Silamo Creative Hub, Kedai Kopi Berkonsep Self Service di Jogja - Nasirullah Sitam

Silamo Creative Hub, Kedai Kopi Berkonsep Self Service di Jogja

Share This
Silamo Crative Hub

Meski tinggal di Jogja, aku belum tentu paham kedai kopi yang lokasinya jauh dari kos. Sebagian besar kedai kopi yang aku kunjungi sekitaran kota, Caturtunggal, hingga Condongcatur. Jika pun ada yang lain, mungkin tidak banyak. 

Menjelajah wilayah selatan Jogja menjadi sesuatu yang langka. Pernah sekali main diajak Ardian ke kopi Ndalem Tjipto Harsanan, itupun bagiku cukup jauh. Meski lokasinya di dekat dari Alun-alun Kidul. Kali ini perjalananku lebih jauh. Aku ke Silamo Crevative Hub. 

Tempat ini masih asing bagiku. Sebelum berangkat, aku mengecek lokasinya. Jarak dari kos lumayan jauh. Silamo Creavite Hub berlokasi di jalan Sonosewu Baru No.30, Sanggrahan, Ngestiharjo, Kec. Kasihan, Bantul. 

“Untung satu arah jalan pulang, mas,” Celetuk pengemudi transportasi daring sembari tertawa. 

Dari utara, aku harus ke selatan. Di sana sudah ada tiga kawan yang menunggu. Mereka pulang dari meliput acara di UMY. Aku sendiri membawa tas, rencananya pukul 22.00 WIB langsung ke Jakarta. 

Silamo Hub lokasinya cukup dekat dengan kampus PGRI, pun dengan UMY. Tempat ini menjadi salah satu tujuan para mahasiswa tersebut untuk mengerjakan tugas maupun sekadar bersantai. Uniknya, ruko kedai kopi ini satu tempat dengan laundry. Kalian bisa mencuci sendiri di tempat ini. 
Ruangan di lantai satu Silamo Crative Hub Jogja
Ruangan di lantai satu Silamo Crative Hub Jogja
Ruangan di lantai satu kedai kopi ini lumayan luas. Bangunan yang didominasi dengan kaca sudah tertata rapi meja dan kursi. Meja panjang di dekat anak tangga bisa dipakai secara berkelompok. Bagi yang ingin bersantai sembari menyeduh minuman, bisa memilih meja yang tersemat pada dinding. 

“Selamat datang, mas,” Sapa barista saat melihatku masuk. 

“Malam mas,” Balasku. 

Satu barista yang bertugas ini lumayan sibuk. Aku izin naik ke atas, di sana sudah ada teman yang menunggu. Dinding menuju anak tangga penuh coretan kapur. Sepertinya memang disengaja corat-coret. Bahkan sandi akses internet. 

Sekadar menyapa kawan yang sudah menunggu, aku kembali turun. Kali ini melihat menu yang disediakan. Melihat menu yang tersedia menurutku menarik. Ini kedai sangat banyak minuman yang bisa dipilih. Termasuk nonkopi. 
Daftar menu dan harga di Silamo Crative Hub
Daftar menu dan harga di Silamo Crative Hub
Aku mencoba Vietnam Drip, kemudian menjajal satu pastry sebagai pengganjal perut. Makanan di sini ada bakmi atau yang lainnya. Jarang-jarang ada kedai kopi yang menyediakan menu sebanyak ini. 

Satu hal lagi yang harus kalian ketahui. Minuman teh sangat beragam tersedia. Aku sengaja melihat instagramnya, di sana memang mereka juga mengenalkan minuman teh pada publik. Tentu sebuah terobosan yang bisa diikuti kedai yang lainnya. 

Seperti biasa, aku meminta izin untuk memotret sudut-sudut kedai. Kami berbincang santai. Dari barista, aku tahu jika kedai ini satu pemilik dengan Antologi Coffee. Kedai kopi yang ada di sekitaran UGM. 

“Mas, nanti pesanannya diambil sendiri ya. Kalau sudah selesai minum dan mau pulang, tolong gelas dan piringnya bawa dan taruh di sini,” Terang barista sembari menunjuk tumpukan wadah kotor. Di temboknya bertuliskan “Drop Here”. 
Tempat menaruh piring dan gelas sebelum pengunjung pulang
Tempat menaruh piring dan gelas sebelum pengunjung pulang
Setahuku, baru kali ini ada kedai kopi yang konsepnya Self Service. Kita nanti diundang saat pesanan sudah siap saji, dan diwajibkan mengemasi piring dan gelas sendiri kala mau pulang. Setahuku, untuk layanan mandiri tidak banyak. Di Aegis Coffee baru sampai pengambilan pesanan. 

Aku pernah melihat konsep layanan mandiri ini di Raminten yang baru. Di sana memang sudah tertera jelas alurnya. Bagaimana kita membuang sampah pada tempatnya, menaruh piring, gelas, dan sendok kotor pada wadahnya. Bagi kita yang di Indonesia, itu cukup langka. 

Usai pesanan siap, aku kembali diundang. Beliau juga menyarankan agar kudapan yang kupesan dimakan selama masih hangat agar lebih enak. Di atas, aku balik berbincang dengan tiga kawan; Ardian, Aqied, dan Aji. 

Di sela-sela berbincang, aku menyusuri tiap sudut kedai di lantai dua. Bagian dalam kedai di lantai dua terbagi menjadi beberapa bagian. Sofa panjang yang kami tempati, selasar lengkap dengan bean bag, serta meja kecil beserta kursi. 
Lantai dua Silamo Crative Hub nyaman untuk bersantai
Lantai dua Silamo Crative Hub nyaman untuk bersantai
Di lantai dua ini juga terdapat ruangan untuk salat. Musola yang disediakan cukup untuk dua orang salat. Di sampingnya juga tersedia tempat berwudu. Kamar mandi juga terpisah dengan tempat wudu. Di musola terpajang kaligrafi, tersedia sarung dan mukena. 

Ingat coretan di tembok kedai kopi? Nyatanya di lantai dua pun penuh coretan. Ternyata pihak kedai sengaja menyediakan kapur warna-warni yang tujuannya untuk para pengunjung yang ingin menulis di tembok. 

Hampir tiap dinding penuh coretan. Ada yang menuliskan nama kampus, jurusan dan angkatan, hingga menulis lelucon-lelucon. Sembari menyesap kopi, aku membaca sedikit coretan di dinding. Tidak ketinggalan turut menuangkan tulisan. 

Pintu mengarahkan pada ruangan luar di lantai dua. Konsep ruangan terbukanya menarik. Meski berada di atas, di sini terdapat pot-pot bunga. Hingga kesannya tetap adem. Area terbuka dibagi menjadi dua bagian. 
Ruangan outdoor di lantai dua Silamo Crative Hub
Ruangan outdoor di lantai dua Silamo Crative Hub
Ruangan yang satu tidak luas, malah cenderung banyak pot bunganya. Dua meja kayu panjang tertata lengkap dengan empat kursi. Tempat ini lebih asyik untuk bersantai bareng kawan. Ruang yang satu lagi lebih banyak kursi. 

Dua meja panjang memanfaatkan tembok pembatas lantai dua setinggi satu meter. Kursi yang dipasang semacam kursi bar model agak tinggi. Di sini juga dilengkapi meja kecil yang bisa digabung. Tempat ini favorit para perokok untuk nongkrong. 

Jika kita datang dengan kelompok besar, aku rasa ruangan area terbuka bisa menjadi opsi yang tepat. Sekiranya ingin mengerjakan tugas bareng kawan, meja yang ada di lantai satu pun juga bisa digunakan. 
Minuman Vietnam Drip
Minuman Vietnam Drip dan keik
Aku tidak banyak tahu kedai kopi di sekitaran selatan. Apakah geliat perkembangan kedai kopi di sini seperti di utara atau tidak. Jika ditilik dari pangsa pasar, daerah utara juah lebih pesat dibanding selatan. 

Silamo Hub menjadi salah satu tempat yang bisa kalian kunjungi kala sedang ingin berkumpul dengan kawan dan sejawat. Tempat nyaman, menu beragam, dan fasilitas seperti toilet serta musola tersedia dengan baik. *Silamo Creavite Hub, 08 Juli 2019.

18 komentar:

  1. hemat biaya ya, tembok nya gak dicat
    , heuheuheuheu

    tapi oke juga sih, bisa kreasi corat coret di dindingnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau baca coretan-coretannya bakal ngekek ahhahahah

      Hapus
  2. cakep nih, harganya terjangkau juga haha..
    seru juga boleh nyoret2 temboknya pakai kapur :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mau melampiasakan coretan. Bisa ke sini. Atau malah promosi blog hahahahha

      Hapus
  3. kiro-kiro ono sing lali ora ya, nluyur wae durung beresi mejane, heheh

    asyik iki konseppe nek ngunu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waiki seng belum ngerti.
      Biasane koncone ngelingke, dab.

      Hapus
  4. Itu berati selama pesenan masih dibuat barista, kita kudu nunggu di lantai bawah mas? Biar pas nama kita dipanggil denger? Atau ada speaker dilantai 2 yang nyambung dari lantai 1? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak juga.
      Kita nanti dipanggil namanya kalau sudah siap pesanannya

      Hapus
  5. kirain sampe2 bikin2nya juga self service, ternyata nggak ya, tetep dibikinin :D

    -Traveler Paruh Waktu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak semua orang bisa bikin kopi ehhehhe.
      Ada sih kedai kopi yang memperbolehkan kita membuat sendiri, dan nanti bayar suka-suka

      Hapus
  6. Di Purworejo ada rumah makan di mana konsumen ambil nasi sendiri. Ambil lauk pauk sendiri. Mungkin tiap kota ada rumah makan yang memberikan layanan konsumen bisa ambil makanan sendiri.
    Tetapi sebelum makan, hidangan harus ditunjukkan ke kasir dulu untuk dihitung harganya dan harus dibayar. Wah, sudah repot ambil makanan sendiri, tetapi suruh bayar penuh. Nah, apa bisa dikatakan konsumen bukan raja di sini. Rajanya si penjual.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya di Jogja juga banyak seperti itu. Kita mengambil sendiri, lalu menunjukkan pesanan ke kasir. Terus bayar, baru kita ke meja makan. Itu hal yang lumrah.

      Hapus
  7. asal jgn ada yg mengubah asword wifinya aja, mungkin ada yg jahil :p.

    naaah berharapnya mkin banyak restoran, ato kafe apapun yg mulai menerapkan self service dari dtg sampe pulang gini :)

    jd makin terbiasa orang2 indonesia utk membereskan sendiri makanannya ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahah, kalaua da yang iseng seperti itu harus dicoret pakai kapur wajahnya.

      Benar mbak, mengedukasi sejak dini

      Hapus
  8. unik ... desain tempatnya, system service-nya .... apalagi coretan coretan di dindingnya .... bikin nyengir bacanya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hiburan tersendiri akalu baca tulisan-tulisannya, kang

      Hapus
  9. Lhooo tulisan sambat kita mana, kok tyda diabadikan. wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ke sana lagi yuk. Siapa tahu ada yang balas nulis apa gitu. ahhaahhaha

      Hapus

Pages