Kopi Pekat di Kedai Kopi Tjemara Jogja - Nasirullah Sitam

Kopi Pekat di Kedai Kopi Tjemara Jogja

Share This
Kopi pekat di Kedai Kopi Tjemara
Sejak awal Oktober, aku kembali disibukkan memilah-milah kedai kopi yang nantinya kudatangi untuk kutulis di blog. Sebenarnya sudah ada beberapa kedai kopi dalam daftar, hanya saja butuh waktu untuk mendatanginya satu-persatu. 

Di dekat kos, hanya berjarak 150 meter, terdapat kedai kopi kecil yang lampunya agak temaram. Kurun waktu dua bulan, aku hanya melihat kedai kopi tersebut saat bersepeda, berniat ke sana jika waktunya memungkinkan. 

Pertengahan bulan Oktober, akhirnya aku sempatkan berkunjung. Setelah sedikit bingung di kosan, aku jalan kaki ke perempatan Papringan yang tidak jauh dari belakang KFC. Lokasi kedai kopinya tepat di sisi barat, di halaman rumah. 

Kopi Tjemara nama kedainya. Buka pertama pada bulan April 2019, kedai kopi Tjemara ini belum sepenuhnya dikenal banyak orang. Setiap aku lewat, dari jalan terlihat ada dua atau tiga pengunjung yang duduk santai di dalam kedai. 

Saat ini kedai kopi Tjemara buka saat sore. Mulai pukul 15.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB. Hanya saja, untuk tutup kadang malah sampai pukul 00.00 WIB, karena pengunjung asyik berkumpul. Orang kedai pun santai. 
Meja barista di Kedai Kopi Tjemara Jogja
Meja barista di Kedai Kopi Tjemara Jogja
Tidak ada plang nama, kedai ini sebenarnya berada di tepi jalan, namun tidak banyak yang tahu. Sesampai di kedai kopi, aku melihat stok biji yang tersedia. Seorang barista menerangkan biji kopi yang dimiliki. 

Dari semua yang disebutkan, aku tertarik dengan kopi Tjemara. Sesuai nama kedai kopi ini, tentu biji kopi tersebut yang menjadi ciri khas suatu kedai kopi. Jika dilihat dari harga yang tertera, kopi di sini cukup murah bagiku. 15.000 rupiah harganya, sementara di sekitaran Demangan biasanya jauh lebih mahal. 

Menu yang tersedia tidak hanya kopi. Minuman nonkopi juga tersedia. Hal ini untuk menyediakan pengunjung yang memang belum terbiasa minum kopi. Selain minuman, di kedai kopi Tjemara juga menyediakan makanan berat ataupun kudapan. 

Sempat kutanya metode penyeduhannya, barista ini mengatakan jika menggunakan V60. Aku mengangguk, lantas duduk santai di kursi yang tersedia. Untuk sementara waktu kuambil kamera dan bersiap memotret. 
Daftar menu dan harga di Kedai Kopi Tjemara Jogja
Daftar menu dan harga di Kedai Kopi Tjemara Jogja
“Boleh memotret di sini?” 

Pramusaji maupun barista diam, lantas dia meminta persetujuan owner kedai kopi. Ownernya lelaki yang tadi sempat berpapasan denganku sebelum masuk kedai. Kami berbincang, dan owner tersebut dengan santai memperbolehkan aku memotret. 

“Silakan mas, anggap kedai kopi sendiri,” Ujar Mas Franky. 

Kami sedikit berbincang. Salah satu yang kutanyakan adalah apa itu kopi Tjemara yang menjadi kopi andalan di sini. Di menu, tertulis Kopi Tjemara adalah kopi robusta dengan rasa yang sudah dipertahankan sejak tahun 1935. 

Dituturkan Mas Franky, kopi ini adalah kombinasi antara kopi Lampung, Pontianak, dan Singkawang. Beliau sendiri merupakan generasi ketiga dalam mempertahankan kopi tersebut. Sedari dulu, keluarganya memang mempunyai pekerjaan berkaitan dengan kopi. 

Usai berbincang, aku memotret sudut kedai kopi. Di luar kedai, ada meja dan sepasang kursi. Untuk sementara waktu, bagian luar belum dioptimalkan. Sehingga para pengunjung difokuskan dalam ruangan saja. 

Ruangan yang tidak terlalu luas didesain sedemikian rupa. Meja panjang tersemat menghadap jendela luar, lengkap dengan empat buah kursi kecil. Di bawah meja terdapat stop kontak guna yang membutuhkan listrik. 

Meja yang lainnya tersebar. Sepasang meja berukuran tanggung digabung menjadi satu, sehingga tampak seperti satu meja besar lengkap dengan empat kursi. Tepat di depan barista juga dipasang meja serta kursi panjang membentuk huruf L. 

Aku sendiri duduk di kursi yang terbuat dari anyaman bambu. Kursi dan meja ini cenderung lebih rendah. Tidak senyaman meja yang lainnya untuk bekerja. Sebenarnya tujuanku ke sini sekalian ingin menepi, menyelesaikan satu tulisan. Hanya saja sampai di sini lebih asyik berbincang. 
Ruangan di Kedai Kopi Tjemara Jogja
Ruangan di Kedai Kopi Tjemara Jogja
Ruangan ini sementara waktu tidak menggunakan pendingin ruangan. Sepasang kipas angin besar berputar. Ini artinya ruangan di dalam boleh merokok. Nantinya bakal ada perbaikan, mungkin bulan depan sudah dipasang pendingin ruangan. 

“Sedang kami pikirkan untuk menjadikan ruang ini bebas rokok. Jadi harus berpikir bagaimana halaman depan ditambahi kursi,” Ujar Mas Franky. 

Beliau juga masih mempertimbangkan agar ruangan dalam ditambahi beberapa meja lagi, sehingga lebih padat. Menurutku, di dalam masih bisa untuk dua atau tiga meja lagi. Khususnya yang dekat pintu masuk. 

Lantunan musik berganti. Suaranya pelan, berkombinasi dengan suara baling-baling kipas angin. Kita bisa meminta pramusaji atau barista mengganti lagu sesuai dengan selera kita. Di tembok tersebar figura berbagai hasil lukisan pensil. 

Malam ini tidak banyak pengunjung. Selain aku, ada dua remaja lelaki yang menyesap kopi. Pun satu orang tua yang meminta minuman Saparila. Empat orang pengunjung ditemani barista dan pramusaji. 

Biasanya kedai kopi ramai menjelang isya. Biasanya yang datang secara berkelompok. Pada awal kedai kopi dibuka, yang datang sebagian adalah kolega Mas Franky. Akhir-akhir ini banyak mahasiswa yang datang secara bergantian. 

Tidak jarang mahasiswa Instiper juga menjadi pelanggan tetap. Mereka yang menjalani kuliah D1 kampusnya hanya berjarak 70 meter dari kedai kopi. Secara tidak langsung, kedai kopi ini menjadi tempat terdekat untuk bersantai. 

Kurun waktu dari sore hingga tutup, kadang pengunjung berkisar antara 15 orang. Informasi ini dituturkan Aryo selaku barista. Hingga kini, sudah ada beberapa pelanggan tetap yang kembali lagi ke kedai untuk mengerjakan tugas. 

Secangkir kopi hitam dan agak pekat sudah di meja. Cangkir serta piring kecil motifnya menarik. Tidak ketinggalan dua buah biscuit yang disajikan sebagai pemanis rasa. Kusesap kopi Tjemara, khas kopi robusta yang pahitnya dominan. 
Secangkir Kopi Tjemara kala malam hari
Secangkir Kopi Tjemara kala malam hari
Meski kusesap dalam kurun waktu yang lama, kopi ini tidak signifikan perubahannya. Berbeda dengan kopi Arabika, jika sudah agak dingin rasanya cenderung berubah. Sekilas, rasa kopi ini memang dominan dari Lampung. 

Cukup lama aku di sini, menyesap kopi sembari berbincang. Pemilik kedai kopi ramah, menyapa beberapa pengunjung yang sudah lebih sekali datang. Pun dengan barista dan pramusajinya, keduanya juga mudah berinteraksi. 

Tanpa terasa kopi di cangkir hampir tandas. Aku bergegas membayar dan meminta izin pulang. bagiku, tempat ini bisa menjadi opsi untuk mengopi sambil bekerja di lain waktu. Pun di sini tersedia jaringan internet, sehingga saat butuh mengakses blog pun aman. 

Untuk kalian yang ingin menepi sejenak tanpa keriuhan, bisa coba datang ke Kopi Tjemara. Siapa tahu cocok dengan suasana di sini. Jika memang ke sini, aku rekomendaasikan naik transportasi daring, karena kedai ini halamannya tidak terlalu luas. *Kedai Kopi Tjemara; 12 Oktober 2019.

12 komentar:

  1. Kalau lihat dari foto-fotonya, interiornya cukup mendukung suasana tenang yang dideskripsikan dalam tulisan. Sepertinya sih saya bisa betah lama-lama kalau datang ke sini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya malah menunggu setelah nanti diubah konsepnya. Mungkin bakalan lebih asyik.

      Hapus
  2. weh mantap punya racikan kopi sendiri yang udah turun temurun dr jaman sebelum merdeka...

    BalasHapus
  3. kopi pekat begini, jujur aja aku blm bisa :D. ga ketelan mas :D.jd kalo ksana, aku pasti bakal mesen sejenis kopi susu biar ga terlalu pahit :D. bukan pecinta kopi aku mah, hanya penyuka :D.

    kalo aku ke jogja, kayaknya cukup buka blogmu deh utk cari referensi cafe kopi yg enak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau tidak terbiasa mending pesan minuman yang manis, mbak.
      Bagi sebagian orang, kopi pekat seperti ini memang tidak cocok :-)

      Hapus
  4. tempat Daftar menu dan harga nya sungguh kalssik yaak... mantap...

    BalasHapus
  5. Next kopdar ke sini? Eh tapi nanti kita jadi ribut banget hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tenang, ada banyak tempat untuk kita kopdar. Butuh tempat yang bisa teriak-teriak kencang? ada

      Hapus
  6. harganya bersahabat terutama buat mahasiswa ... kalau yang punya sudah turun temurun di perkopian pasti kopinya mantap mekipun harganya ekonomis

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar kag, di sini sebagian malah mahasiswa Instiper yang menongkrong

      Hapus

Pages