Menapaki Sudut Benteng Karang Bolong di Pulau Nusakambangan - Nasirullah Sitam

Menapaki Sudut Benteng Karang Bolong di Pulau Nusakambangan

Share This
Benteng Karang Bolong di Pulau Nusa Kambangan, Cialacap

Sudut-sudut pulau Nusakambangan seperti sedang menggodaku. Seakan-akan melambai untuk dikunjungi. Empasan gelombang samudra sudah terlewati, perahu kecil yang kunaiki menyisir lautan dan mendekati tebing-tebing terjal daratan pulau. 

Pikiran terus mengingat-ingat nama Pantai Pasir Putih Karang Bandung dan pulau Wijayakusuma. Ingin kuambil gawai, lantas menuliskan nama-nama tersebut pada catatan. Hanya saja keadaan tidak memungkinkan. Harapanku tentu nanti saat mendarat, aku masih ingat nama-nama tersebut. 

Pemandangan tebing pulau Nusakambangan memang menarik. Mulai dari bongkahan karang besar, tumbuhan lebat layaknya atap tak berlubang, atau tebing karang tinggi menjulang bagaikan tembok. Terkadang juga melihat nelayan yang memancing maupun berburu lobster. 

Perahu ini melaju kencang, merapat ke daratan yang di bagian ujungnya terdapat karang besar dan sedikit tertutupi semak-semak. Di waktu yang hampir bersamaan, perahu-perahu lain juga berdatangan menuju tujuan yang sama. Bongkahan karang ini menjadi penanda Pantai Karang Bolong. Salah satu pantai yang menjadi tujuan wisatawan kala menyambangi Pulau Nusakambangan. 
Wisatawan yang berlibur di pulau Nusakambangan
Wisatawan yang berlibur di pulau Nusakambangan
Pantai Karang Bolong ini dijadikan sebagai tempat sandar perahu. Selain itu juga sebagai tempat menunggu jemputan perahu. Bukan pantai yang menarik untuk bermain air meski pasirnya cenderung putih. Sayangnya sampah kiriman dari laut menjadikan tempat ini tidak terawat. 

Pantai yang digunakan untuk bermain air di sini adalah Pantai Pasir Putih Karang Pandan. Lokasinya hanya dibalik bukit pantai ini. Lewatnya bisa melalui jalan menuju Benteng Karang Bolong. Benteng inilah yang membuatku tergugah untuk berkunjung ke pantai ini. 

Selain benteng Karang Bolong, tujuan pertama sebenarnya ingin berkunjung ke Mercusuar Cimiring, hanya saja tidak terlaksana karena berbagai alasan. Dulu, aku pernah singgah di pulau ini saat mengunjungi Benteng Klingker

Sebelum menjenlajah sudut Benteng Karang Bolong, aku menyempatkan istirahat di pantai Karang Bolong. Melangkah ke sudut lain bibir pantai, dan mengabadikan pemandangan di sana. Tepat di bawah pohon, sekelompok wisatawan lokal sedang menunggu jemputan untuk pulang ke Pantai Teluk Penyu
Pesisir Pantai Karang Bolong Nusakambangan
Pesisir Pantai Karang Bolong Nusakambangan
Jalan setapak mengarahkan langkahku masuk ke daratan Pulau Nusakambangan. Plang tulisan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terikat menyatu dengan batang pepohonan. Sampah plastik terlihat di tiap jalur jalan setapak. 

Miris rasanya, tidak hanya sampah yang dihasilkan dari kiriman laut. Plastik-plastik yang tersebar di tepian jalan merupakan sampah bekas peninggalan pengunjung. Entah wisatawan ataupun warga setempat. Menurutku yang paling dominan tentu wisatawan. 

Di area lapang menuju Benteng Karang Bolong, terdapat lapak warga yang menjual berbagai minuman kemasan. Pun dengan makanan kemasan, semuanya tersedia. Bisa jadi sampah-sampah yang berserakan tadi berasal dari makanan kemasan yang dibeli pengunjung dan dibuang begitu saja. 

“Madu mas? Asli ini. Baru ambil dari hutan.” 

Ember hitam tanggung yang berisi sarang lebah ditumpuk menjadi satu. Tetesan madu terlihat mengumpul, lantas dimasukkan pada botol bekas wadah sirup. Banyak lebah yang masih berkumpul, beterbangan di sekitar ember. 
Madu hasil buruan penduduk setempat di pulau Nusa Kambangan
Madu hasil buruan penduduk setempat di pulau Nusa Kambangan
Ada keinginan untuk membeli madu, sayangnya uang yang ada di dompet kurang. Mau tidak mau harus kutangguhkan. Aku menyicip sedikit cuilan sarang lebah, dan menyesap madunya. Manis dan kental. Madu ini benar-benar nikmat. Meski diperbolehkan menyicip, aku sungkan jika tidak membayar. Kuberi sedikit untuk menebus madu yang kusesap. 

Dari ujung jalan sudah tampak gerbang Benteng Karang Bolong. Benteng ini sudah dipenuhi pepohonan dan semak belukar. Lorong pintu masuk tetap terlihat jelas. Sekilas ada pemuda yang menjaga di lorong. Aku mendekat. 

“Blogger ya mas?” Tanya salah satu dari pemuda yang duduk di lorong benteng. 

“Tahu dari mana kalau saya blogger?” Tanyaku balik. 

Dia tertawa, kemudian melihatku yang kebingungan. Salah satu pemuda kemudian bercerita, jika ada orang yang sibuk menenteng kamera dan lebih sering memotret benteng daripada berswafoto biasanya itu blogger. Menariknya, dia menyebut salah satu blog yang pemiliknya aku kenal. 
Gerbang Benteng Karang Bolong Nusakambangan
Gerbang Benteng Karang Bolong Nusakambangan
“Saya biasa membaca blog backpackstory” Ujar pemuda tanggung tersebut. 

Aku terhenyak, lantas mengajak mereka berfoto dan mengirimkan gambar melalui media sosial sembari mencolek pemilik blog tersebut. setahuku, dulu Mas Ariev Rahman memang pernah menulis berkaitan pulau Nusakambangan. Khususnya bagian lapas. 

Mas Ageng, Mas Feri, dan Mas Koko; ketiga pemuda ini berbincang cukup lama bersamaku di depan gerbang Benteng Karang Bolong. Mereka menawarkan jasa menemani sebagai pemandu lokal masuk ke area benteng. 

“Berapa tarifnya?” 

“Terserah mas mau ngasih berapa. Kami tidak pernah mematok harga,” Terang Mas Ageng. 

Aku sudah menyiapkan uang untuk jasa menemani sembari menggali informasi terkait benteng karang bolong. Masih di tempat yang sama, aku melihat tiap dinding sudah lekat dengan coretan. Bahkan ada yang menggunakan alat keras untuk menggerus dan menyematkan tulisan. 

Mas Ageng menceritakan dengan suara pelan. Terdengar semacam keluhan ketika dia mengawali cerita dengan rasa penyesalan banyak coretan. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Kini, mereka hanya bisa menjaga agar benteng ini tetap bersih, dan berusaha membagikan informasi terkait sejarah Benteng Karang Bolong.
Ruangan di gerbang benteng karang bolong penuh vandal
Ruangan di gerbang benteng karang bolong penuh vandal

***** 

Perbukitan di bagian timur Pulau Nusakambangan menjadi tempat berdirinya Benteng Karang Bolong. Dilansir berbagai referensi, benteng ini dibangun pada tahun 1855. Tentu kegunaan benteng ini sebagai tempat bertahan dan menyerang musuh yang datang dari laut. 

Sebagian lagi menyebutkan bahwa benteng ini adalah benteng alteri. Benteng yang memang dibangun untuk tempat bertempur. Di dalam benteng terdapat banyak ruangan, salah satunya tempat amunisi. Di beberapa tempat malah terdapat meriam yang menghadap ke laut lepas. 

Sejarah panjang membuat pulau Nusakambangan ini terdapat dua benteng, ditambah dengan Benteng Pendem yang berada di daratan. Tentu bagi pecinta sejarah, topik ini menjadi sangat menyenangkan untuk digali lebih dalam. Terkhusus untuk mempromosikan wisata di Cilacap. 

Selepas berkeluh-kesah, Mas Ageng mengarahkan temannya untuk menemaniku keliling benteng. Aku lupa pastinya di antara dua pemuda tanggung yang menemaniku. Jika tidak salah, Mas Koko yang menjadi pemanduku selama perjalanan. 

Mas Koko berjalan di depan, tangannya sudah membawa senter. Kami menyibak jalan setapak menuju bagian inti dari benteng. Bangunan tinggi tertutup belukar masih kokoh dari luar. Benteng ini terdapat banyak ventilasinya. Di lihat dari luar, ventilasi ini berada rendah. 
Benteng Karang Bolong tertutup belukar
Benteng Karang Bolong tertutup belukar
“Ini yang ingin aku potret, mas!” Aku sedikit berseru. 

Sudah lama aku ingin berkujung dan memotret benteng ini. Bahkan, ketika aku mengunjungi Benteng Klingker pun sampai lupa ingin sekaligus singgah. Berkali-kali ada kawan yang memposting benteng penuh semak belukar, kemudian menuliskan keterangan lokasi di Benteng Karang Bolong. 

Di sisi benteng ada jalan setapak sedikit menurun. Kami turut mengikuti pemandu, hingga melihat lubang menganga besar. Tanpa berlama-lama, kami menuruni hingga sampai di dalam benteng. Benteng ini cukup luas dan besar. 

“Total ada 16 ventilasi, mas.” 

Di dalam ini terdapat beberapa tempat untuk mengintai musuh yang ada di luar. Sayangnya, beberapa bangunan di dalam sudah roboh. Robohnya bangunan bukan karena ulah manusia. Memang ada faktor alam. 
Ruangan di benteng Karang Bolong Nusakambangan
Ruangan di benteng Karang Bolong Nusakambangan
Sekilas benteng ini mirip dengan Benteng Klingker, hanya saja lebih besar. Bagian dalam ruangan cukup panjang, bahkan terlihat bertingkat. Lorong-lorong gelap tampak membuat benar-benar sunyi. Sesekali suara bergema kala kami melangkah. 

Pemandu yang membawa senter berjalan di depan. Sesekali mengarahkan lampu senter ke belakang agar kami bisa melangkah dengan nyaman. Perasaanku, benteng ini tak ada habisnya. Semacam lorong-lorong yang sudah tersekat dan jalurnya jelas. 

Kami berhenti tepat di satu ruangan kecil, dengan bagian bawah lantai terdapat lubang berbentuk persegi empat. Sebuah dahan kayu sengaja di masukkan ke lubang. Pemandu masih menyorotkan senternya ke arah lubang. 

“Ini ruang penjaranya, mas.” 

Aku tidak berani melongokkan kepala ke dalam lubang. Hanya memotret dari atas, itupun bagian dalam tampak gelap. Tidak terbayang dengan lubang kecil itu, bagaimana para tawanan dimasukkan. Bergidik rasanya. Tempat penjara ini seperti jauh lebih kejam dibanding yang terlihat di Benteng Pendem, Cilacap. 
Lubang bagian penjara di benteng karang bolong
Lubang bagian penjara di benteng karang bolong
Aku mencatat sedikit informasi dari pemandu. Berbagai ruangan yang disebutkan yang ada dalam maupun di sekitar benteng Karang Bolong. Mulai dari Pos Pemantau, Ruang Rapat Besar, Ruang Memasak Mesiu, Ruang Eksekusi, Ruang Tembak, Ruang Absen, Penjara, hingga Landasan Meriam yang menghadap ke laut. 

Meski banyak tempat yang kulewatkan karena beberapa hal, aku tetap menikmati sejumput cerita tentang benteng Karang Bolong. Masih menyusuri lorong, kami tidak melintasi jalan masuk. Ada jalan menuju luar benteng. Malah di depan terdapat semacam lorong panjang. 

Sebagian lorong gelap, kala terkena senter sudah terlihat berbagai coretan dari oknum pengunjung. Pemandu menerangkan jika lorong yang saling berkaitan dan memiliki banyak pintu ini adalah pos penjagaan. 

Tembok sudah berlumut, setiap bagian atas berbaur menjadi satu dengan pepohonan. Aku melangkah menyusuri salah satu lorong yang terang. Pemandu masih terus bercerita tentang fungsi tiap bangunan. 
Lorong pos penjagaan di benteng
Lorong pos penjagaan di benteng
Perjalanan terus berlanjut. Kami sudah berada di luar benteng, jalan sedikit naik, hingga sampai di ujung benteng. Di sinilah bekas Meriam panjang yang menghadap ke laut berada. Panjang Meriam lebih dari empat meter. 

Tidak sempat kutanyakan ini jenis meriam apa. Namun, dengan keberadaan meriam ini semakin meyakinkan jika benteng Karang Bolong memang sebagai tempat untuk menyerang musuh. Entah fokus pada bertahan kala diserang, atau untuk menyerang balik lawan. 

Nyatanya di sebelahnya lagi, hanya berjarak sekitar 20 meter terdapat juga meriam yang terbengkalai. Ini artinya, ada dua Pos Meriam waktu benteng ini berfungsi. Semuanya menghadap ke laut. 

Tepat di dekat meriam yang kedua, terdapat semacam prasasti yang ditandatangni bupati Cilacap tentang tempat ini sebagai situs sejarah. Sayang, belum dioptimalkan, sehingga sejarah benteng Karang Bolong belum bisa diakses dengan mudah informasinya. 

“Benteng ini seperti tempat yang tersamar di antara rimbun pohon. Mereka bilang benteng ini adalah tembok klamufase.” 
Bekas meriam di ujung benteng karang bolong Nusakambangan
Bekas meriam di ujung benteng karang bolong Nusakambangan
Bisa jadi keberadaan benteng karang bolong sedikit luput dari pandangan musuh. Sehingga mereka tidak tahu di balik semak belukar dan pepohonan atas bukit terdapat dua moncong Meriam yang siap memuntahkan isinya kala musuh mendekat. 

Tempat ini pula menandakan pemandu sudah selesai menjalankan tugas. Kami menuju jalan setapak, tepatnya di pertigaan kecil. Mas Koko menunjukkan arah jalan menuju Pantai Karang Pandan, salah satu pantai di balik karang bolong yang bersih dan nyaman untuk bermain air. 

Sembari berjabat tangan, kusisipkan sedikit uang sebagai tanda terima kasih. Uang tersebut nominalnya terlalu kecil untuk ukuran mereka menceritakan sejarah benteng dari awal hingga selesai. Semoga saja berkah, dan mereka tetap konsisten menjaga benteng dari para oknum yang merusak. 

Langkah kaki menuruni bukit, di depanku sudah terlihat keramaian. Berbeda waktu berada di benteng, semua serasa sunyi. Kumasukkan gawai ke drybag, kemudian aku menikmati waktu siang di pantai pasir putih tanjung karang. *Kunjungan di Benteng Karang Bolong Nusakambangan pada tanggal 16 Februari 2017


21 komentar:

  1. haha, tau aja tuh ciri ciri blogger

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahahaha, benar juga. Aku pas awal langsung kaget hahahaha

      Hapus
  2. Lubangnya kecil banget, emang muat ya orang masuk? Ngeri juga bayanginnya. Ikutan bergidik aku mas. Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasa kan seperti itu. Ketika kepala bisa masuk, badan ikut masuk.

      Hapus
  3. Perjalanan yang mengasyikkan, mengeksplor Nusa Kambangan dan Benteng Karang Bolong. Nah di salah satu paragraf saya membaca 'kembali ke Pantai Teluk Penyu'. Yang mau saya tanyakan, Pantai Teluk Penyu itu yang deket sama Benteng Pendem kah? Kalau tidak salah pernah ke situ sih sayanya hahaha. Alih-alih ke Nusa Kambangan dulu, kami malah ke hutan mangrove :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pantai teluk penyu itu memang satu kawasan dengan Benteng Pendem. Heheheheh

      Hapus
  4. Wah gimana itu rasanya makan sarang lebah? Ngeri ngeri sedap juga ya mas hahaha
    Makasih ini info wisatanya bagus

    BalasHapus
  5. Mas kalau dari foto-fotomu kok kayanya sepi banget, tapi di foto ke-7 (kalau nggak salah) ada pengunjung mbak-mbak yang kejepret. Serem juga kalau cewek ke sana sendirian :( apalagi kalau malam kan nggak ada lampu ya? berasa mau cari konten mistis ahaha. Siang dan dari foto aja kegambar gimana rasanya.

    Kalau ada guide dan tarifnya "terserah, seikhlasnya" tu aku kadang juga malah pakewuh takut kesedikiten.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tenang, itu mbak-mbaknya saya yang nemani kok. Saya pinjam motor dia selama di Cilacap ahahahahh

      Hapus
  6. kok aku ga pernah ditanyain gitu sm orang ya,,, padahal tiap kemana2 juga pasti motoin tempatnya daripada selfie wkwk..

    setelah baca tulisan ini jadi inget kalau thn 2013 atau 2014 silam pernah ke sini tapi ga ada dokumentasi haha..

    -Traveler Paruh Waktu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahahahha, belum beruntung bang.
      Woalah tahun segitu aku baru masuk Cilacapnya, belum sampai pulaunya hahahahha

      Hapus
  7. saya pernah main kesini mas, sekitar 7 - 8 tahun lalu ... jadi nostalgia lihat foto2nya .... tempat tempatnya persis yang saya kunjungi. waktu itu sampai kesana dan minta guide ... (karena sepi banget waktu itu) .. hanya ada anak kecil yang jadi guide-nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah ternyata sudah menjelajah ke sini sejak lama, kang. Sepertinya tidak banyak berubah kang, kecuali coretan vandalnya jauh lebih banyak.

      Hapus
  8. wah wah ada destinasi yang bagus ya disana. belum pernah kesana

    BalasHapus
  9. Wahahaha ngebedain blogger dan bukannya gitu. Mana kenal ariev lagi. :))
    Aku malah serem ngebayangin pas lagi foto yang lubang itu. Kalo tiba-tiba kepala kita turun, terus ada yang narik gitu gimana. Serem abiis. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin dia sering ketemu sama blogger yang main ke Pulau Nusakambangan ahahhahaha

      Hapus
  10. Aahahah, senang ya kalau ada yang bilang "blogger", bukan "vlogger".

    Wisata sejarah macam ini memang lebih enak kalau ada pemandunya. Berkeliling TKP sambil diceritakan sejarahnya itu nikmat banget. Tapi agak kesal juga sih lihat banyak coretan tangan begitu. Mending coret-coretnya di blog deh, bisa jadi cerita :)

    Aku tandain ya, mas. Rasanya aku ada niatan mau mampir ke sini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahaha
      Intinya kalau mereka tahu blogger itu sudah nilai plus ahhahaha

      Hapus

Pages