengan deretan meja panjang di bagian belakang. Meja berjejer membentuk
huruf L ini dipenuhi koleksi dari berbagai penerbit. Di sinilah para pengunjung
berjubel seakan-akan mengacak koleksi yang ada. Sebuah tulisan yang terpajang
di sudut stand ini cukuplah membuat kita paham maksudnya. I READ BANNED BOOKS!
I READ BANNED BOOKS! |
Berbagai jenis buku ada di sini. Semua
buku yang ada di meja merupakan koleksi lama. Sesuai dengan tema Kampung Buku
Jogja #2 “Buku Wacana, Buku Langka, Buku Indie”. Jadi Kampung Buku Jogja ini
memenuhi hasrat para pecinta buku seperti di atas. Aku berbaur dengan mereka
yang asyik menyibak buku, mencari koleksi yang ingin dibeli, atau hanya sekedar
membaca di tempat. Jika agak kesulitan mencari buku, pengunjung bertanya pada
penjaga stand. Dan mereka merespon dengan baik.
Berbagai koleksi yang bisa dibeli |
Jika kalian berkunjung ke sini, aku
yakin banyak koleksi yang masih asing menurut kalian (bagi yang pemula seperti
aku). Berbagai buku wacana ada di sini,
buku langka dengan harga murah sampai mahal pun juga bisa dibeli. Aku berdecak
kagum, tidak terbayangkan bagaimana cara kerja para penjual buku ini mencari
koleksi-koleksi yang langka.
Ketika aku mengunggah suasana
ramainya Kampung Buku Jogja di instagram, banyak teman yang menanyakan sampai
kapan acara tersebut berlangsung, ada juga yang menanyakan lokasinya. Bahkan dengan
sedikit guyonan, teman-teman di Twitter pun menyalahkanku kenapa tidak mengajak
mereka ke sana. Sebuah komentar dari teman merasa rugi karena tidak berada di
Jogja ketika acara ini berlangsung. Aku tahu, dia adalah pecinta tulisan Pram. Dan
di sini ada banyak banget koleksi buku Pram.
Pernah baca buku ini? |
Dua hari berturut-turut aku
mengunjungi Kampung Buku Jogja #2, dan kulihat pengunjung masih tetap banyak. Setahuku
yang paling berdesakan itu di stand paling belakang. Puluhan orang berjejer,
berhimpitan saling menyibak koleksi. Mereka seakan-akan tak ingin melewatkan
sedetik pandangannya dari buku yang tak beraturan lagi susunannya.
Pengunjung di sini pun beragam. Mereka
berbondong-bondong memborong buku. Kuperhatikan, hampir semua orang yang keluar
pasti menenteng plastik putih berisi buku yang dibeli dan nota. Lucunya, saat
aku berdiri di depan stand buku yang berhadapan langsung dengan panggung
terbuka. Seorang calon pembeli menghampiriku sambil menenteng sebuah buku.
Sabar bersesakan saat memilih koleksi yang ingin dibeli |
“Ini berapa mas harganya?”
Aku tersenyum sendiri. Aku pun
mencoba melayani calon pembeli tersebut dengan mengarahkannya ke arah kasir
yang ada di meja depan.
“Harganya tertera di belakang, mas. Langsung ke sana mas. nanti bayarnya
di kasir,”
Celetukku.
Aku kembali tertawa jika mengingat
kejadian tersebut. Selain pameran buku, di sini juga ada acara yang menarik. Hari
pertama diskusi buku, aku melewatkannya karena berbaur mencari buku. Yang tidak
kulewatkan adalah orasinya Irwan Bajang. Dia membaca tulisan hampir lima
lembar. Tak banyak yang kuingat kutipannya. Tapi dalam orasinya yang kupahami
(sepemahamanku) adalah tentang berubahnya buku wacana menjadi buku motivasi,
perjuangan para penerbit indie, dan pastinya tentang minat baca.
Orasi Irwan Bajang di hari pertama |
Tidak banyak orang yang aku kenal di
sini, selain Irwan Bajang yang kuketahui, ada juga Eka. Di hari kedua dia cukup
sibuk. Dia membagikan Kopi Panas pada setiap panitia acara di sini. Berjalan menuju
tiap stand dan memberikan sebungkus Kopi Panas pada temannya. Tentu menyeruput
Kopi Panas di plastik rasanya jauh lebih sulit dibanding di gelas. Namanya juga
darurat.
Beruntung hari kedua aku ke sini
sampai malam. Ketika lampu sempat mati dan hujan reda. Panggung depan pun
beraksi. Dua band akustik beraksi. Entah kenapa aku suka lagu-lagu pada
akustikan pertama (Agoni). Dia menyanyikan lima buah lagu, salah satu lagu adalah
puisi Saut Situmorang yang dijadikan lagu. Puisi yang berjudul Catatan Subversif Tahun 1998.
Tiga koleksi buku yang aku beli di Kampung Buku Jogja #2 2016 |
Walau cuaca Jogja tak tentu, kadang
hujan dan panas. Aku rasa Kampung Buku Jogja #2 ini berhasil memuaskan hasrat
para pecinta buku. Khususnya mereka yang memang mencintai buku sastra, buku
langka, dan buku wacana. Bagi aku pribadi yang hanya membaca buku ringan,
agenda ini menyenangkan. minimal aku bisa membeli buku dan mengabadikan momen
di sana untuk kutulis di blog. Ya, semoga penerbit buku Indie di Jogja tetap
bertahan dan sukses.
Itu buku mahal amat 400rb? ._.
BalasHapusMahal kalau bagi orang seperti kita heheheh. Tapi bagi ornag-orang yang membutuhkan itu murah :-)
Hapusharga buku langka ada yang sampai jutaan lhooo... adikku perna jual
HapusIya buk, memang kalau buku langka memang mahal banget
Hapusuntuk mereka yg haus ilmu , uang segitu gk ada artinya ... :)
HapusIya hehehheh, sepadan bagi yang suka :-D
Hapuswah keceh y m,as.. banyak bukunya mantap surga bagi para pecinta buku...
BalasHapusSeru banget acaranya mas :-)
HapusSemenjak lulus kuliah, sudah jarang lagi baca baca buku, kangen perpustakaan....
BalasHapusIh iya gan.. btw postinganya gak tesponsive di hape ni, jadi gak bisa ke baca semua postinganya.... mungkin embed videonya gan...
Makasih informasinya mas. Nanti saya coba otak-atik lagi biar responsive di smartphone :-)
HapusSuasananya apik. Tapi kalo hujan kena tempias airnya ga? (*watir bukunya lembab or malah basah :(
BalasHapusAman kok mbak, ditutupi dengan plastik. Dan panitia juga sudah memperhitungkan kok bagaimana jika hujan :-)
HapusBerkunjung ke tempat buku seperti itu memang sangat menyenangkan. Bahkan tidak ada niatan beli buku pun bisa jadi beli ketika sudah meliahat-lihat mas.. hehe
BalasHapusBenar. Minimal memang harus sediakan uang jadi pas nemu buku yang diinginkan bisa langsung dibeli
HapusWah keren mas..
BalasHapussemoga di daerah lain juga lekas pada nyusul. Karena kalau anak mudanya pada suka baca buku pasti negara kita makin banyak orang-orang pinter..
Kalau bisa sekalian suka diskusi bareng kawan, bakal nambah ilmunya ahahhaha
Hapusbisa berburu buku kayak serasa di blok m
BalasHapusKudu nyiapain uang biar nggak kebanyakan beli hahahaha
Hapuskalo disini biasanya sih, hanya ada perpustakaan keliling dan juga bukunya kurang kumplit :(
BalasHapuskalo itu saya lihat lihat banyak bener ya? dan sepertinya bukunya kumplit :)
Kalau perpustakaan keliling hanya dibatasi buku cerita anak biasanya, karena targetnya anak-anak dan remaja
HapusWah udah jarang nih yg ktemu kayak gini soalnya budaya membaca buku udh kalah sama gadget, semoga bisa dipertahankanlaaah
BalasHapusTapi membaca di gadget menurutku kurang bisa menalami heheheh. Kalau hanya sebatas baca cepat bisa, tapi kalau sampai mengikuti alur enaknya baca buku tercetak
Hapuswah asik juga nih...
BalasHapusmungpug djogja mampir lah hehee :D
Udah kelar akhir pekan kemarin mas hehehehehe
Hapuskomik komik lawas gitu kayak kung fu boy ada ga ya disana??
BalasHapusKalau komik malah jarang mas.
HapusMborong buku maneh. ketoe aku yo pengen hunting buku. tapi tabungane buat beli buku wes tak pindah ke tabungan buat masa depan. haha
BalasHapusNgambilnya jangan dari tabungan untuk masa depan, tapi dari selingan berkah nulis blog diambil satu lembar tiap dapat rezeki hahahahah
HapusWow, harus dikembangkan diseluruh daerah nih.
BalasHapusJadi semua bisa gampang nyari buku-buku incaran.
Semoga di tempat lain nanti ada mbak :-)
HapusEh, Simulakra Sepakbola berapaan ya harganya? Ada di toko bukukah mas? Kok aku googling, itu buku indie gitu kayaknya. Bisa nitip belikan atau ngasih info beli yang bisa dikirim gitu gak. Makasih ya infonya. Saya tunggu hehehe :)
BalasHapusBeli online di Mojok bisa sepertinya mas. Coba tanya di twitternya Mojok, akau tidak di indie Book Corner, mas.
HapusNyesel telat tahu tentang Kampung Buku Jogja ini. Padahal banyak buku lawas yang ingin kuburu, salah satunya karya Bubin Lantang. Jadi bisa tolong cariin nggak, mas? Eh maaf kirain mas yang jualan buku hahahaha. Kalo ada pameran buku murah lagi colek daku ya, Sitam. :-D
BalasHapusHahahaha, bisa nyari di penerbit Indie mas. Atau ke Shoping hahahhaha. Siappp
Hapussurga bagi pecinta buku ... bisa kalap .. apalagi tempatnya unik ya, bikin betah untuk kluyuran dan hang out disana
BalasHapusHehehehhe, benar-benar acara yang menyenangkan ini mas :-D
Hapusalhambdulilah masih banyak yang menyukai tentang buku, semoga bisa menjadikan masyarakat kaya akan ilmu
BalasHapusAminnn
HapusWah asyik banget Mas ada pameran buku seperti ini. Buku atau novel yg dijual murah2 pula..
BalasHapusKalau di sini enaknya cari buku-buku sastra dan buku indie :-D
Hapus