Pantai Padang dan Monumen Merpati Perdamaian - Nasirullah Sitam

Pantai Padang dan Monumen Merpati Perdamaian

Share This
Landmark Pantai di Padang
Landmark Pantai di Padang
Tengah malam pesawat yang kunaiki mendarat di Bandara Internasional Minangkabau. Dari bandara, aku memesan taksi bandara menuju hotel Amaris Padang yang berada di jalan Sudirman, lokasinya berseberangan dengan Bank Indonesia Sumatera Barat. 

Rencana awal hanya tidur sesaat, lantas bangun pagi dan salat subuh di Masjid Agung Sumatera Barat. Sayang, hingga sudah pagi, aku masih terlelap dalam mimpi. Hingga suara telepon mengusik tidurku. 

“Sudah bangun mas? Ayo main ke pantai. Saya sudah di depan hotel.” 

Bak tersengat bara api putung rokok, aku bergegas bangun, salat, dan turun menuju lobi hotel. Bang Edwin yang berasal dari Dharmasraya sedang ada dinas di Padang. Sebelum disibukkan aktivitas masing-masing, kami sepakat menikmati pagi menyusuri destinasi wisata yang dekat kota. 

Tidak banyak waktu luang pagi ini. Aku dan Bang Edwin memesan transportasi daring menuju pantai Padang. Sebenarnya pantai ini bisa kami datangi jalan kaki. Namun, tenaga belum sepenuhnya bugar, kami putuskan naik kendaraan. 
Bank Indonesia Sumatera Barat kala pagi
Bank Indonesia Sumatera Barat kala pagi
Mobil melaju pelan. Sesekali terlihat pesepeda menikmati tiap kayuhan di jalan yang masih sepi. Belum ada polisi bertugas. Becak Motor (Bentor) khas Sumatera berlalu-lalang. Tiap sudut terdapat kibaran bendera partai. Ya, awal tahun 2019 nanti kita berpartisipasi dalam pemilihan presiden. 

Sesekali Bang Edwin menanyakan destinasi-destinasi yang nantinya aku kunjungi. Aku masih buta tujuan. Intinya sampai sore di Kota Padang, aku tidak ingin mengejar jumlah destinasi kunjungan. Bahkan, hanya duduk santai seharian di hotel pun tak masalah. 

Cuaca memang sedang kurang bersahabat. Awan tebal menyelimuti Kota Padang. Semalam, ketika masih penerbangan. Dari kaca jendela terlihat jika hujan mengguyur. Hingga ketika aku sampai di pantai, tidak ada keinginan untuk memotret banyak. Cukup menikmati suasana pagi di pantai. 

Sepanjang sisi kiri jalan, bentangan pantai memanjang. Pasir pantai tidaklah putih, cenderung sedikit gelap. Mengingatkanku seperti pasir di Pantai Parangtritis, hanya saja tidak sepekat di sana. Ombak tak tinggi, cukup menyenangkan dan tampak teduh. 
Pemecak gelombang di pantai padang, Sumatera Barat
Pemecak gelombang di pantai padang, Sumatera Barat
Landmark besar bertulisan Padang berwarna mencolok. Tertulis bagian ujung “Padang Kota Tercinta”, sementara satu ujungnya sebuah nama bank di Indonesia. Menilik tiap bangunan di sini terdapat nama-nama instansi. 

Tiap jarak antara seratus meteran, selalu ada semacam tanggul pemecah ombak memanjang ke pantai. Sekilas malah seperti barisan dermaga yang terbuat dari susunan bebatuan. Pemecah gelombang seperti ini biasanya malah digunakan sebagai tempat untuk memancing. 

Kupandang bentangan samudera, terlihat beberapa pulau sedikit samar. Aku tidak bisa memastikan pulau-pulau yang tampak tersebut namanya apa. Namun, memang seperti berbaris pulau walau jaraknya berjauhan. 

Masih pagi, tak banyak orang yang bermain air. Bahkan aku sendiri belum melihat ada orang-orang berlarian di pasir. Hanya sesekali warga setempat membersihkan pantai. Menurut Bang Edwin, pengunjung bakal ramai ketika siang hingga sore. 

Berbeda dengan pemandangan yang ada di trotoar. Jalur pedestrian ini cukup ramai. Banyak orang yang berlalu-lalang olahraga pagi. Mereka jogging bersama kawan atau saudara. Beberapa kali kami berpapasan dengan orang-orang tua yang menyempatkan waktu berolahraga. 
Jalur pejalan kaki yang luas
Jalur pejalan kaki yang luas
Menarik memang, jalur pedestrian ini lebarnya hampir sepadan dengan satu ruas jalan. Amat luas, untuk sekadar bermain bola (anak-anak) pun cukup. Mereka menikmati suasana pagi ini dengan mencari keringat. 

“Seberang jembatan sana ada Monumen, mas. Kita jalan kaki ke sana,” Terang Bang Edwin. 

Sepertinya monument ini yang Bang Edwin tanyakan ke pengendara transportasi daring sewaktu kami di mobil. Aku tidak tahu obrolan secara jelas, intinya tadi pengendara mengatakan Monumen Merpati Perdamaian dan taman. 

Taman Muaro Lasak dan Monumen Merpati Perdamaian 

Kami jalan kaki melintasi jembatan, di bawahnya aliran sepertinya membelah kota Padang. Tepat di ujung jembatan tersebut sebuah taman kecil berada. Tulisan “Taman Muaro Lasak” berwarna merah berkombinasi dengan kuning. Cukup bagus untuk sekadar duduk santai. 

Ditilik dari berbagai informasi, taman ini dibuat pada akhir tahun 2013 oleh pemerintah Kota Padang. Taman ini makin lengkap dengan adanya bangunan Monumen Merpati Perdamaian yang diresmikan oleh Presiden Jokowi pada tanggal 12 April 2016. 
Siluet Monumen Merpati Perdamaian di Pantai Padang
Siluet Monumen Merpati Perdamaian di Pantai Padang
Monumen ini menurutku menarik. Awalnya aku mengabadikan dari depan, sayang mendung dan pencahayaan kurang jadinya tidak maksimal. Aku mencoba mengambil dari sudut belakang. Monumen ini terdapat simbol origami burung merpati yang hinggap pada rajutan berbentuk bulat. Semacam globe. 

Sedikit informasi yang bisa aku dapatkan dari prasasti Monumen Merpati Perdamaian. Burung Merpati melambangkan kedamaian. Ini berlaku di dunia. Origami sendiri adalah seni melipat yang dilakukan tiap tahapan agar menghasilkan karya indah. 

Dari kedua keterangan tersebut, disebutkan bahwa makna simbol Monumen Merpati Perdamaian adalah perdamaian harus dijaga sampai akhir hayat. Kita harus bersama-sama menjaga perdamaian. 

Menariknya, di sini juga ada prasasti revitalisasi monumen merpati perdamaian. Prasasti ini diresmikan oleh Angkatan Laut Indonesia. Tak pelak, pada bagian akhir prasasti monumen merpati perdamaian terdapat tulisan “Angkatan Laut selalu siap bersatu dan bekerjasama untuk menjaga perdamaian dunia.” 

Jalesveva Jayamahe! Tentu kita familiar dengan seruan yang sering diteriakkan Angkatan Laut Indonesia. Semboyan itu juga tertera pada prasasti revitalisasi. Aku melihat sekeliling, mengamati pengunjung yang beraktivitas. 
Monumen Merpati Perdamaian Muaro Lasak, Padang
Monumen Merpati Perdamaian Muaro Lasak, Padang
Lumayan menyenangkan, lahan di sini cukup luas. Anak-anak kecil bisa bermain sepuasnya. Tempat sampah sudah tertata rapi di berbagai sudut, meski masih ada tangan-tangan jahil yang membuang sampah sembarangan. 

Silih berganti pengunjung datang dan pergi. Mulai dari rombongan keluarga hingga muda-mudi. Aku menyusuri sedikit pantai, terdapat lapak-lapak jualan yang masih tutup. Terpal warung menyatu dengan tumpukan kursi. Ada juga payung-payung pantai yang belum terpasang. 

Sepanjang pantai cukup rindang. Pohon-pohon waru laut menjadi peneduh tepian pantai. Di bawahnya banyak kios yang masih tutup. Pantai Padang ini berubah menjadi ramai kala sore hari. Banyak kuliner laut yang bisa kita nikmati di sini. 

Ada pemandangan yang menarik selama di sini. Banyak orang yang berada di pantai. Mereka membersihkan sampah-sampah laut yang terkirim dari seberang. Tumpukan sampah di berbagai titik. Sampah didominasi batang-batang kayu dan plastik. 
Petugas pantai membersihkan sampah dari laut
Petugas pantai membersihkan sampah dari laut
Awalnya aku mengira mereka adalah warga setempat. Orang-orang yang tiap hari berjualan di pantai. Ternyata mereka memang petugas kebersihan pantai dari Kota Padang. Sampah yang berserakan di pantai mereka angkut ke mobil. 

Sampah laut memang menjadi permasalahan di seluruh destinasi wisata di Indonesia, terkhusus lagi wilayah pantai. Hingga sekarang, sampah-sampah tetap banyak berdatangan. Sebagai tujuan destinasi wisata, pengelola Pantai Padang dituntut untuk membersihkan setiap saat. 

Banyak tempat, khususnya pantai yang aku kunjungi. Ini menjadi permasalahan yang serius. Sampah tersebar di setiap penjuru. Tanpa terkecuali di Karimunjawa. Semoga ke depannya, kita bisa mengatasi sampah bersama-sama. 

Sebelumnya, aku menyempatkan diri berfoto pada tulisan “Padang” di ujung pantai. Tulisan ini menjadi spot foto para wisatawan. Ada yang terpikirkan dalam benakku. Kenapa hampir setiap tempat sekarang banyak memunculkan tulisan besar? 
Kunjungan ke Padang, Sumatera Barat
Kunjungan ke Padang, Sumatera Barat
Padahal, dengan tulisan plang kecil pun, pastinya wisatawan tetap tertarik untuk berfoto. Di Pantai Parangtritis Bantul ada tulisan besar, di Bukit Teletubbies Bromo tak kalah besar, di banyak tempat. Apakah ini memang sesuatu yang diinginkan? 

Sudahlah, mungkin suatu saat ada jawaban yang bisa membuatku paham terkait tulisan-tulisan besar. Aku terus melangkah, mengikuti tapak-tapak kaki para pejalan di tepian pantai. Sayup-sayup terdengar kata kuliner “Sala Lauak.” Makanan apa itu? Sepertinya menarik! *Pantai Padang Sumatera Barat; 24 Oktober 2018

20 komentar:

  1. Berarti gak sarapan dihotel mas..
    Wah asik ya..itu trotoar jembar banget..buat joging pagi hari enak lah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sempat sarapan pas hampir pukul 09.00 WIB, kami pagi cuma main sebentar ke pantai.

      Hapus
  2. apalagi itu di sebelah tulisan besar "Padang" ada logo bank
    heuheuheu

    BalasHapus
  3. tetep melu foto ning tulisan gede, sesok karo go mulih koq ya tulisan gedi ngunu kui ben ra ngalang-ngalangi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buri omahku rep tak tulisi dab, seng guede hahahaha

      Hapus
  4. wah sangat indah sekali pantainya perlu dikunjungi nih...

    BalasHapus
  5. Mungkin karena campaign "destinasi digital dan milenial", mas. Hehehe, tapi ya nggak tau juga, ding.

    Pas lihat foto pantai yang ada pemecah ombaknya sempet mbatin ; "Wah, pantaine resik iki. Mantep." Oh ternyata, sama saja ada sampahnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kebanyakan memang mengikuti yang sudah ada di tempat-tepat lain dengan tujuan seperti itu

      Hapus
  6. Asik banget Mas sepi kayak begitu. Pas saya kesana lebaran ketiga tahun 2019 kemarin udah serasa harus berbagi oksigen sama ribuan orang,saking ramainya. Hehe

    BalasHapus
  7. Balasan
    1. Nyicil dolan, karena tahu bakal lama nggak dolan hahahah

      Hapus
  8. Ke Pantai Padang tu cocoknya bawa anak sore-sore.. :D Rame banget kalau sore banyak fasilitas mainan anak-anak kecil.. abis tu baru nikmatin sunset..

    Next time kalau ke Padang lagi, kuy explore bareng..

    -Traveler Paruh Waktu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheheheh, kemarin pas di sini memang tidak ada rencana tujuannya, bang. Ada pekerjaan sedikit dan sekadar transit. Insyaallah kalau ada waktu ke sana lagi.

      Hapus
  9. kalau ke kota padang, pantai ini wajib dikunjungi karena lokasi ada di kotanya .... sekarang lebih teratur dan bersih.
    Bakal xplore Padang dan skitarnya nih mas Sitam ... jika tidak punya waktu lama di skitaran kota Padang banyak spot kece

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah ada beberapa yang dikunjungi, kang. Memang sengaja menyusuri bagian kota saja hahahahha

      Hapus
  10. Onde mande, abang sempat pula ke Padang ye
    rancak bana...

    saya dua kali ke Padang, malah gak pernah sempat ke pantainya hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekalian bekerja, daeng.
      Meski nggak ke pantai, tapi kulinernya tetap, kan? hehehheheh

      Hapus

Pages