Dua Jam di Balakosa Coffee and Co Jogja - Nasirullah Sitam

Dua Jam di Balakosa Coffee and Co Jogja

Share This
Pesanan kopi di Balakosa Coffee and Co Jogja
Sudah kurencanakan akhir pekan ini mencari konten kedai kopi. Target kedai kopi awalnya ingin mengunjungi di sekitar UGM, setelah melihat dari Instagram kedai kopi tersebut ada acara, segera kuubah kedai kopi yang lainnya. Tujuanku kali ini adalah Balakosa Coffee and Co. 

Berlokasi di Nologaten, kedai kopi ini sering kulewati saat pulang ataupun pergi ke Aegis Coffee. Lahan yang awalnya petakan sawah, dalam beberapa bulan terakhir menjadi bangunan kedai kopi. Tidak hanya satu, ada dua kedai kopi yang konsepnya mirip di sini. Mereka dipisahkan bangunan limasan. 

Dibuka awal tahun 2019, kedai kopi ini terbilang ramai. Waktu operasionalnya mulai pukul 11.00 WIB hingga tutup dinihari, tepatnya pukul 02.00 WIB. Aku sengaja datang menjelang awal buka, niatnya agar dapat memotret kedai kopi saat sepi. 

Aktivitas pramusaji dan barista sedikit sibuk. Ruangan luas di lantai satu tertata rapi, pun dengan sebuah layar. Sepertinya di tempat ini sudah dipesan komunitas. Mereka semacam gathering di kedai kopi. 
Kedai Kopi Balakosa Coffee Jogja di sekitaran Nologaten
Kedai Kopi Balakosa Coffee Jogja di sekitaran Nologaten
“Buka untuk umum atau hanya untuk acara ini, mas?” Tanyaku memastikan. 

“Kalau untuk bekerja atau mengopi bisa di ruang lantai dua, mas. Tempat ini dipakai komunitas motor,” Jawabnya sembari menyebut merek motor. 

Aku mengiyakan. Lucu rasanya, sengaja tidak ke kedai kopi yang ada di sekitaran UGM karena di sana ada acara, sampai di sini ternyata juga sedang berlangsung acara, malah lebih ramai. Untuk sesaat aku menuju lantai dua. 

Sesuai arahan pramusaji, jika ingin memesan minuman tingga memencet tombol yang ada di meja. Pada nomor meja memang ada semacam bel yang bertuliskan pesan dan bayar. Ada juga tombol memanggil pramusaji. 

Kutentukan pilihan minuman, lantas menekan tombol pesan. Lebih dari lima menit tidak ada respon. Aku kembali menekan tombol panggil pramusaji, tetap saja tidak ada respon dari pramusaji. Kulongok mereka tetap santai beraktivitas menunggu tamu gathering. 
Meja barista kopi saat baru buka
Meja barista kopi saat baru buka
Bergegas aku turun, lalu menanyakan pemesanan. Sempat kubilang kalau sudah menekan tombol pesan, tapi tidak ada respon. Ternyata pegawai kedai kopi belum menyolokkan bel yang ada di meja barista. 

“Mohon maaf ya mas, kami lupa belum menyolokkan alatnya,” Ujar barista. 

Akhirnya aku memesan dari meja barista. Di sini sempat mencari Vietnam Drip atau kopi susu yang panas, tetapi tidak ada. Sembari bertanya-tanya tentang minuman yang direkomendasikan dan disajikan panas, barista merekomendasikan Short Bread. 

Ditilik dari menu yang disajikan, minuman nonkopi ataupun kopi cukup beragam. Di Balakosa Coffee juga menyediakan kudapan dan makanan berat. Cukup membantu bagi yang ingin sarapan atau makan siang di kedai kopi. 
Daftar harga dan menu di Balakosa Coffee and Co Jogja
Daftar harga dan menu di Balakosa Coffee and Co Jogja
“Nanti langsung taruh di meja saja, mas. Saya mau motret sebentar sekalian salat,” Terangku setelah mendapat izin memotret kedai. 

Musola ada di lantai satu, lokasinya di dekat tangga naik ke lantai dua. Tempat wudu tersedia, ruang musola juga luas. Bersama salah satu pegawai kedai, aku salat berjamaah. Selepas itu lanjut melihat sekeliling kedai kopi. 

Balakosa Coffee and Co terbilang salah satu kedai kopi yang luas lahannya. Selaras dengan area parkir. Informasi dari salah satu pegawai di sini, lahan yang digunakan adalah milik desa. Pemilik Balakosa Coffee menyewa lahan dalam jangka waktu panjang. 

“Baristanya ada tujuh, mas,” Terang pramusaji yang mengantarkan minuman ke meja. 

Siang ini memang masih sepi. Komunitas yang ingin berkumpul belum datang, aku memotret ruangan luas di lantai satu. Sebenarnya meja dan kursi ini penataannya tidak seperti ini. Sengaja diubah karena digunakan untuk pertemuan. 
Ruangan di lantai satu Balakosa Coffee Jogja
Ruangan di lantai satu Balakosa Coffee Jogja
Di lantai satu terdapat banyak meja, tiap sudut lengkap dengan stop kontak. Tempat ini sebenarnya cocok untuk bersantai sambil bekerja. Di area luar, tanah lapang pun dimanfaatkan dengan menggelar karpet. 

Karpet-karpet dan bean bag tidak selalu digelar, hanya menjelang sore dan saat cerah saja. Ada juga lahan terbuka yang sudah disemen. Tempat ini digunakan untuk duduk santai sambil melihat sawah. Pada hari senin dan kamis malam, tempat ini menjadi panggung untuk band-band lokal. 

Pengunjung lebih ramai ketika selepas isya di hari-hari biasa. Kalau akhir pekan, mulai dari selepas asyar biasanya pengunjung sudah banyak. Bahkan menjelang tengah malam pun biasanya jauh lebih ramai. Mungkin karena tutupnya jauh lebih larut. 

Tidak hanya menyediakan ruangan besar. Di sini terdapat ruangan kecil yang berada di bawah tangga. Tempat ini lebih privat, nyaman untuk diskusi atau rapat dengan kolega. Jendela lebar menghadap ke utara, menyajikan sisa lahan sawah. 
Ruangan kecil yang bisa untuk bekerja di Balakosa Coffee
Ruangan kecil yang bisa untuk bekerja di Balakosa Coffee
Sayup-sayup terdengar suara panitia menjajal pelantang. Satu persatu pengunjung berdatangan, sedikit riuh. Aku menuju meja di lantai dua. Sudah tersaji minuman Short Bread pesananku. Di meja sudah ada laptop untuk bekerja. 

Ruangan di lantai dua tak kalah luas. Tatanan meja dan kursi hanya ada di tiap tepi, berdekatan dengan stop kontak yang melekat di dinding. Ruangan sebesar ini disediakan pendingin ruangan, pun dengan model jendela kaca yang bisa dibuka. 

Ada sepuluh meja. Tiap meja dilengkapi empat kursi. Bagian tengah ruangan cukup lengang. Di teras lantai dua tidak ada meja ataupun kursi. Bisa jadi tempat merokok hanya di lantai satu. Pukul 12.30 WIB, di lantai dua hanya ada aku seorang. 
Lantai dua di Balakosa Coffee Jogja cukup luas
Lantai dua di Balakosa Coffee Jogja cukup luas
Mumpung masih sepi, belum ada pengunjung yang lainnya di lantai dua. Aku mengambil minuman untuk kuabadikan. Sesuai dengan Namanya, Short Bread ini ada rasa-rasa roti. Berawal dari latte, dikreasikan menjadi minuman seperti ini. 

Minuman Short Bread ini bisa dipesan panas ataupun dingin. Aku sendiri memilih minuman panas karena menurutku bekerja itu paling pas ditemani minuman panas. Kecuali di saat-saat tertentu baru memesan minuman dingin. 

Pada sesapan pertama, rasa roti dan manisnya dominan. Namun, pada akhiran menyesap, baru terasa kopinya. Menurutku minuman ini lumayan cocok di lidahku. Jika ke sini lagi, mungkin aku bakal mencoba minuman yang sama. 
Shrot Bread, salah satu minuman andalan di Balakosa Coffee Jogja
Shrot Bread, salah satu minuman andalan di Balakosa Coffee Jogja
Laptop sudah terbuka sedari tadi, aku mulai menyicil tulisan agar postingan di blog tetap konsisten tiap bulan. Sesekali menyesap minuman. Jaringan internet biasa saja, cukup untuk sekadar membuka blog. 

Suara riuh mulai terdengar dari lantai satu. Sepertinya aku salah waktu datang. Sebisa mungkin tetap menulis, namun konsentrasi buyar tatkala suara pelantang kencang. Kututup laptop dan menekan bel bayar. Tidak ada respon. 

Kukemasi barang, lantas turun. Di anak tangga sudah banyak orang yang duduk. Sembari berujar permisi, aku berjalan di tengah-tengah keriuhan menuju tempat kasir. Lepas membayar, aku jalan kaki menuju kedai kopi yang tenang untuk melanjutkan pekerjaan. 
Menyempatkan waktu menulis artikel di Balakosa Coffee Jogja
Menyempatkan waktu menulis artikel di Balakosa Coffee Jogja
Pada dasarnya di Balakosa Coffee and Co cukup menyenangkan untuk bekerja. Pemandangan sawah, meja dan stop kontak, menu makanan, serta musola tersedia. Hanya saja aku datang di waktu yang kurang tepat. 

Bagi yang ingin bekerja atau sekadar menepi, aku rasa kalian bisa datang ke sini puku 11.00 WIB hingga sore. Pada jam-jam tersebut, kedai kopi ini masih sepi. Bagi yang ingin ada acara, kalian juga bisa menjadikan Balakosa sebagai opsi tempat acara. *Balakosa Coffee and Co Jogja; Sabtu, 14 September 2019.

12 komentar:

  1. haha, ternyata belum dicolok...

    itu lantai 1 kaca semua ya? kayak gak ada dinding nya

    BalasHapus
  2. Mas Sitam banyak banget mengunjungi tempat ngopi .... sepertinya bisa jadi pengamat kedai kopi :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cuma mengamati kang. Kali aja setelah itu terus jadi pemilik kedai kopi ehehhehe

      Hapus
  3. Kedainya sepertinya nyaman dan terang sekali ya. Kelihatan dari banyak jendelanya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau siang sampai sore asyik, nyaman dan belum terlalu ramai.

      Hapus
  4. Waw saya baru tau ada kafe kayak gini di Jogja. Itu pemandangan sampingnya sawah kan ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Jogja, kedai kopi itu banyak konsepnya. Tinggal kita pilih yang mana saja haahhahha

      Hapus
  5. Hahaha kalau aku di posisimu pasti akan sangat kesal dengan pelayanan dan suara ributnya, Mas. Mungkin aku cuma bisa bertahan 30 menit.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengennya gitu, tapi nanggung, sekalian tuntaskan 1 artikel baru pindah tempat ahhahahaha

      Hapus
  6. gede banget ya tempatnya .... cocok untuk rame2 ngumpul seperti komunitas motor yang datang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kang, gede banget hahahahah. Kalau sore rame di area terbuka.

      Hapus

Pages