Air Terjun Songgo Langit Jepara yang Memesona - Nasirullah Sitam

Air Terjun Songgo Langit Jepara yang Memesona

Share This
Air Terjun Songgo Langit di Jepara

Sepagi ini aku sudah jalan kaki menuju Terminal Jepara. Kucari bus jurusan Jepara – Kelet yang nantinya mengantarkanku hingga gapura menuju Air Terjun Songgo Langit Jepara. Sebuah destinasi yang menjadi tujuan utama berkunjung ke Jepara. 

Cukup mudah mencari bus di terminal. Aku sudah duduk di deretan kursi nomor dua dari depan. Memilih tempat duduk yang bisa melihat jalan di depan. Berkali-kali kuingatkan kernet bus untuk menurunkanku lokasi yang tepat. 

Jalanan lumayan lengang. Sesekali bus berhenti, penumpang silih berganti naik ataupun turun. Pagi ini penumpang didominasi anak-anak sekolah. Kernet menghampiriku, kuserahkan uang lembaran 20.000 rupiah. Dia mengambil dan berlalu. 

Aku sesaat tertidur. Begitu bangun ternyata sudah sampai di Terminal Bangsri. Tak lama kemudian bus berjalan. Melintasi perumahan, berlanjut dengan perkebunan. Kernet bus mendekatiku, memberi aba-aba persiapan turun. 

Kernet bus turun, lalu dia menunjukkan gerbang tulisan arah ke Air Terjun Songgo Langit di seberang jalan. Mungkin dia mengira aku bukan orang Jepara. Kuucapkan terima kasih sesaat bus belum berlalu. Jalanan masih lengang, aku menyeberang jalan dan menunggu kawan di tepian jalan. 
Gapura penanda arah ke Air Terjun Songgo Langit
Gapura penanda arah ke Air Terjun Songgo Langit

Sedari semalam aku mendapatkan kabar baik. Rencananya ingin menggunakan jasa ojek pangkalan di sini untuk mencapai lokasi air terjun. Wildan mengirimkan pesan jika hari ini dia luang menemani. Tidak sendirian, dia mengajak satu kawannya dan juga Farid. 

Dari gapura ini, kita bisa menggunakan jasa ojek pangkalan untuk sampai di lokasi. Kisaran harga antara 20.000 – 25.000 rupiah sekali jalan. Jalurnya memang jauh dan berliku. Lebih nyaman lagi jika kamu sempat menyimpan narahubungnya, karena dari air terjun tidak terlihat ojek mangkal. 

Selang sebentar rombongan sudah lengkap. Tiga motor melaju menuju destinasi. Hari masih pukul 08.00 WIB. Sepertinya belum ada tanda-tanda keramaian menuju air terjun. Deretan rumah warga berganti hamparan sawah siap panen. 

Pada akhirnya jalanan menurun dan berlubang. Tidak ada portal yang tertutup, hingga motor berhenti di area parkir. Aku bingung apakah terlalu pagi sampai lokasi atau bagaimana. Tidak ada penarikan tiket masuk. 

Suara gemuruh air terdengar kencang. Kutahan untuk tidak ke sana. Sesaat kulihat sekeliling, ada banyak tempat duduk payung lengkap dengan kursi lipat. Di ujung sana sudah berdiri musola pun dengan kanti yang dijaga simbah-simbah. 
Tempat duduk di sekitaran Air Terjun Songgo Langit Jepara
Tempat duduk di sekitaran Air Terjun Songgo Langit Jepara

Simbah itu yang pada akhirnya menarik tiket masuk. Farid membayarnya kala aku memotret air terjun. Dia tidak memberitahu berapa tiket masuk tiap orang. Kami sepakat memesan kopi dan camilan untuk menemani waktu bersantai. 

Secara fasilitas, salah satu destinasi alam andalan Jepara ini sudah mumpuni. Di tempat semacam ini yang paling penting adanya toilet, tempat sampah, dan musola. Lebih-lebih ada kantin yang menjual makanan. Lahan untuk parkir kendaraan pun luas. 

Di bagian atas juga terdapat gazebo untuk meneduh kala hujan atau panas. Kulihat terdapat bingkai spot foto ala-ala yang dipasang. Aku tidak tertarik memotret dari sana. Entahlah, bagiku spot foto semacam ini kurang tepat rasanya. Ini hanya pendapatku. 

Air Terjun Songgo Langit ini sebenarnya sudah lama dikenal. Saya tahu destinasi ini tahun 2005, kala itu teman-teman Pecinta Alam sekolah mengadakan kegiatan di sini. Di Jepara sendiri ada banyak air terjun. Aku pernah mengunjungi di Air Terjun Jurang Nganten, Air Terjun Sumenep, dan Air Terjun Dung Paso
Curahan air terjun Songgo Langit saat musim penghujan
Curahan air terjun Songgo Langit saat musim penghujan

Di musim penghujan seperti sekarang, debit air di setiap air terjun berlimpah. Beruntung saat ke sini cuaca cerah. Sehingga curahan air bening. Aku memotret dari area batas aman untuk pengunjung. 

Kuambil tripod gorilla dari tas, lalu memasangkan pada kamera. Sudut pengambilan foto di air terjun ini cukup luas. Membuat aku cukup leluasa mencari sudut yang tepat. Sedikit kuatur setelan kamera, lalu membidik. 

Satu jalur limpahan air cukup lebat. Di sampingnya juga terdapat aliran kecil yang dangkal. Air terjun ini lumayan  tinggi. Bisa jadi salah satu yang tertinggi di Jepara. Konon ketinggian air terjun ini mencapai 80 meter. 

Tanggul kokoh membuat seperti kolam tepat di bawah guyuran air terjun. Air tersebut mengalir mengikuti jalur sungai kecil dengan aliran yang tidak deras. Dari berbagai informasi, tiap pengunjung dilarang melewati batas tanggul. 

Kolam yang berada di bawah air terjun ini pastinya dalam. Cukup berbahaya jika ada pengunjung yang nekat bermain air di sana. Rata-rata, setiap air terjun yang deras, biasanya kedalaman kolam beragam. Ada yang dangkal, tapi terkadang ada yang jauh lebih dalam semacam palung. 

Aku melihat debit air yang melimpah. Berkali-kali Farid dan Wildan mengingatkanku agar tidak bermain air di dalam kolam. Aku mengangguk, toh tujuanku ke sini memang sekadar ingin menyambangi sembari memotret untuk keperluan blog. 

Aliran air yang di sungai kecil tampaknya cukup aman. Aku turun lalu mencari bongkahan batu yang agak rata. Kuletakkan tripod mini dan terus memegangnya agar tidak hanyut terbawa aliran air. Kuambil sudut yang menarik, dan mengabadikan. 
Memotret Air Terjun sedang slow motion
Memotret Air Terjun sedang slow speed

Berturut-turut kulakukan dengan peralatan seadanya. Tak ada lensa lebar, cukup memanfaatkan lensa bawaan kamera. Hasil foto mengembun di beberapa bagian. Ini karena lensa terkena cipratan air saat memotret. 

Lebih satu jam kami di sini. Tiga kawan sudah duduk di payung besar. Mereka menunggu kopi serta camilan dari simbah yang berjualan. Dua perempuan datang, mereka swafoto berlatarkan air terjun, lalu turun ke aliran sungai yang tenang. 

Di sini, air dangkal. Tidak lebih dalam dari lutut orang dewasa. Alirannya lebih tenang, berbeda dengan bagian atas. Ditambahi juga dua aliran air dari atas dengan debit kecil. Di sinilah pengunjung bermain air dengan aman. 

Pun dengan rombongan satu keluarga. Bapaknya momong anak kecil, beliau menggendong dan turun ke aliran air yang tenang. Bermain bareng, sesekali terdengar tawa berderai. Sang ibu asyik mengabadikan keseruan keluarganya. 
Area yang digunakan wisatawan bermain air
Area yang digunakan wisatawan bermain air

Satu jam lebih pesanan kami belum datang. Baru juga kami pikirkan, simbah tersebut sudah berjalan membawa empat kopi di gelas kemasan, serta dua camilan. Beliau ikut bergabung dan bercerita tentang kesibukannya di sini. 

Mulai dari pembangunan musola hingga pengadaan lampu penerang. Kami sesekali menimpali, lalu tertawa bersama saat ada cerita-cerita lucu. Salah satu cerita yang lucu terjadi hari ini. Simbah berkomunikasi dengan turis manca yang hendak memesan kopi. 

Di tengah-tengah obrolan, aku melihat plang imbauan untuk membuang sampah pada tempatnya. Kulihat tulisan KKN PPM UGM 2018. Kuambil tumblr dari kantor, lalu memotretnya bersamaan dengan tulisan UGM. 

Langit mulai diselimuti mendung, tanpa aba-aba hujan deras. Kami bertahan di payung, lambat laun payung tersebut tak kuat menahan rinai hujan. Kami berlarian menuju bangunan di dekat parkir motor. Menunggu hujan reda sebelum balik ke kota. 
Plang imbauan dari KKN UGM serta tumblr FK-KMK UGM
Plang imbauan dari KKN UGM serta tumblr FK-KMK UGM

Hari ini, kami menjadi pengunjung terlama di Air Terjun Songgo Langit. Sedari pagi hingga lepas duhur. Hujan tak kunjung reda, kami putuskan menerobos hujan. Kamera dan gawai kubungkus menggunakan plastik, lalu menyimpan di dalam tas. 

Dari memotret air terjun, mengopi, hingga menunggu hujan di sekitaran air terjun. Seperti yang kubilang, Air Terjun Songgo Langit pada dasarnya mudah diakses kala tidak hujan. Fasilitas sudah mumpuni, dan terjaga keasriannya. 

Jika berkunjung ke sini, tetap jaga kebersihan dan pastikan pada bulan-bulan penghujan sehingga debit air tetap besar. Patuhi aturan dengan tidak bermain air di bagian kolam yang dibatasi beton. Serta menjadilah pengunjung yang baik. *Jepara; 14 Maret 2020.

24 komentar:

  1. Masuk Rasanya wisata jepara lawas ya mas ini?.
    pengen jalan2 ke jepara,setelah dr balik dr kampung nenek nanti pasca pandemi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dulu yang dikenal orang Jepara selain pantai ya air terjun songgo langit ini hehehhe. Ayo main Jepara

      Hapus
  2. Seneng deh kalau ada imbauan soal menjaga kebersihan di tempat wisata. Semoga hati setiap pengunjung terketuk biar gak buang sampah sembarangan, gak corat-coret, atau hal-hal lain yang dapat merusak lingkungan. Harapannya, lain kali gak perlu ada papan imbauan lagi. Kalau sudah bisa sadar dan paham untuk menjaga lingkungan, alangkah lebih indah lagi. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang benar mbak. Lebih menyenangkan jika tanpa ada imbauan tapi pengunjung paham sendiri. Itu yang sampai sekarang rasanya susah diterapkan

      Hapus
  3. Ternyata aksesnya gampang juga ya kalau pakai kendaraan umum. Ada bus lewat dan ada ojek mangkal. Harganya juga masuk akal. Nyoba ke sana ah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau ke sini dan naik ojek, mendingan sekalian minta nomor teleponnya. Takutnya pas mau pulang agak susah karena di lokasi tidak ada ojeknya

      Hapus
  4. Pantas saja namanya Songgo Langit, Mas Sitam. Tingginya sampai 80 meter begitu. Kayaknya ini tingginya saingan sama Grojogan Sewu di Tawangmangu, nih. :) Di Jepara, saya baru ke pantai-pantainya saja. Kayaknya suatu saat perlu mampir ke sini nih buat ngadem. :)

    Btw, foto slow speed air terjunnya keren! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi ini yang tertinggi di Jepara, mas. Tapi saya juga kurang tahu aslinya, Ada banyak curug di Jepara, hanya aksesnya memang yang belum memadai. Matur nuwun mas, ini juga belajar memotret

      Hapus
  5. seger tenan ik... dadi kangen blusukan aku, nyari view ijo ijo

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang memang pada kangen dolan, mas. Masa-masa dua bulan di rumah sudah terasa agak bosan. Tapi mau gimana lagi demi kesehatan

      Hapus
  6. Noted nih. Pengen main ke jepara bisa nambahin wishlist curug Songgo Langit. Uwww fotonya keceee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya kalau tidak ada pandemi di bulan Juni ada acara bagus di Jepara. Untuk sementara waktu dibatalkan. Mungkin besok-besok bisa ke sini

      Hapus
  7. Air terjunnya terlihat segar banget, bikin adem mandanginnya.
    Air terjunnya yang nggak satu aliran doang juga jadi bikin objek wisata satu ini makin cakep.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cocok buat santai sambil menikmati suasana alam, bang.
      Pas di sini, saya sambil mengopi hahahahha

      Hapus
  8. Ooo yang tempat main air itu juga ada kucuran air terjun kecil ya mas. mayan nggo keceh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, karena memang ada larangan main di kolam besar.
      Di bagian kecil tempat anak-anak bermain air.

      Hapus
  9. Belum pernah ke Jepara! Liat ini jadi penasaran. Kangen ngebolang blusukan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Padahal saya sudah dipaksa dolan ke Wonosobo. Hemmmmmm
      Ajak Kinan dolan ke pantai di Jepara

      Hapus
  10. Pemandangan mewah ini soalnya aku jarang nemu. Mirip dengan yang ada di Lampung :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Jepara ada banyak air terjun, om. Tapi jalannya yang rada susah hahahhaha

      Hapus
  11. maen ke jepara sejauh ini baru ke Karimun jawa, belum ke wisata curug-curugnya. sejuk koyo'e yo mas.. Btw, hasil jepretan slowspeednya mantap!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak sih yang ke Jepara memang tujuannya di Karimunjawa. Memang Karimunjawa menjadi destinasi paling populer di Jepara. Semoga destinasi yang lainnya juga ramai

      Hapus
  12. air terjunnya ada banyak ya ... berlama lama di air terjun sambil ngopi, makan camilan dan mendengar deburan air .. bikin tentram

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar kang, di sini saya juga sambil ngopi hahahahahha

      Hapus

Pages