Menyambangi Situs Peninggalan Majapahit: Gapura Wringin Lawang Trowulan - Nasirullah Sitam

Menyambangi Situs Peninggalan Majapahit: Gapura Wringin Lawang Trowulan

Share This
Gapura Wringin Lawang Trowulan, Mojokerto
Gapura Wringin Lawang Trowulan, Mojokerto
Jombang dan Mojokerto hanyalah berjarak dekat, sebab itulah rombongan bloger tidak hanya menjelajah Jombang saja. Kami pun menyambangi Mojokerto, khususnya situs Trowulan. Beberapa peninggalan masa kerajaan Majapahit di sekitaran Trowulan kami kunjungi. Salah satunya adalah Gapura Wringin Lawang.

Selama mengeksplor kawasan situs Trowulan, aku melihat tiap rumah warga terdapat pagar bata merah. Sekilas rumah warga di sana seperti kampung Majapahit tempo dulu. Menjadi pemandangan indah selama dalam perjalanan. Tidak banyak kuabadikan, hanya sekali jepretan dari dalam mobil.
Pagar rumah yang seragam di komplek Jatipasar
Pagar rumah yang seragam di komplek Jatipasar
“Mobilnya parkir di samping sana mas,” Ujar seorang kakek bertopi kusam.

Mas Rifki bergegas mengikuti arahan kakek tersebut. Lalu semua penumpang turun dari mobil. Mereka bergegas mengabadikan gerbang yang menjulang tinggi di depan sana. Itulah Gapura Wringin Lawang Trowulan. Salah satu situs peninggalan kerajaan Majapahit yang masih dilestarikan.

Aku sendiri mengikuti langkah lelaki separuh baya yang berjaga menuju pos penjagaan. Di sana kutulis daftar buku tamu sekaligus mendata nama teman-teman rombonganku. Tidak lupa menyerahkan uang pada penjaga tersebut. Di sini tarifnya tidak tertulis, kita hanya memberi uang sukarela. Kisarannya pun terserah kita, namun yang jelas kita memberi dengan ikhlas.

“Terima kasih mas,” Ujar lelaki separuh baya tersebut.

Aku tidak lantas pergi, kuamati buku tamu tersebut. Sederet nama para pengunjung tertulis. Hari ini tidak banyak yang datang, terhitung belasan pengunjung. Menurut penuturan juru kunci tempat ini, hanya segelintir remaja yang datang ke sini. Mereka berfoto, lalu pergi. Tidak lebih dari setengah jam.

Pak Sholeh namanya juru kunci Gapura Wringin Lawang; beliau sudah menjadi juru kunci sejak tahun 1989. Selain itu, beliau juga merupakan warga kampung di sini. Oya, Gapura Wringin Lawang ini berada di desa Jatipasar, Trowulan, Mojokerto. Tidak jauh dari tempat pos penjagaan, ada tulisan yang terpampang di papan informasi berkaitan dengan nama Gapura Wringin Lawang.
Pak Sholeh, juru kunci di Gapura Wringin Lawang
Pak Sholeh, juru kunci di Gapura Wringin Lawang
Dikutip dari keterangan yang ada di papan informasi tersebut, kutuliskan ulang informasi yang terpampang di papan informasi. Ada beberapa kalimat yang aku hilangkan ataupun aku ganti. Namun tidak menghilangkan makna sejarah mengenai bangunannya.

Bangunan kuno Wringin Lawang ini sebenarnya bukan merupakan bangunan candi melainkan sebuah Gapura. Namun masyarakat lebih mengenalnya dengan nama Gapura Wringin Lawang. Terletak di wilayah administrasi Dukuh Wringin Lawang, desa Jatipasar, Trowulan. Sejak tahun 1815 bangunan ini sudah dikenal, dan terabadikan pada tulisan Raffles yang disebut dengan nama "Gapura Jati Pasar". 

Literasi lain yakni pada tahun 1907 dalam tulisan Knebel, gapura ini disebutkan dengan mana "Gapura Wringin Lawang" terbuat dari bata. Penamaan Wringin Lawang ini dikaitkan dengan adanya dua pohon Beringin yang mengapit gapura, ini menurut para sesepuh.

Sebelum dipugar, bangunan ini keadaannya rusak dan masih berdiri. Hanya saja pada bagian sisi utara sebagian badan dan pu cak gapura telah runtuh. Sebelumnya ketinggian gapura adalah 15.50 meter, yang tersisa tinggal 9 meter. Bangunan sisi selatan masih utuh, hanya bagian puncaknya yang hilang. Bentuk dasar gapura Wringin Lawang adalah persegi empat.

Gapura Wringin Lawang termasuk tipe candi bentar, yaiutu gapura yang tidak beratap. Candi bentar biasanya berfungsi sebagai gerbang luar suatu komplek bangunan. Gapura yang terlihat saat ini adalah hasil pemugaran pada tahun 1991 - 1995, dipugar dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Teman-teman bloger sibuk mengabadikan Gapura Wringin Lawang
Teman-teman bloger sibuk mengabadikan Gapura Wringin Lawang
Kuabadikan tulisan yang terpajang di papan informasi, kemudian berlalu menuju Gapura Wringin Lawang untuk memotret. Teman-teman sudah terlebih dulu berfoto. Sebuah pembatas kecil menutup jalan depan gapura, hal ini agar para pengendara tidak parkir tepat di depan jalan menuju gapura.

Di area gapura sudah tertata taman yang rapi. Hanya saja karena musim kemarau, rumput taman sedikit menguning. Jika kita lihat sekilas gapura ini malah mirip dengan gapura menjulang tinggi yang ada menjadi spot foto para selebgram di Bali. Hanya saja gapura ini lebih pendek.

“Foto di tengah-tengah gapura bagus loh,” Celetuk salah satu temanku.

Terik siang ini tak mengurangi antusias teman-teman untuk berfoto di tengah-tengah gapura. Diawali Aqied, Mak Indah Juli, Aya, dan tidak ketinggalan Aji. Aku yang sedari tadi menyiapkan kamera tidak bisa berbuat banyak. Satu-persatu kuabadikan teman-teman yang sudah berpose di tengah gapura.

“Sudah semua!” Teriakku dari kejauhan.

Ketika teman-teman sudah menyingkir, aku menyetel kamera agar bisa membidik setelah detik kesepuluh. Bergegas aku sedikit berlari menuju tengah-tengah gapura. Aku ikut-ikutan mengabadikan diri di sini. Satu, dua, tiga; ada beberapa hasil dokumentasi yang kudapatkan di tempat ini.
Gapura Wringin Lawang terabadikan dari samping
Gapura Wringin Lawang terabadikan dari samping
Ada banyak destinasi wisata heritage yang bisa dikunjungi selama di Mojokerto. Aku dan rombongan sudah mengagendakan untuk singgah di beberapa tempat tersebut. Kami berkumpul di bawah pohon rindang, mengabadikan gapura dari sudut yang berbeda.

“Semoga situs ini tetap terjaga dengan baik.”

Kurang lebih satu jam kami di sini, mengabadikan gapura tersebut. Lalu berpamitan meninggalkan Gapura Wringin Lawang. Perjalanan kami masih berlanjut ke tempat lain. *Sabtu, 19 Agustus 2017.

34 komentar:

  1. Aku pikir yang baju merah itu simbok, tapi kok kurusan. Ternyata mas Sitam :))
    Kalian gak ada foto ramean di situ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau simbok sebegitu kurusnya; pasti pada tanya rahasianya apa ahhahahah
      Kami fotonya pas di tempat sebelumnya *tapi belum kuposting

      Hapus
  2. wuih kirain Candi, ternyata bukan
    btw foto terakhir mirip lukisan
    heuheuheu

    BalasHapus
  3. Edan. wis nulis maneh kok pie. rajine rekk.
    sering lewat sini tapi g pernah mampir. haha.
    Wah, kamu cm jadi tukang foto anak2 trip tanpa deadline aja ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sengaja ditulis biar nggak mengendap begitu saja hahahahahha.
      Jadi kapan mau diagendakan main bareng lagi?

      Hapus
  4. Kak Sitam, ku pengin juga di fotoin di tengah gapura itu dong.. Hhh
    Kok kece banget ya, eh btw itu gapura blm pernah mengalami renovasi dr zaman dlu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti kamu harus ikut kami pas jalan-jalan.
      Itu pernah dipugar kok mbak

      Hapus
    2. Eh iya ding, diatas udah disebutkan kl udah pernah dipugar.. Wkwkwk
      Yap ku tunggu ajakan jalan2 bareng kalain, hhh
      *ngarep bgt

      Hapus
    3. Makanya kamu tinggal di Jogja aja hahahaha

      Hapus
  5. Trowulan.. menurut info dulunya di sinilah ibu kota Kerajaan Majapahit..
    Cocok ni jadi referensi destinasi ke depannya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mas, dan masih banyak lagi peninggalan Majapahit di sini

      Hapus
  6. kalau gapuranya saja besar seperti itu, betapa luas ya komplek situs keseluruhan ? Ulasan yang menarik mas

    BalasHapus
  7. Meskipun bukan candi, tapi gapura ini tetap menarik.

    Untunglah sudah dipugar dan dijadikan tempat wisata. Meskipun gak rame, tapi lumayan bisa untuk pendapatan daerah dan jadi ada lapangan pekerjaan buat Pak Sholeh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, dipugar dan bisa menjadi alternatif pilihan para pejalan; khusunya para pecinta wisata heritage

      Hapus
  8. gapuranya termasuk tipe candi bentar. Berarti termasuk candi gak sih? atau gapura yang menyerupai candi krn tidak beratap?

    BalasHapus
  9. Aku kebanyakan baper kalo liat liat foto Trowulan, kelingan masa lalu pas seriiiing banget ke Trowulan dan nongkrong2 pinggir kolam segaran sambil jajan es tebu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti pas ke sini kemarin napak tilas ceritanya? Hahahahhahah

      Hapus
  10. Malah rung tahu mrene. Jadi merasa setengah gagal mengeksplorasi seluruh situs Trowulan nih. Dulu cuma sempat di lain situs, skip Wringin Lawang karena sudah terlalu sore. Brarti kudu nyeret Alid mrono maneh kih hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Disere ae kui mas Alid, Koh. Wingi sekalian kuliner wader loh ahahhahaha

      Hapus
  11. Mojokerto itu kota kelahiranku mas.. Monggo mampir :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah kalau kita sudah kenal dari kemarin mungkin bisa ketemuan mas ahahahah

      Hapus
    2. rumahku sekitar 10 km dari candi lawang mas

      Hapus
    3. Belum beruntung mas kita, jadi belum bisa kopdar

      Hapus
  12. Hmm ala Bali, Kotagede ngono mas :)
    Mas Sitam kenapa nggak minta tolong suruh motoin? udah terbiasa dipotoin tripod :o

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pokoke ala Bali neng Mojokerto hahahaha
      Sudah terlanjur pasang tripod, lebih sante

      Hapus
  13. Syukur ya masih ada peninggalan majapahit sebagai kerajaan besar masih ada yang tersisa .. berbentuk bangunannya... di tanah Sunda .. kerajaan Pajajaran tidak ada bangunan yang tersisa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kang. Aku malah baru tahu kalau Kerajaan Padjajaran tidak ada yang tersisa bangunannya

      Hapus
  14. Pengen foto di tengah gapuranya juga dong mas. 😄

    Btw liat pagar rumah-rumahnya kayak liat film-film kolosal zaman dulu ya mas, mirip.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lihat langsung ke komplek warga malah jauh lebih bagus mas

      Hapus
  15. Sepiii bisa "loncat" ke sana ke mari dengan bebas yaa

    BalasHapus

Pages