Berinteraksi dengan Pemerah Susu Sapi di Desa Wisata Pujon Kidul, Malang - Nasirullah Sitam

Berinteraksi dengan Pemerah Susu Sapi di Desa Wisata Pujon Kidul, Malang

Share This
Peternakan Sapi di Desa Wisata Pujon Kidul, Malang
Peternakan Sapi di Desa Wisata Pujon Kidul, Malang
Mengunjungi Desa Wisata memang menyenangkan. Kita bisa menyatu dengan warga, berbincang santai membahas hal-hal yang ringan. Atau malah bisa mengikuti apa-apa yang warga lakukan setiap hari. Kita juga bisa menikmati suasana desa yang tenang serta menghirup udara bersih.

Desa wisata memang jarang dilirik, namun bukan berarti mereka tidak mempunyai potensi. Ketika kita datang ke desa wisata, kita akan diberikan suguhan keramah-tamahan warga. Kita juga dapat mendengar cerita-cerita hebat dari setiap pengurus kala berjuang memajukan desanya sendiri.

Tak sekedar menikmati keindahan derstinasi. Mengunjungi desa wisata lebih dari itu. Semenjak aku diajak teman mengeksplore desa wisata di Jogja, lalu kembali mengunjungi desa wisata di Malang. Aku semakin paham sesungguhnya menuju suatu destinasi bukan hanya untuk menyenangkan pikiran, tapi menyambung tali persaudaraan dengan warga setempat.

*****

Perempuan setengah baya berjalan menyusuri jalanan aspal agak menurun. Kerudung lusuh berwarna merah berpadu dengan daster coklat – kuning, beralaskan sandal jepit yang mulai menipis. Tangan kiri senantiasa memegang semacam ember tempat susu perah yang dipanggul di atas kepalanya.
Ibu Siamah menyetor hasil perahan susu ke Koperas SAE Pujon
Ibu Siamah menyetor hasil perahan susu ke Koperas SAE Pujon
Langkah demi langkah dilewati, bahkan beliau tak menengok saat mobil yang kami naiki menyalipnya. Beliau hanya menepi dan terus berjalan menuju Koperasi SAE Pujon. Di sana nantinya beliau akan mengirimkan hasil perahan susu. Langkah pasti penuh harapan, menyetor susu perahan itu artinya mendapatkan uang untuk menyokong sumber perekonomian.

Koperasi SAE Pujon tiap hari menerima sekitar 300 warga pemerah susu sapi untuk disetorkan. Hasil tersebut ditampung dan diolah. Setiap hari penyetoran dilakukan sebanyak dua kali, pagi dan sore. Itupun sudah ada jam-nya. Sehingga pada jam-jam tertentu, koperasi ini akan ramai didatangi warga yang usai memerah susu sapi.

Bu Siamah masuk ke dalam koperasi, beliau mengantri untuk diambil sampel susu perahannya. Sampel tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kecurangan dicampur dengan air. Tugas mengecek sampel ini dilakukan oleh Pak Samsul. Ini adalah proses awal untuk mendapatkan susu dengan kualitas tinggi.
Pak Samsul mengecek kadar susu yang disetorkan Bu Siamah
Pak Samsul mengecek kadar susu yang disetorkan Bu Siamah
Proses pengecekan kadar susu berjalan dengan lancar, Bu Siamah menuju tempat penampungan susu. Di sini nantinya beliau akan tahu berapa liter hasil perahannya sore ini. Raut jawah beliau mengharapkan sore ini dapat mendapatkan hasil yang memuaskan.

“6.5 liter,” Teriak orang yang menuangkan susu perah ke dalam tampungan besar.
Petugas lain mencatat jumlah setoran susu perahan dari Bu Siamah
Petugas lain mencatat jumlah setoran susu perahan dari Bu Siamah
Bu Siamah tersenyum mendengar jumlah hasil perahan susu yang didapatnya. Beliau mengeluarkan sebuah buku kecil dari saku, dan menyerahkan pada petugas yang mencatat hasilnya selama sehari. Di buku yang bertuliskan Koperasi SAE Pujon di Desa Wisata Pujon Kidul ini tercatat rekaman hasil Bu Siamah sepanjang hari.

*****

Desa Wisata Pujon Kidul, kabupaten Malang melimpah sayuran, lokasinya yang berada di ketinggian dan diapit perbukitan menjadikan tempat ini subur. Selain hasil kebun, setiap warga juga mempunyai sapi perah. Setiap rumah hampir seluruhnya mempunyai sapi perah, karena inilah Pak Udi bersama Kelompok Sadar Wisata membuat eduwisata sapi perah.

Sapi perah di Desa Wisata Pujon Kidul memang melimpah. Bahkan dari informasi yang aku dapatkan, Pujon Kidul merupakan tempat penyuplai Susu Sapi terbesar di Malang. Hal ini tidak bisa dipungkiri, aku sendiri melihat bagaimana keramaian warga kala menyetor susu perahan ke Koperasi. Selain itu, aku juga melihat sendiri adanya truk dari pabrik susu yang mengangkut ribuan liter tiap harinya dari tempat ini.

Ada tempat khusus untuk merawat sapi perah. Setiap hari sapi-sapi ini diperah susunya dan disetorkan ke Koperasi SAE Pujon. Menurut Pak Udi, tidak semua sapi warga di sini. sebagian besar mereka malah merawatnya sendiri di rumah masing-masing.
Pujon Kidul terkenal dengan peternakan Sapi Perah di Malang Raya
Pujon Kidul terkenal dengan peternakan Sapi Perah di Malang Raya
Sapi-sapi perahan harus dirawat dengan baik, dimulai dari kandang harus bersih. Kandungan makanannya pun diperhatikan. Makanan utama memang rumput, namun biasanya dikombinasikan dengan Konsentrat. Konsentrat ini semacam vitamin untuk Sapi.

“Rumputnya ditanam sendiri mas. Jadi memang kita harus menyiapkan lahan khusus ditanami rumput untuk stok makan Sapi.”

Menurut Pak Udi, rumput sekarang kualitasnya tidak sebagus rumput dulu. Mungkin karena sudah tercampur dengan pupuk dan lainnya. Setiap warga yang mempunyai sapi rata-rata mempunyai kebun yang ditanam rumput gajah.

Melimpahnya susu sapi di Pujon Kidul membuat warganya berinovasi. Susu Sapi tidak serta-merta dijual semua, bahkan ada yang membuatnya menjadi camilan. Camilan itu menjadi buah tangan khas Desa Wisata Pujon Kidul. Selain untuk camilan juga biasanya diolah menjadi Yoghurt.
Camilan yang terbuat dari bahan Susu Sapi
Camilan yang terbuat dari bahan Susu Sapi
Aku dan teman-teman blogger yang berkesempatan menyambangi tempat peternakan sapi perah mendapatkan bingkisan camilan. Sebelumnya kami juga sempat melihat bagaimana proses pemerahan susu. Dua temanku mencoba memerah susu sapi, kemudian meminumnya langsung. Pengalaman yang menyenangkan tentunya bagi kami.

*****

Bu Siamah mengambil kembali buku kecil catatan hasil setorannya dari petugas. Dimasukkan lagi ke dalam saku. Beliau menuju tempat kran air yang berjejer, bersama dengan warga lain yang telah selesai menyetor, Bu Siamah mencuci embernya.

Obrolan santai sesama warga terdengar, aku sendiri sedari tadi mengikuti Bu Siamah hanya mengamati saja. Tidak baik rasanya kalau aku terus mendekati beliau dan memotong pembicaraan. Dicuci ember tersebut menggunakan sabun yang tersedia, hanya satu ember saja yang beliau bawa.

“Tadi yang serahkan ke petugas buku apa bu?”

“Ini?” Tanya Bu Siamah ke arahku.

Aku mengangguk melihat buku kecil yang beliau keluarkan kembali dari sakunya.

“Buku setoran mas. Jadi tiap selesai menyetor petugas menulis berapa hasil yang saya setorkan di sini.”

“Boleh dibuka bukunya bu?”

“Silakan mas. Buka saja tidak apa-apa.”
Hasil setoran Bu Siamah selama bulan april
Hasil setoran Bu Siamah selama bulan april
Buku kecil tersubut dibuka, di dalamnya merupakan rekapan hasil yang disetorkan Bu Siamah selama bulan ini. Tertera jumlah liter yang beliau setorkan tiap pagi dan sore. Tadi pagi beliau menyetorkan sebanyak 8 liter, sementara sore tadi hanya bisa menyetor sebanyak 6.5 liter susu.

Perahan susu inilah yang menjadi mata pencaharian Bu Siamah. Beliau bertumpu pada dua sapi yang dimilikinya. Dalam satu bulan kurang lebih sekitar 500 liter susu dari kedua sapi yang dimilikinya. Satu liter susu di koperasi dibeli dengan kisaran antara Rp.5200 – Rp.5700. 

Ini artinya dalam satu bulan kemungkinan Bu Siamah mendapatkan uang sebesar Rp.2.500.000. itupun harus dibagi untuk kehidupan sehari-hari, ditambah dengan biaya perawatan kedua sapinya.

“Kalau bayarannya tiap 15 hari sekali mas.”

Sapi menjadi harta yang melimpah di Desa Wisata Pujon Kidul, Malang. Di sini aku bisa melihat bagaimana warga menggantungkan mata pencahariannya dengan menjadi peternak sapi. Bu Siamah sudah tujuh tahun menyetorkan susu sapi perahannya ke Koperasi SAE Pujon. Keberadaan koperasi ini begitu penting bagi warga yang mempunyai sapi perah.

Sore hari di koperasi SAE Pujon makin ramai. Berbondong-bondong warga menyetor hasil perahan susu sapinya. Ada yang membawa lebih dari 6 tampungan susu perah, ada juga anak kecil yang membawa ember hasil perahannya sendiri. Sebuah pemandangan yang unik menurutku. Setiap warga membawa susu ke koperasi, dan mereka saling sapa satu dengan lainnya.

Bu Siamah meninggalkan keramaian koperasi, beliau berjalan keluar menuju rumahnya. Ditenteng ember yang sewaktu berangkat dipanggul di atas kepalanya. Beliau menapaki jalan yang sepi sendiri. Meninggalkan keramaian koperasi yang didatangi para warga lainnya. Beliau ingin melepas lelah sebelum magrib menyapa.
Bu Siamah meninggalkan Koperasi SAE Pujon usai menyetor susu perahannya
Bu Siamah meninggalkan Koperasi SAE Pujon usai menyetor susu perahannya
Aku berlari mendekati Bu Siamah, mengucapkan terima kasih sudah diperbolehkan memotret kegiatan beliau selama di koperasi. Senyum beliau terlihat jelas, kerutan raut wajah lelah tertutupi oleh semangatnya. Bu Siamah adalah satu dari ratusan warga Pujon Kidul yang menggantungkan diri dengan peternakan Sapi.

Tak terasa sore benar-benar datang. Aku harus segera berkemas meninggalkan Desa Wisata Pujon Kidul. Meninggalkan teman-teman yang masih tinggal dan bermalam di sini. Aku dan Ghozali harus ijin pulang terlebih dulu, karena hari senin aku sudah harus kembali bekerja. Walau hanya sebentar di Desa Wisata Pujon Kidul, aku dapat merasakan bagaimana suasana nyaman di desa ini. Berbaur dengan warga, dan dapat menjabat erat tangan warga.

*Rangkaian kegiatan Travel Blogger Explore Desa Wisata Malang (Tagar #EksplorDeswitaMalang) dipersembahkan oleh Forkom Desa Wisata Malang 14 - 17 April 2017.

Informasi dan pemesanan Desa Wisata Pujon Kidul

Desa Wisata Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang
Narahubung: 081232581056 (Pak Udi)

28 komentar:

  1. buku nya kaya buku tabungan pas SD dulu, heuheuheu
    Aku belum pernah sih dateng ke tempat peternakan sapi seperti itu...
    kayaknya seru misal bisa nyobain perah susu secara langsung.. tapi kayaknya enggak doyan kalau langsung nyobain susu segar nya.. heuheuheu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mas, jadi ingat waktu SD hahahhaha
      Dan minum langsung itu hangat loh mas susunya ahahhaha

      Hapus
  2. belum pernah liat pemerahan sapi beneran. tapi pernah yang boongan. kok bisa? iya pas ada event susu anak di mall ada arena sapi boongan yang bisa diperah XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seru loh kalau lihat langsung hehehehhe.
      Saya beberapa kali melihat proses seperti ini. Tapi belum berani coba langsung

      Hapus
  3. Jadi pembayaran nya setiap 15 hari ya Mas. Ibu saimah jualan nya jauh juga ya Mas jalan kaki nya..

    BalasHapus
  4. Wkwkw beneran ik dirimu nulis Bu Siamah, aku kira guyon...

    Cuman punya 2 sapi hitungannya ya lumayan ya untuk mereka yang hidup di desa. Setidaknya mereka cuman punya tagihan listrik saja, selebihnya disedialan alam.

    Sayangnya ya itu, kita belum merasakan keramahtamahan warga Pujon Kidul ketika malam.
    Mangkat keri mulik disik....wkakwa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku teringat itu waktu kita naik mobil dan beliau minggir. Kok langsung ada ide buat nulis beliau.

      Sapi di sana adalah emas mas, dan benar banget kita nggak bisa merasakan keramahtamahan warga Pujon Kidul lebih lama

      Hapus
  5. Oh jadi ini peternakan pribadi milih warga ya mas, kirain sudah di kelola satu desa gitu aku mudengnya. Lalu hasil pemerahannya disetorkan ke koperasi.

    Hmm berarti sapi perah ini tidak sembarangan ya merawatnya, apalagi makanan rumputnya harus di tanam sendiri? Weh keren

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada yang dikelola menjadi satu tempat mas, tapi ada juga yang masuk anggota tapi dikelola pribadi. Yang penting hasil perahannya disetorkan ke koperasi.

      Hapus
  6. Aku merasa hari itu kamu kayak keburu2 ya mas hahah gak tenang, tp gpplah yg ptg bisa berkesan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha, karena Malang tiap akhir pekan itu macet. Jadi harus antisipasi

      Hapus
  7. Stick susune rasane piye mas?

    BalasHapus
  8. Waaa lumayan ya dengan dua sapi bisa setor susu tiap pagi dan sore. Eh mas

    "Setiap warga yang mempunyai sapi rata-rata mempunyai kebun yang ditanam rumput gajah"

    Berarti lahan rumah penduduk, perkarangan rumah mereka luas-luas yak... Kebun rumput :))) antik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hampir tiap warga mempunyai lahan kok, walau lokasinya agak jauh dari rumah

      Hapus
  9. Pujon emang keren sih.
    Batu aja kalah.

    Tempatnya masih dingin, masih asri. Apalagi sungainya, masih deres trus bening.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas. Kaget juga waktu ke Pujon Kidul. Ruame banget hahahahha

      Hapus
  10. Beruntung ya masih nyandak lihat pemerahan susu sapi di Pujon Kidul. Meski cemas takut telat cus ke Stasiun Malang, lumayan bisa sempetin berbincang ama Bu Siamah. Next time dibaleni maneh, asyik loh nginep di homestay-nya Pujon Kidul. Banyak penduduk berbahasa Madura di sana, bisa nyambung ntar hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha, kecemasanku itu beralasan mas. Duh pengen nginep di sana sebenarnya.

      Hapus
  11. Ya ampuuun Pujon,,, saat tinggal di batu, suka banget emang beli susu di pujon, orangnya emang ramah-ramah benar kata kamu :)

    BalasHapus
  12. Aku pgn deh ngliat lgs ttg pemerahan sapi ini.. Tp kalo minum susunya lgs ga mau mas :D. Lah susu putih biasa aja aku ga bisa minumnya.. Hihihi ga suka susu soalnya :p .. Tp kalo belajar merahnya mau :)

    Eh itu utk bisa membedakan susunya dicampur air ato ga, ada alat khusus gitu ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Malang ada banyak pemerahan sapi mbak. Tinggal cek saja desa wisata, pasti sebagian besar ada peternakan sapi.

      Hapus
  13. wah Pujon sudah jadi kampung wisata sekarang .. dari dulu terkenal karena susunya, produk olahan susu sudah macem2 ya ... saya baru tahu kalau ada stick susu .. penasaran pingin nyicip

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar kang, kata teman dulu terkenal dengan susunya :-)
      Sekarang susu sudah diolah menjadi beebrapa oleh-oleh

      Hapus
  14. terima kasih infonya. Kalau mau berkunjung ke desa wisata itu kalau rombongan apakah memungkinkan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih baik memang rombongan, jadi bisa langsung dipandu oleh pokdarwisnya.

      Hapus

Pages