Menyeduh Secangkir Kopi di Bilik Koffie Yogyakarta - Nasirullah Sitam

Menyeduh Secangkir Kopi di Bilik Koffie Yogyakarta

Share This
Deretan biji kopi terpajang di meja depan
Deretan biji kopi terpajang di meja depan
Kebiasaan menjelajah kedai kopi di sekitaran Demangan membuatku sedikit luput daerah lain yang tidak jauh dari kos. Di Muja Muju, tepatnya di Jalan Timoho II Yogyakarta No. 72 terdapat kedai kopi yang bangunannya berkonsep lawas. 

Kedai kopi tersebut bernama Bilik Koffie. Satu tempat dengan Bilik Kayu Heritage Resto. Dari namanya saja kita langsung tahu konsep bangunannya. Walaupun satu area, bagian kedai kopi dengan restonya dipisah. Tetap saja ketika membayar bisa di satu kasir maupun masing-masing kasir. 

Selepas magrib aku mengendarai transportasi daring menuju Bilik Koffie. Jauh sebelum ini, tepatnya akhir tahun 2017 aku sudah pernah ke sini. Perjalanan dari kos tidak lebih dari 8 menit. Tinggal menyeberang jalan raya, lalu menyusuri jalan Timoho. 

Kedai ini sendiri berada di dalam rumah joglo kecil. Tempatnya tertutupi bambu kecil sebagai pagar. Di depan, area parkir luas. Tidak ketinggalan tulisan “Bilik Koffie” yang terbuat dari rangkaian lampu. 
Joglo tempat Bilik Koffie Jogja
Joglo tempat Bilik Koffie Jogja
Melintasi pintu kecil pagar, pekarangan luas tersaji. Sisi kiri bangunan joglo untuk kedai kopi. Sisi utara adalah restonya. Deretan meja dan kursi juga tertata di bagian luar (pekarangan). Di timurnya, terdapat joglo lebih besar dan terbuka. 

Ukiran dan ornamen heritage jawa tersaji kala masuk kedai. Teman rombonganku sudah datang lebih awal. Mereka duduk di meja tengah, tepat depan barista. Dinding rumah joglo ini menarik untuk diabadikan. 

Selaras dengan dinding bermotif. Ubinnya juga warnanya dipadukan dengan motif bunga-bunga. Dinding tidak sepenuhnya papan bermotif. Sebagian disekat kaca transparan, sehingga terlihat dari luar. 

Di dalam kedai ada lima meja berukuran sedang yang dilengkapi empat kursi. Sedangkan di teras juga sudah berjejer meja. Beberapa pengunjung duduk di teras sembari membuka laptop. Jika diperhatikan, tempat ini asyik juga untuk bekerja. 

Sedari tadi aku fokus dengan halaman yang luas. Sebuah pohon menjulang tinggi di pekarangan depan. Tiap deretan meja dan kursi yang di depan penuh pengunjung. Mereka adalah orang yang menyantap malam di Bilik Kayu Heritage Resto. 
Halaman depan bilik kopi
Halaman depan bilik kopi
Daftar menu ada pada buku besar beserta harganya. Jika kita ingin mengintip menu yang disediakan, cukup melihat papan bagian atas barista. Di sana tercantum berbagai jenis kopi yang tersedia. Untuk harganya, di Bilik Koffie sekitar 15000 rupiah. 

“Ada banyak pilihan biji kopinya, mas,” Terang barista sembari menyebutkan daerah asal kopi. 

Benar kata barista, ada banyak biji kopi yang bisa aku pilih. Sempat kuhitung cepat, ada lebih dari 12 toples kecil berisi biji kopi lengkap dengan daerah asalnya. Sebenarnya banyak yang ingin aku tanyakan, tapi kutangguhkan karena barista agak sibuk. 

Bilik Koffie hanya ada dua barista, pas aku datang hanya satu orang ini sendiri yang bertugas. Biarpun belum terlalu ramai, namun kulihat barista yang bertugas agak sibuk. Padahal rata-rata di kedai kopi, aku selalu bertanya-tanya sebelum memilih pesanan. 
Barista sedang membuat pesanan
Barista sedang membuat pesanan
“Kayaknya biji kopi Candiroto menarik.” 

Kulihat teman lain yang sudah pesan, beberapa pesanan mereka sempat aku cicipi sembari tanya biji mana yang digunakan. Setelah mendapatkan informasi, aku mantap mencoba kopi Candiroto, kopi ini dari Temanggung. 

Tahu Temanggung kan? Kabupaten ini tidak hanya terkenal dengan tembakaunya. Sejak kopi mulai ditanam di sana, kali ini kopi Temanggung menggeliat. Bahkan di sana ada banyak kedai kopi yang berdiri. 

Aku sendiri pernah ke Temanggung ikutan Kopi Trip. Waktu itu diajak teman melihat kebun kopi di sekitaran Tlahab, mulai dari pemetikan hingga roasting. Sebuah perjalanan panjang biji kopi dari pemetikan hingga siap diseduh. 

Candiroto sendiri adalah salah satu kabupaten di Temanggung yang terkenal sebagai sentra kopi robusta. Di Candiroto, ada satu desa yang sangat terkenal dengan kopi robustanya yakni desa Mento. Setiap orang bilang kopi robusta, Mento menjadi rujukan para pencari kopi. 

Siang sebelum ke kedai kopi ini aku sudah sudah menyeduh secangkir kopi. Kali ini sengaja memilih Vietnam Drip. 

“Vietnam Drip ya mas,” Celetukku kembali. 
Melihat pembuatan Kopi dengan metode Vietnam Drip
Melihat pembuatan Kopi dengan metode Vietnam Drip
Barista tersebut mengangguk. Tidak lama kemudian dia mulai meracik pesananku. Vietnam Drip adalah penyajian yang menyertakan susu manis kental. Tujuannya agar menyamarkan rasa pahit kopi. Biasanya air yang digunakan pada metode ini berkisar antara 45 – 50ml. Seraya menunggu pesanan kopi, aku mengabadikan proses pembuatannya. 

Beberapa menit kemudian, pesanan kopi sudah diantar. Selain segelas kopi, disertakan pula kacang berlabur gula jawa satu buah. Mungkin ini sebagai pemanis ketika dirasa minuman pahit. Bisa jadi seperti itu. 

Sedikit aku gambarkan bagaimana suasana di Bilik Koffie Jogja. Bagi kalian yang ingin bersantai, berbincang dengan teman, tempat ini bisa menjadi alternatif. Aku tidak mencoba jaringan internetnya, hanya melihat seorang pemuda yang sibuk dengan laptop di teras sisi barat. 

Stop kontak aliran listrik tidak banyak. Konsep bangunan joglo ini hanya ada fasilitas stop kontak di beberapa titik. Meja tengah yang kami gunakan juga tidak tersedia stop kontak. Jadi harus mengecek lokasi terlebih dulu jika memang membutuhkan listrik. 
Sajian kopi dengan metode Vietnam Drip
Sajian kopi dengan metode Vietnam Drip
Tidak riuh tempatnya. Mungkin yang riuh malah di area resto. Bisa jadi di pekarangan riuh kala ada perfom live music. Karena di pekarangan ada tempat untuk live music. Bulan Desember tahun lalu, ketika kami ke sini ada live music-nya. 

Menu beragam. Bagi yang tidak suka kopi bisa memilih minuman yang lain. Bahkan minuman tradisional juga tersedia di restonya. Untuk makanan juga tersedia di sini. Bagiku, tempat ini lebih asyik untuk bareng keluarga. 

Berbeda dengan kedai kopi yang berada di tengah kota. Di Bilik Koffie ini jarang pengunjungnya muda-mudi. Lebih banyak keluarga. Tempat ini mengingatkanku dengan Rumah Lama Kopi. Secara bangunan mirip, suasana dan lokasi agak dalam dan tenang, serta ada minuman tradisionalnya. *Bilik Koffie; Kamis, 07 Juni 2018.

32 komentar:

  1. tempat tempat begini nih yang bikin betah didepan laptop..hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi mas, tapi pas aku ke sini malah tidak kerja hahahhaha

      Hapus
  2. kayaknya oke nih
    kemarin 3 bulan lalu pas nginep di Pop Hotel Timoho, rencana mau kesini, tp gak jadi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oalah malah nginep di sekitaran sini toh mas. Tinggal jalan kaki kalau dari hotel yang mas inapi.

      Hapus
  3. Ngopi lagi, ngopi lagi :D
    Saya lebih suka melihat (foto) suasana di teras/halaman. Lebih terkesan gimanaaa gitu hehe. Betul, kelihatannya buat kerja nyaman banget, asal 'tetangga meja sekitar' tidak seberapa ribut :p ditunggu ulasan kafe / kedai kopi berikutnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena dari kopi semua konten dapat tertuang menjadi sebuah cerita hahahahah

      Hapus
    2. Dan itu ciri khasmu yang paling kuat selain ngegowes ... mantap sekali. Iya, betul, karena dari ngopi semua konten dapat tertuang menjai sebuah cerita. Atau dibalik: Karena, dari ngopi semua cerita dapat tertuang menjadi konten blog :P

      Hapus
    3. Aku malah kangen nggowes, sekarang sudah jarang gowes karena banyak kerjaan *alibi.

      Hapus
    4. Alibinya dipercaya :p hahaha ...

      Hapus
    5. Hahahahaha, karena alibi kudu dipikirkan terlebih dahulu biar pas.

      Hapus
  4. weh ada live musicnya juga. itu free atau "ngamen" mas?
    kira kira kalau tim #nonkopi gimana di situ? hehehe

    BalasHapus
  5. Harga kopinya tergolong stanard ya, terjangkaulah.

    BalasHapus
  6. Aku pernah janjian ketemuan sama Mbak Aqied kayanya direkomendasikan di sini. Tapi karena aku buta jalan daerah Timoho (karena jauh juga), aku milih di No* (depan Gale) yang gampang dicari wkwk

    Menarik dapet kacang berlabur gula buat penetralisir pahit. Ohya kayanya kok suasananya lebih tenangan di Pendoponya ya mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pasti ini janjian waktu mau ngasih undangan. Lah tinggal ke Balaikota aja bentar lagi sampai. Hhahahhahha

      Hapus
  7. Sotilll. kenapa web ini masih idup?
    ra uwis2 sing blogpost

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang punya blog tidak pernah nulis, asistennya yang nulis *eh

      Hapus
  8. Sejak film AADC2 ngehitz banyak yang cari kedai kopi cozy di Jogja. Terima kasih sharingnya mas bisa jadi rujukan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahkan di Jogja perkembangan kedai kopi jauh lebih cepat. Entahlah

      Hapus
  9. Wah menarik iki, Mas, patut dicoba ini :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenapa kemarin nggak ke sini ya? Hahhahaha, agedankan mas

      Hapus
  10. itu bagian depan Bilik Koffie memang ourdoor gitu ya??
    kayaknya asik kalau buat lama-lama ngopi disana sambil baca buku.
    kapan-kapan ke Jogja ntar tak cobain lah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, memang konsepnya seperti itu. Malah yang outdoor lebih ramai biasanya

      Hapus
  11. Tempat ngopinya asyik. Aku suka liat orang bikin kopi walaupun krg suka kopi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Padahal kopi itu enak banget loh (bagi yang suka) ahahhahahha

      Hapus
  12. asyik banget kalau bisa pilih biji kopi begini, bisa coba kopi dari tempat2 yang ngga popular ... siapa tahu malah lebih pas selera kita .. apalagi ngpinya di taman outdoor :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kang. Makin beda konespnya biasanya yang datang orang-orang yang minat :-)

      Hapus
  13. Dan aku pun ingin coba ke sini, sekilas kayak rumah lama. Tp ini lebih buka dulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya beberapa hari yang lalu langsung main ke kedai kopi ini hahahhaha

      Hapus

Pages