Berlayar ke Pulau Gosong Lasem, Rembang - Nasirullah Sitam

Berlayar ke Pulau Gosong Lasem, Rembang

Share This
Kapal nelayan di sekitar pulau Gosong
Kapal nelayan di sekitar pulau Gosong
Ketika pemandu mengatakan rombongan kami bisa menuju pulau Gosong, aku kembali antusias. Rasanya tidak sia-sia menyempatkan waktu akhir pekan mengunjungi Lasem. Mengeksplor destinasi yang ada di sini, khususnya di Desa Dasun.

Mungkin nama pulau Gosong ini agak asing di telinga kalian. Pun sama dengan aku, walaupun Rembang & Jepara masih satu karisidenan, nyatanya aku baru mendengar nama pulau tersebut kala berkunjung di Lasem. Selain pulau Gosong, masih ada pulau lainnya yang ada di Rembang.

Sempat kulirik rombongan lain, di bawah terik mentari yang panas. Mereka tampak menikmati perjalanan di atas kapal. Topi lebar, payung, dan alat penutup lainnya sudah terpasang di kepala. Sementara sang nakhoda kapal sibuk mengurusi mesin yang rewel. Sedari tadi, sejak menyusuri sungai Dasun, mesin kapal bermasalah. Orang laut bilang mesinnya masuk angin.
Mesin kapal yang kami naiki sedikit bermasalah
Mesin kapal yang kami naiki sedikit bermasalah
Mesin kapal masuk angin biasanya karena terkena hujan semalaman. Jeriken yang berisi solar tercampur air, sehingga mesin tidak sepenuhnya bekerja maksimal. Salah satu cara agar air keluar dari jeriken tersebut adalah dengan meniup leher/lubang bagian atas. Sehingga airnya keluar, dan mesin kembali normal.

Perjalanan ditempuh sekitar 20 menit dari pantai Dasun. Sampai di tengah sudah terlihat hamparan gosong tersebut. Tepat di tengah pulau gosong terdapat batang kayu tertancap sebagai penanda. Pun dengan bendera merah putih yang sudah sobek-sobek termakan waktu. Mesin kapal yang kami naiki dimatikan, membiarkan kapal ini melaju pelan.

Batang kayu penanda pantai gosong ini berfungsi kala air pasang. Ketika air pasang, dan hamparan pulau gosong ini terendam air laut, nelayan tetap paham jika tempat itu airnya dangkal. Sehingga mereka tidak akan melewati area tersebut. Berbeda jika sedang surut, hamparan pulau Gosong terlihat jelas dari kejauhan.
Pulau Gosong di Lasem, Rembang berasal dari endapan koral dan karang
Pulau Gosong di Lasem, Rembang berasal dari endapan koral dan karang
Pulau Gosong di Lasem, Rembang berasal dari endapan koral dan karang
Aku terkesiap, pulau Gosong ini bukanlah pasir putih yang mengendap di tengah-tengah laut seperti di Karimunjawa. Kulihat lebih seksama, ini adalah endapan koral dan karang dalam jumlah banyak. Jika dilihat secara detail, pulau gosong mirip Atol/Cincin Karang. Bagaimana tidak, endapan karang dan koral ini membentuk sebuah pulau.

Pulau Gosong ini cukup luas, dari artikel yang sempat kubaca; luas keseluruhan pulau ini sekitar 5 hektare. Rombongan kami dari awal ada niat ingin turun ke pulau gosong (yang kami kira awalnya pasir). Melihat kenyataannya ini adalah karang, kami menangguhkan untuk turun. 

Hamparan karang ini kebanyakan sudah mati, namun di sudut-sudut lainnya masih tampak karang yang hidup, jenisnya karang Jahe. Karang-karang tersebut berjuang untuk tetap hidup walau saat surut harus terkena terik matahari.

“Karangnya ada yang hidup!” Teriak salah satu teman dari atas kapal.

Dari sekian hamparan karang mati, berwarna kusam; dan tercecar patah-patah karena faktor alam, tetap saja ada sedikit karang yang masih berjuang untuk hidup. Terumbu karang yang masih hidup berwarna lebih cerah. 

Sepanjang di Kawasan pulau Gosong air laut sangat dangkal. Jika aku lihat dari atas kapal kecil ini, kedalaman air tepat di bawah kapal hanyalah satu meter. Bisa jadi kurang dari itu, sesekali terasa bagian bawah kapal tandas ke dasar.

Kami cukup menikmati pulau ini dari atas kapal. Dua alasan yang membuat rombongan kami mengurungkan untuk turun; pertama, masih terlihat beberapa karang hidup. Takutnya ketika kami turun malah menginjak karang yang masih hidup; kedua, di pulau Gosong tersebar banyak Bulu Babi.
Banyak Bulu Babi yang tersebar di dekat pulau gosong
Banyak Bulu Babi yang tersebar di dekat pulau gosong
Tahu Bulu Babi kan? Jika kaki kita menginjak hewan tersebut nantinya kaki terasa perih. Sebagai anak pantai, aku sudah pernah mengalaminya sewaktu masih kecil. Aku pernah terkena sengatan Ikan Pari, Bulu Babi, dan Ubur-ubur. Menurutku dari ketiga itu yang paling parah adalah Ikan Pari, Ubur-ubur, dan Bulu Babi. Namun selain ketiga itu masih ada lagi satu ikan yang lebih ganas, Namanya Ikan Kalajengking.

Aku mengabadikan Bulu Babi yang tersebar di berbagai penjuru. Cukup mudah menemukan Bulu Babi. Bahkan di bawah kapal yang kami naiki pun banyak. Tak hanya aku, teman-teman rombongan juga sibuk mengabadikan Bulu Babi, terkadang mereka menjerit kegirangan kala melihat ikan kecil berseliweran.

Di beberapa akun Instagram, ada foto-foto yang bertebaran pengunjung di pulau Gosong. Pulau ini sudah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Mereka berfoto di hamparan endapan karang mati ini. Namun, lagi-lagi rombongan kami tidak ada yang berniat turun. Agak riskan rasanya turun dan menginjak karang, biarpun karang-karang tersebut dominan sudah mati dan membentuk pulau.

Aku tidak mengatakan dilarang turun atau diperbolehkan turun ke sini. Kembali pada diri kita masing-masing. Memang di sini tidak ada larangan untuk turun (plang tertulis); namun aku dan teman-teman sudah memutuskan dari awal untuk tidak turun. Ada semacam keraguan dari kami untuk turun, lebih baik tidak turun; itu adalah pilihan terbaik yang kami ambil.
Nelayan memancing ikan karang di sekitaran pulau gosong
Nelayan memancing ikan karang di sekitaran pulau gosong
Tidak jauh dari pulau Gosong, dan hanya berjarak sekitar 100 meter dari kapal kami, terdapat kapal nelayan. Kapal yang berukuran sama dengan kami naiki terdapat lima orang di atasnya. Mereka asyik memancing, sesekali menarik jorang yang terpasang kail. Ikan-ikan yang mereka dapatkan di sini jenis ikan karang; seperti ikan Kerapu.

Tempat seperti ini memang banyak ikannya. Terumbu karang menjadi tempat hidup ekosistem laut. Semakin banyak terumbu karang yang hidup, di sana sudah tentu dipenuhi biota laut. Melihat kapal kami dipenuhi rombongan yang menenteng kamera, mereka (di kapal nelayan) melambaikan tangan; suara kencang bersenda gurau menyapa kami.
Panas siang semakin terik, dari kejauhan pantai Dasun terlihat jelas. Kapal yang kami naiki beranjak meninggalkan pulau Gosong. Kembali menuju sungai Dasun, dan pulang ke tempat menginap. Siang ini aku bersiap meninggalkan Lasem dengan oleh-oleh banyak dokumentasi destinasi wisata alam & heritage. *Lasem; 18-19 November 2017.

42 komentar:

  1. Kalo sing ndek rembang bisa buat camping kayaknya mas. Mirip-mirip pulau panjang di jepara.

    BalasHapus
  2. Sering lihat bulu babi kalau ke pantai, nah suka mikir, apa beneran bisa dimakan? Soalnya dulu sering lihat di jejak petualang atau bolang, mereka makan daging bulu babi yang katanya enak.

    Nah pas kebetulan nemu beneran, gak tega aja gitu mukulin bulunya supaya rontok, trus belah cangkang untuk ambil daging, padahal penasaran banget xD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahahhaa, kamu orangnya nggak tegaan mbak. Ada yang makan kok

      Hapus
  3. Meski sejenak, tentulah tetap sangat berkesan. Memang baiknya tidak turun, kalau saya. Eman tempatnya dan eman kakinya. Hehehe.
    Semoga banyak yg punya self awareness dengan alam. Aamiiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak agendakan main ke pulau lainnya yuk :-)
      Biar bisa renang heheehheh

      Hapus
  4. wuih ternyata bukan dari pasir yo mas,,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, ini yang membuat kami terus menahan diri tidak turun

      Hapus
  5. Waduh banyak bulu babi ya? Mending ga usah turun. Dlm hidup sekali kena bulu babi di Gorontalo, kalau ubur-ubur kena di pulau seribu. Pari belum pernah .sakit banget ya!?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ubur-ubur masih lebih santai rasanya dibanding Ikan Pari ahhahahah

      Hapus
  6. Ngga coba ambil bulu babinya Mas, apa beneran bisa dimakan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak minat mas ahhaha. Di Karimunjawa banyak banget :-D

      Hapus
  7. waduh sampe gosong gitu ya mas :D

    BalasHapus
  8. Sudah cukup lama gak merasakan nyebrang naik pompong gini. Baguuuuuuus!

    BalasHapus
  9. padahal jarak kota Pati ke Rembang cuma 1 jam, tapi saya justru belum pernah main kesini.. hahaha.. traveler macam apalah saya ini.
    disengat hewan laut buat saya yang paling parah itu ikan lepo alias stonefish. itu sakitnya masya Allah!! belum abis itu bengkaknya ampe seminggu, gak bisa jalan deh
    cukup sekali dehh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap Ikan Lepo itu adalah Ikan Kalajengking. Orang kampung di Karimunjawa menyebutnya nama "Ripo", kalau bugis menyebutnya "Lepo"

      Hapus
  10. Pernah denger kalo kuliner bulu babi itu enak, tapi isinya ya mas

    BalasHapus
  11. Tak kira efek samping dari sengatan ketiga makhluk laut itu sama aja mas. Ternyata punya kelas dan level yang berbeda. Nanya mas, efek paling parah yang pernah njenengan rasakan setelah disengat ikan pari itu, seperti apa? ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hampir seminggu gak bisa jalan waktu kena ikan pari hahahahhaha

      Hapus
  12. Kuudah liat vlognya. Kayanya enak ngrasain sensasi mancing sambil naik kapal goyang-goyang gituu.. huaaa pingin...

    Oh ya, jadi dari sekian pengunjung yang bertandang ke Pulau Gosong tuh ga ada yang turun ya mas? hanya diliat dari kejauhan gitu?
    semacam dekat tapi sulit disentuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Situ ajak mas Mawi buat mancing hahahhahah
      Di Instagram ada beberapa pengunjung yang turun dan foto di sana mbak.

      Hapus
  13. serius aku baru tahu ini. Rembang ada pulaunya? Pantai Dasun ini sebelah mananya mas? Pengen euyy explore kemari

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau ke Dasun, mbak turun tepat setelah terminal Lasem, bilang turun di Jembatan Babagan. Nanti searh masuk ke Omabh Candu, hanya 1 km dari babagan

      Hapus
  14. Aku belum pernah kena bulu babi, tapi kalo makan malah sudah pernah. Rasanya enak :D
    Aku ga bsa bayangin gmana rasanya disengat ikan pari :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa semacam lumpuh beberapa hari ahahhahhaahha

      Hapus
  15. Ingin main ke sini ahhh. Tapi gak gosong beneran kan, kak?

    BalasHapus
  16. namanya pas banget ya .. pulau gosong ... kosong melompng apalagi datangnya disiang bolong .. haha
    kalau masih ada karang2 hidup sebaiknya memang tidak seenaknya saja kita turun dan menginjak2 karang disana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar kang. Kalau mau turun jadi sayang rasanya ahahahh

      Hapus
  17. Kata dosen geomofologiku, baik gosong sungai ataupun pulau gosong, semua diberi nama gosong karena.....lama tidak dibalik. :3

    BalasHapus
  18. Keren pulaunya nih,terbentuk dari endapan pecahan karang ya.
    Cuma kalo nyoba mendarat disana harus pake sepatu khusus penyelaman, kalo ngga ... bisa ancur telapak kaki kegores2 karang dan kena tusuk racun bulu babi 😓

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, bekas-bekas karang yang hancur kadang tajam. Jadi takut malah kena kulit kaki

      Hapus
  19. Suka sama bulu babinya. Andai waktu itu gak pusing, pengen nyebur, hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa pusing? Kakakkakkaka masa segitu aja udah pusing

      Hapus
  20. Di blog agan ini saya baru tau kalau bulu babi hidupnya di laut, saya pernah dengar namanya tapi ngak tau hidupnya di darat atau di laut. terimakasih gan perjalan yang sangat menarik, tapi sepertinya si Agan ikut gosong ya wkwkwkwkwk...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehhe; Bulu Babi itu namanya sama dengan Landak Laut. Hidupnya di antara karang-karang perairan dangkal

      Hapus
  21. baru tahu kalo mesin juga bisa masuk angin :P

    sekarang udah kebal dong kalo kena bulu babi? hehe

    sha tuh emang kadang terlalu baper. Baca karang yang berjuang hidup kena sengat matahari aja langsung terharu dan sedih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mesin juga tau pengen diobati hahahhaha
      Nggak ada kebal teh kalau kena binatang laut, rasanya tetep sama :-)

      Hapus

Pages