Ledok Ombo, Camping Ground Hutan Pinus di Desa Wisata Poncokusumo |
Hari sudah menjelang siang. Aku dan rombongan blogger masih menjelajah destinasi wisata di Desa Wisata Poncokusumo, Kabupaten Malang. Sedari pagi kami sudah mengunjungi beberapa destinasi andalan. Ledok Ombo menjadi destinasi terakhir yang akan kami kunjungi sebelum berpindah tempat ke Desa Wisata Sanankerto.
Ledok Ombo adalah hutan pinus yang diberdayakan untuk lokasi wisata. Seperti halnya hutan pinus di berbagai tempat, Ledok Ombo mulai sedikit demi sedikit mengembangkan potensinya. Pengelolaan Hutan Pinus Ledok Ombo diserahkan pada Perhutani dan dibantu Pokdarwis Poncokusumo.
Mobil Espas yang kami naiki menyusuri jalanan sepi. Terasa teduh, tiap sisi jalan pohon tinggi menjulang dengan dedaunan lebat. Di dalam mobil, kami bersepuluh menyempatkan waktu melongok media sosial. Lebih banyak waktu kami gunakan untuk berbincang santai penuh canda. Ada saja hal yang menarik diobrolkan selama perjalanan.
Mbah Irul (Ketua Pokdarwis Desa Wisata Poncokusumo) yang mengikuti kami sejak tadi menghentikan motor. Mobil pun ikut berhenti. Kami sudah sampai pintu masuk Hutan Pinus Ledok Ombo. Lokasi yang biasa digunakan untuk camping ground beberapa wisatawan. Untuk masuk ke Hutan Pinus, setiap pengunjung dikenai biaya Rp.5000.
Jalan aspal di Hutan Pinus Ledok Ombo, Poncokusumo |
Berhubung rombongan kami atas undangan Pokdarwis Desa Wisata Poncokusumo, jadi tidak dikenai biaya masuk. Rencananya kami di sini akan diajak keliling melihat potensi Pinus Ledok Ombo yang mulai bersolek. Pinus Ledok Ombo sebenarnya sudah dibuka untuk wisatawan sejak tahun 1999. Baru mulai terlihat ramai sejak dua tahun terakhir.
Perjalanan tersendat, kali ini teman-teman rombongan tergiur jajanan siomay yang berjualan di pintu masuk hutan pinus. Seperti mendapatkan durian runtuh, penjual siomai cekatan melayani kami bersepuluh. Benar adanya, siomay itu menggoda kala hawa dingin menerpa tubuh kami.
Hutan Pinus Ledok Ombo seluas 12 hektar ini agak lengang. Beberapa wisatawan yang datang hanyalah remaja setempat yang meluangkan waktu akhir pekan untuk berlibur. Sepertinya keberadaan hutan pinus ini belum banyak dikenal oleh wisatawan. Aku menyusuri jalan aspal, di sana sudah ada rumah pohonnya. Jika tidak salah hanya ada dua rumah pohon.
Pohon Pinus menjulang tinggi |
Rumah pohon ini digunakan wisatawan untuk berfoto. Anak tangga tampak lebih tegak di belakang bangunan rumah pohon. Jika ingin menaiki, kita harus berhati-hati. Muda-mudi terlihat bergerombol di dekat tempat mancakrida.
Kulihat salah satu di antara mereka ada yang membawa kamera. Sepertinya mereka sengaja ingin memotret. Sepertinya sudah menjadi tren sekarang berfoto dengan latar belakang pohon pinus. Jejeran pohon pinus menjulang tinggi. Hampir sebagian besar bagian tanahnya masih ada rumput hijau.
Hanya di beberapa tempat saja yang bawahnya bersih dengan alas tanah tandus. Muda-mudi memilih sudut yang menurutnya bagus diabadikan. Tidak sedikit kulihat mereka sedang asyik berpose dan berharap hasil fotonya memuaskan.
Salah satu rumah pohon di Ledok Ombo |
Menurut informasi dari Mbah Irul dan petugas perhutani yang sempat kami temui di sini, Pinus Ledok Ombo ini merupakan tempat alternatif untuk kemping. Biasanya saat menjelang sore akhir pekan ada beberapa pemuda yang berkemping di sini. Mungkin kami datang ke sini masih siang, sehingga tidak bertemu dengan orang-orang yang ingin menikmati malam di tengah hutan pinus.
“Jika akhir pekan jumlah pengunjungnya sekitar 100 orang lebih,” Terang Mbah Irul.
Menariknya Hutan Pinus Ledok Ombo ini mempunyai jalur trek downhill. Trek Downhil sepanjang 1.5 KM dibatasi dengan garis pembatas berwarna biru. Menurut pengelola rencananya antara bulan Mei – Juni akan ada agenda downhill di sini. Sebuah terobosan ini akan menjadi menarik bagi para pesepada khususnya pecinta downhill.
“Nggak ada sepeda ya pak untuk tes trek downhill?” Tanyaku bercanda.
Trek sepeda downhill di Hutan Pinus Ledok Ombo |
Mbah Irul tertawa mendengar pertanyaanku. Beliau menggelengkan kepala. Akan menjadi hal yang menarik jika di sini ada sepeda, mungkin aku menjadi salah satu dari teman blogger yang akan mencoba trek tersebut. Walau biasanya lebih suka uphill, tapi sesekali downhill juga tak jadi masalah.
Pemandangan yang tak kalah menarik di ledok Ombo ini adalah kedai kopi yang ada di ujung jalan. Berlokasi di tepian Pinus Ledok Ombo, Pinus Café ini membuat kami penasaran. Mbah Irul sudah terlebih dulu berbincang dengan pemiliknya.
Kami sendiri malah asyik nongkrong di kedai tersebut setelah capek menyusuri sudut pinus. Pinus Café ini menyediakan berbagai kopi instan maupun biji. Tinggal kita ingin memilih yang mana.
Pinus Cafe, kedai kopi di tengah hutan pinus |
Teman-teman blogger berkumpul di kursi yang tersedia. Tepat di belakang himbauan dilarang mendekat karena jurang kami baca. Kami asyik berbincang santai semabri menikmati kopi. Tak ada agenda khusus setelah blusukan di Hutan Pinus Ledok Ombo. Kami berjalan, memotret, dan sempat berswafoto. Hanya Mas Ghozali yang sedari tadi mencari titik bagus untuk memotret Panorama 360.
Memanfaatkan fasilitas Pinus Café, kami silih berganti berfoto di hammock yang terpasang. Agar tampak lebih kompak, kami foto bersama di sini. Seperti inilah keseruan kami bersepuluh. Sudah mirip foto keluarga belum?
Foto bareng blogger Eksplor Desa Wisata Malang |
Nyatanya waktu terasa bergulir dengan cepat. Kami harus meninggalkan Ledok Ombo dan Desa Wisata Poncokusumo. Desa Wisata Poncokusumo mempunyai banyak potensi yang bisa dikembangkan.
Mobil yang kami naiki kembali mengantarkan kami ke homestay, kami berkemas dan berpamitan. Sejenak terlihat Gunung Semeru tertutup awan, tak kuabadikan. Kami meninggalkan Desa Wisata Poncokusuma dengan banyak cerita. Harapannya tetap sama, semoga geliat desa wisata semakin maju dan berkembang.
*Rangkaian kegiatan Travel Blogger Explore Desa Wisata Malang (Tagar #EksplorDeswitaMalang) dipersembahkan oleh Forkom Desa Wisata Malang 14 - 17 April 2017.
Desa Wisata Poncokusumo, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Narahubung: 0851-0502-5770 (Pak Khoirul Anam / Mbah Irul)
Kirain jajal camping disini mas :D
BalasHapusWaktu yang membuat kami tidak bisa kemping di sana hahahahaha
HapusNgeteh asik sepertinya
BalasHapusJoss pokok e dab
HapusOke, masuk wishlist!
BalasHapusNgaso di sini enak banget sambil bawa buku yah.
Tapi emang sih, saya masih jarang dengar tempat ini jadi alternatif liburan gitu. Peran blogger harus dimaksimalkan wkwkwkw
Hahahaha, baca buku di kedai kopi juga asyik loh mbak
Hapusaku selalu suka dg hutan pinus, tinggi menjulang saat diterpa angin akan bergoyang mengeluarkan suara menderu
BalasHapusTentunya suasana di bawah pohon menjadi lebih sejuk :-)
Hapuswadooo enak iki camping di sini. sambil bikin kopi susu. syedap
BalasHapusBuat bersemedi hahahahha
Hapusemang pas banget ya, dingin dingin di hutan makan siomay
BalasHapusheuheuheu
Nikmat yang begitu besar hahahaha
Hapusteko nya itu, cantik! *gagalfokus*
BalasHapusSebenarnya waktu di sana pun saya gagal fokus sama tekonya :-D
HapusSekilas ini mirip hutan wisata punti kayu yang ada di Palembang. Tapi yang ini kayaknya lebih alami :D
BalasHapusomnduut.com
Sekarang banyak hutan Perhutani yang diberdayakan om :-)
HapusMirip kayak hutan pinus di Mandiangin, Kalsel. Nyewain sepeda buat downhill juga ide bagus tuh..hehe
BalasHapusKalimantan terkenal dengan hutannya yang masih luas dan indah. Semoga tetap terjaga :-)
HapusAku paling suka liat pemandangan pohon2 gini
BalasHapusTeduh dan terasa lebih sejuk :-)
HapusKok aku dulu saat KKN di Poncokusumo nggak sempat mampir ke hutan pinus ini yak ? hmmmm
BalasHapusOalah hahahah, kalau balik Indonesia kudu ke sini mbak
Hapustnyata banyak kota yang punya hutan pinus yaaa. btw, ide cafe di tengah hutannya kece banget tuh..
BalasHapusBener
HapusAda banyak hutan yang bisa diberdayakan untuk tempat wisata alternatif selama dapat menjaga kebersian dan kelestariannya
Malang itu kayak Jogja mas alamnya keren" yah...
BalasHapusBenar mas, dan pantainyaa pun ikutan menggoda
Hapusitu ngomong2 yg dipegang buah pinus ya mas ... aku baru liat
BalasHapusIya mas. Sebenarnya mirip juga dengan Cemara, tapi kalau cemaa lebih butal dan kecil.
Hapushutan pinus selalu menyenangkan untuk di datangi ... adem dan udaranya berasa segerrr .. apalagi sambil ngupi2 cantik :)
BalasHapusHehehehhe bahkan banyak pesepeda yang rela melewati tanjakan tajam baut bersantai di Hutan Pinus kang
HapusAku betah hammockan di sini.... Hiks, kurang lamaaaaa :(
BalasHapusKalau lama malah nggak makan siang di Sanankerto buahahahha
HapusKe sini mung tahu mampir tapi ra tahu kemah, pengen banget nek kemah sini. Kemah ceria haha. Suasananya ayem ya :)
BalasHapusBisa diagendakan itu mas, kemping ceria bareng keluarga hahahah
Hapus