Rumah Kopi Fatmawati di Tepian Pantai Coastarina Batam - Nasirullah Sitam

Rumah Kopi Fatmawati di Tepian Pantai Coastarina Batam

Share This
Pesanan Minuman di Rumah Kopi Fatmawati, Batam
Pesanan Minuman di Rumah Kopi Fatmawati, Batam
Perjalanan liburan kali ini memang bukan kopi trip, hanya saja menyempatkan untuk menyeduh kopi di kedai yang terdekat. Sama halnya waktu aku berkunjung ke Pantai Coastarina Batam, sewaktu asyik memotret pantai serta landmark besar bertulisan “Coastarina”. Tanpa kusadari, bangunan di depanku yang menjorok ke laut adalah kedai kopi. 

Plang bertuliskan Rumah Kopi Fatmawati membuyarkan konsentrasiku. Hal ini juga dipahami langsung teman seperjalanan. 

“Ngopi lagi mas?” 

Aku mengangguk mantap. Semalam sudah ngopi di kedai kopi Caffein, namun pagi sampai siang ini belum lagi menyeduh kopi. Sebenarnya ada kopi di hotel, namun aku tidak menyeduh kopi yang disediakan hotel. Bergegas aku meniti jembatan bercorak merah menuju kedai. 
Kedai Kopi Fatmawati di pantai Coastarina
Kedai Kopi Fatmawati di pantai Coastarina
Berbeda dengan kedai kopi yang sering kukunjungi. Biasanya barista kedai kopi bakal menyapa dengan akrab. Di sini rasanya bukan masuk kedai kopi, seperti ke restoran. Tak kulihat tampilan ala-ala barista. Hanya seorang perempuan yang mengarahkan tempat duduk. 

Stoples yang berisi biji kopi juga tak banyak. Aku sempat bertanya tentang kopi, namun tak begitu antusias. Tanpa berpikir panjang, akhirnya pilihanku jatuh ke Latte. Menarik rasanya jika memotret cangkir kopi dengan latar laut pikirku. 

Teman yang lain sudah duduk di ruang luar menikmati sepoinya angin laut sembari menatap pemandangan. Dari sini terlihat jelas pantai Coastarina serta daratan Batam. Barisan panjang daratan Batam terbentang. Pun dengan tulisan “Batam” yang berada di atas bukit jauh sana. 
Pemandangan Pantai Coastarina Batam
Pemandangan Pantai Coastarina Batam
Rumah Kopi Fatmawati ada dua lantai. Jembatan yang melintang dari daratan menghubungkan ke bangunan lantai satu. Di sinilah meja pramusaji, toilet, dan, ruangan tertutup. Di lantai dua jauh lebih luas. Deretan meja dilengkapi kursi anyaman rotan. Teras di samping juga dimanfaatkan dengan meja serta sepasang kursi. 

Tampak dari balik kaca transparan tiga pengunjung yang asyik menikmati suasana siang dengan suara gemericik ombak. Masih cukup sepi dan menyenangkan untuk bersantai. Aku menaiki tangga menuju lantai dua. 

Tempat favorit duduk tentunya ruang terbuka yang berada di samping (lantai dua). Di ruang ini dilengkapi meja luas, dan meja memanjang lengkap dengan kursi tinggi. Selain rombonganku, di sana sudah ada beberapa orang yang menikmati waktu siang di kedai kopi. 
Ruangan di lantai satu kedai kopinya
Ruangan di lantai satu kedai kopinya
Meski tempat ini tulisannya kedai kopi, menu nonkopi juga beragam. Bahkan di sini juga tersedia jus. Jarang-jarang ada kedai kopi yang menyediakan minuman sebanyak ini. Sesekali kulihat kapal cepat yang melintasi perairan di sini. Informasi dari Mbak Tina, kapal tersebut melayani penyeberangan Batam-Singapura. 

“Kalau misalnya masih beberapa hari di sini, kita bisa meluangkan waktu menyeberang ke Singapura naik kapal,” Ujar Mbak Tina. 

“Doakan saja tahun depan menginjakkan kaki di sana, mbak,” Balasku. 

Aku pernah membaca tulisan teman terkait penyeberangan Batam-Singapura naik kapal. Harganya tentu murah. Mungkin penyeberangan ini pula yang menyebabkan Kawasan perbelanjaan di Nagoya Hill Batam ramai wisatawan tetangga. 
Kapal Penyeberangan Batam-Singapura
Kapal Penyeberangan Batam-Singapura
“Ini Latte-nya, bang.” 

Aku sedikit heran dengan sajiannya. Biasanya jika kita memesan Caffe Latte identik dengan cangkir. Selain itu bagian atasnya terdapat gambar yang menarik (Latte Art). Di sini, minuman yang disajikan berbentuk gelas panjang. Lebih tepatnya menurutku untuk penyajian minuman dingin. Tampilannya pun seperti minuman dingin minus pecahan es. 

Bisa dibayangkan bagaimana minum Caffe Latte panas dengan gelas seperti ini? Ditambah lagi disediakan sedotan untuk menyeduh. Tentu minuman panas tidak tepat rasanya dengan tambahan sedotan plastik. Kubiarkan saja sedotannya, sesaat kuabadikan minuman tersebut. 
Coffee Latte panas di gelas
Coffee Latte panas di gelas
Empat pesanan sudah di meja. Dua cokelat panas, dan satunya lagi kopi hitam (entah apa tulisannya di menu). Malah tampilan cokelat yang bagus diabadikan. Sebelum minuman ini kami libas, kuabadikan dulu. 

“Nggak nunggu camilannya sekalian?” 

“Kelamaan. Ini saja,” Jawabku cepat. 

Secara konsep, tempat ini sebenarnya bagus. Lokasi di atas laut menjadi hal yang menarik, dan pastinya pemandangan pantai juga tak kalah bagus. Untuk minumannya memang lebih baik menurutku di sini pesan nonkopi. 
Ragam Minuman di Kedai Kopi Fatmawati Batam
Ragam Minuman di Kedai Kopi Fatmawati Batam
Semoga saja ke depannya Rumah Kopi Fatmawati memang fokus pada kopinya agar selaras dengan penamaannya. Kedai kopi sebenarnya tidak hanya menjual rasa, namun juga interaksi. Hal ini yang menurutku kurang di sini. Seperti pada awal tulisan, aku lebih cocok menyebut tempat ini sebagai restoran daripada kedai kopi. 

Kami habiskan waktu di sini hampir satu jam. Menyeduh minuman yang sudah disediakan, menghabiskan camilan, dan tentunya berdiskusi destinasi mana lagi yang dikunjungi sebelum menuju Bandara Internasional Hang Nadim

“Sepertinya foto di bawah bukit tulisan Batam menarik. Biar jadi bukti kalau aku benar-benar menginjakkan kaki di Batam,” Ucapku. 

Teman rombongan mengangguk tanda setuju. Kami kembali menuju mobil dan melintasi jalan Batam yang lumayan lengang. Tujuan kali ini adalah bukti bertulisan “Batam” yang tampak dari Pantai Coastarina.
*Catatan: Kunjungan penulis ke Rumah Kopi Fatmawati Batam pada tanggal 25 Oktober 2018. Kemungkinan harga yang dan menu berubah.

4 komentar:

  1. haha, gak bisa liat kedai kopi nganggur ya, pasti disamperin

    btw interiornya oke juga, kaya restoran dengan view laut

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aji mumpung mas, kan asyik juga buat konten ngopi di luar Jogja hehheheheh

      Hapus
  2. Ngopi lagi ngopi lagi haha. Saya suka konsep kedainya, di pinggir pantai dengan lantai 2(atas) yang luas dan penataan yang rapi jali. Tapi errrr itu jadi nyedot latte panasnya? Hahaha awas melepuh si mulut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sedotannya nggak dipakai. Enakan disesap kalau minuman panas :-)

      Hapus

Pages