Wisata Tur Laut dan Snorkeling di Karimunjawa - Nasirullah Sitam

Wisata Tur Laut dan Snorkeling di Karimunjawa

Share This
Snorkeling di Perairan Karimunjawa
Snorkeling di Perairan Karimunjawa

“Sesekali ikutlah tur laut di paketanku. Biar kamu ada konten tulisan blog,” Aan berseloroh. 

Acapkali tawaran dari Aan kulewatkan. Setiap pulang Karimunjawa, aku fokus di rumah. Keluar rumah paling menjelang pagi atau sore. Tujuannya memotret dari tepian pantai. Setelah itu, aku kembali menghabiskan watu di teras rumah. 

Suatu ketika, aku penasaran bagaimana rasanya mengikuti tur laut ala wisatawan di kampung sendiri. Kukabari Aan terkait rencanaku. Dia dengan senang hati menyertakanku di rombongan tamunya. Kubawa kamera, minimal nanti aku bisa bantu memotret. 

Sudah cukup lama Aan dan istrinya membuka biro wisata berlibur ke Karimunjawa. Di bawah naungan nama Arriani Karimunjawa, mereka merintis usaha dan melengkapi segala dokumen yang dibutuhkan. Urusan website, diserahkan ke sepupu. Dia juga yang mengurusi blogku. 

Pukul 08.00 WIB, setelah memastikan rombongan selesai sarapan. Kami berjalan kaki menuju Pelabuhan Perikanan Karimunjawa. Semua bekal diperiksa satu persatu. Kapal kayu berukuran besar sudah siap menampung wisatawan. 

Tak hanya kapal yang kami tumpangi, kapal-kapal yang lainnya juga persiapan berangkat. Para pemandu saling bersapa, sesekali terdengar canda akrab. Aku menyempatkan bertegur-sapa dengan teman yang menjadi pemandu di kapal lain. 

Suasana di pelabuhan pagi ini ramai. Aku berbaur dengan rombongan keluarga. Mereka membawa anak berumur 8 tahun. Di sini, aku memposisikan diri sebagai wisatawan. Tapi tetap saja nanti membantu pemandu saat snorkeling. 
Di atas kapal menuju spot snorkeling
Di atas kapal menuju spot snorkeling

Seluruh wisawatan dibagikan jaket pelampung. Pemandu meminta sebelum berlayar, semuanya wajib mengenakan pelampung. Pemandu yang bertugas merupakan anggota dari Himpunan Pramuwisata Indonesia. 

Snorkeling di Dekat Pulau Menjangan Kecil 

Suara mesin kapal berpacu dengan angin. Aku duduk di depan, melihat ujung lancip kapal memecah ombak. Bulir-bulir air menerpaku. Sesekali aku harus menghadap belakang, berusaha melindungi lensa dari bulir air laut. 

Kapal melaju kencang. Di sisi yang lain, banyak kapal saling berlomba mencapai destinasi pertama. Hampir sebagian besar paket wisata tujuan destinasinya sama. Beraktivitas snorkeling di satu spot, lantas pindah tempat. 

Kulihat arah kapal melaju, tujuannya mendekat pulau Menjangan Kecil. Di satu spot ternyata sudah ada kapal wisatawan yang mengantar tamu. Kapal-kapal berjarak agar tiap tamu yang dibawa leluasa berenang. 

Pemandu mengarahkan satu spot yang menurutnya menarik. Tak jauh dari kapal kami, sudah ada lebih dari tujuh kapal. Sepertinya spot ini memang menjadi tujuan pertama saat mengikuti wisata laut di Karimunjawa. 
Kapal-kapal mengantarkan wisatawan tur laut
Kapal-kapal mengantarkan wisatawan tur laut

Aku tak berniat berenang, kusempatkan memotret aktivitas wisatawan yang sedang persiapan berenang. Hampir semua orang mengenakan pakaian senyaman mungkin. Di sisi yang lain, para wisatawan riuh. Sepertinya mereka dominan rombongan remaja. 

Satu pemandu mengarahkan wisatawan untuk mengenakan jaket pelampung dengan baik. Dia langsung berenang. Nahkoda kapal menurunkan anak tangga kecil, nantinya tiap wisatawan yang ingin berenang bisa turun dari tangga. Pun saat naik kapal. 

Kulihat, pemandu cukup cakap. Dia dengan sabar mengarahkan para wisatawan yang didominasi keluarga untuk berenang. Untuk memastikan foto bagus, dia harus beberapa kali mengambil gambar sambil berenang. Tentu ikan kecil-kecil bergaris hijau hitam menjadi target. 

Perasaanku mencuat ingin berenang. Terlebih melihat Aan dan Uut sudah meliuk-liuk di dalam air. Kuletakkan kamera, kembali kumasukkan dalam drybag. Lalu melepas pakaian dan berenang. Aku hanya mengenakan kacamata snorkeling. 

Terumbu karang cukup bagus, tapi karena terlalu banyak orang yang berenang, jadinya kurang nyaman. Aku memisahkan diri, menyelam sesaat, lantas ke permukaan mengambil nafas panjang. Rasanya, badan ini sudah agak lupa bagaimana cara berenang. 

Satu anak kecil yang di atas kapal takut turun meski sudah dilengkapi pelampung. Kedua orangtuanya tertawa, walau sudah diberitahu jika aman, dia tetap tidak mau turun. Aku naik ke kapal, lantas kukenakan jaket pelampung yang sempat kutanggalkan. 

Kuajak dia berbincang, meyakinkan jika menggunakan pelampung tidak akan tenggelam, serta dia dibantu pemandu. Untuk lebih meyakinkan, aku berenang di depannya. Lalu sengaja terlentang, layaknya para perenang yang terapung di permukaan air. 
Pemandu memotret wisatawan saat snorkeling
Pemandu memotret wisatawan saat snorkeling

Dia hanya melihat dan masih ragu-ragu. Kembali kuyakinkan kalau nanti kutemani saat berenang. Tidak lama kemudian dia berani turun, aku terus memegangi badannya agar merasa nyaman. Sesekali saat dia asyik bermain air, aku lepaskan. 

Akhirnya dia mulai menikmati berenang dengan santai, tapi tetap dalam pengawasanku. Kuminta pemandu untuk memotretnya kala berenang, aku sedikit menyingkir agar tidak masuk dalam foto. Riang sekali anak kecil berumur 8 tahun ini bermain air. 

Bagi orang yang sudah lama tidak beraktivitas di laut, snorkeling adalah aktivitas yang melelahkan. Termasuk aku, rasanya badan ini agak kaku saat berenang. Sudah tidak seperti waktu masih zaman sekolah. 

Makan Siang Ikan Bakar di Pulau Geleang 

Pukul 11.00 WIB, kapal saling berkejaran menuju Pulau Geleang. Di sini tiap wisatawan nantinya bermain pasir sembari makan siang. Ikan sudah dibawa dalam kotak pendingin. Di sini nantinya pemandu menjelma jadi koki, mereka membakar ikan secara berkelompok. 

Kapal-kapal wisatawan berjejeran di tepian pantai. Tali panjang melintang pada tonggak kecil yang ditancapkan di pasir. Seluruh wisatawan turun, mereka bermain pasir di Pulau Geleang. Di sini, wisatawan dibebaskan beraktivitas. 

Aku membantu pemandu. Dia bersama Aan sibuk menyiapkan makan siang. Kamera milik Aan yang digunakan untuk memotret tergeletak di atas balai bambu. Kuambil kamera tersebut dan memotret wisatawan yang satu rombonganku. 
Sandar di Pulau Geleang Karimunjawa
Sandar di Pulau Geleang Karimunjawa

Tanpa lensa tele, aku mencoba memotret candid tiap wisatawan. Kebiasaanku memotret candid ini terpengaruh tiap menjadi jurufoto di acara kantor. Wisatawan berbaur dengan rombongan yang lain. Mereka menikmati waktu santai sembari istirahat. 

Ragam aktivitas para wisatawan terabadikan kameraku. Sebagian orang asyik berteduh di bawah pohon Cemara. Ada juga yang berlarian di pesisir pantai. Bermain ombak, dan berteriak kala ombak kecil mengempas ke pantai. 

Pelampung-pelampung berbentuk bebek ragam warna ditenteng. Mereka ingin berfoto dengan berbagai properti. Di laut, pemandangan mirip kolam renang besar. Rata-rata wisatawan berenang di kedalaman sepinggang orang dewasa. 

Satu ikon yang menjadi spot antrean berfoto kala itu adalah ayunan di tengah laut. Tempat ini tak pernah sepi. Bagiku memang menarik ayunan di pantai, tanpa menggunakan cat warna-warni. Cukup batang kayu ditancapkan, dilengkapi seutas tali serta papan. 

Pasir di Pulau Geleang cukup bersih. Berwarna putih dan lembut. Pasir ini menjadi mainan para anak kecil. Ada yang membuat semacam bangunan benteng. Atau malah mengubur salah satu temannya dengan pasir. Mereka tampak riang, melupakan matahari yang terik. 
Anak kecil bermain pasir pantai
Anak kecil bermain pasir pantai

Ada bangunan, pun dengan MCK. Bagi yang musilm bisa sekalian menunggu waktu salat duhur. Aku anjurkan membawa perlengkapan ibadah sendiri agar lebih nyaman. Selepas memotret, aku menyusuri sudut pantai di Pulau Geleang. 

Di dekat tambatan kapal, para pemandu sudah beralih tugas membersihkan ikan. Semuanya berjejer di pesisir. Ikan-ikan yang sudah bersih dimasukkan wadah ember kecil. Proses pembersihannya menggunakan air laut. 

Tim yang lainnya membuat tunggu tradisional. Sudah ada liang kecil yang atasnya diberi ranting-ranting basah untuk membakar ikan. Arangnya menggunakan sabut kelapa ataupun batok. Biasanya sudah dipersiapkan terlebih dahulu. 

Ketika ikan bakar sudah siap, pemandu memanggil tiap rombongan untuk makan siang. Menu seperti ini menjadi andalan para pelaku wisata di Karimunjawa. Sambal jeruk menjadi pelengkap. Kombinasi yang tepat, menikmati makan siang di pulau. 

Sedari tadi aku sudah menenteng kameraku. Menyusuri sudut pantai Geleang, memotret tanaman bakau kecil yang ikonik terpisah dari daratan. mengabadikan diri menggunakan setelan waktu kamera, dan mengunggahnya di media sosial. 

Hampir dua jam waktu istirahat di pulau Geleang. Di sini, aku juga sempat meminta bantuan Aan untuk mengabadikan menggunakan drone miliknya. Seingatku, tahun 2017 belum banyak fasilitas drone bagi wisatawan. 
Ikan bakar untuk wisatawan
Ikan bakar untuk wisatawan

Kembali Snorkeling di Dekat Pulau Menjangan Besar 

Waktunya kembali beraktivitas. Agenda tur laut sudah diatur sedemikian rupa oleh pelaku wisata. Selepas duhur, kembali wisatawan diajak bermain air. Ini menjadi kegiatan snorkeling yang kedua. Di lokasi berbeda. 

Kapal menuju dekat daratan Karimunjawa, lalu berhenti di salah satu spot yang dipenuhi terumbu karang. Sekilas tempat ini adalah Taka yang berlokasi di dekat Pulau Menjangan Besar. Pemandu mencari tempat yang agak luas, lalu berenang sembari membawa jangkar. 

Kali kedua ini aku tidak turun berenang. Hanya mengamati keriuhan paran wisatawan yang berenang mencari gerombolan ikan. Sesekali terdengar lantang intruksi pemandu untuk rombongannya. Para pemandu lebih sibuk jika wisatawannya tidak mahir berenang. 

Harus diingat, ketika kalian tidak bisa berenang. Sejak awal harus jujur ke pemandu. Selain itu, jangan memaksakan diri untuk melepas pelampung saat berenang. Pun jangan panik saat turun menggunakan pelampung. 
Menemai anak saat berenang
Menemai anak saat berenang

Dari atas kapal, aku melihat dua orang bagian dari rombongan kapal kami. Seorang bule sedang mendampingi anaknya yang belum bisa berenang. Anak kecil tersebut memegang tali dari kapal, sembari menatap pemandangan bawah laut. 

Panasnya sengatan matahari terkalahkan dengan keseruan para wisatawan yang melihat banyak ikan berseliweran. Jika ada yang menyelam agak dalam, bukan tidak mungkin mereka menemukan sekumpulan ikan Nemo. 

Singgah di Pulau Menjangan Besar 

Salah satu yang menjadi daya tarik para wisatawan ke Karimunjawa adalah penangkaran hiu. Aku pernah ke sini sekitar tahun 2011 (jika tidak salah). Setelah itu, setiap ada ajakan ke pulau ini, aku belum merasa tertarik. 

Mengikuti tur laut, wisatawan banyak yang penasaran dengan penangkaran hiu. Kedatangan kami jauh sebelum ada tragedi hiu mati secara mendadak. Di Pulau Menjangan Besar, aku meninggalkan rombongan yang asyik melihat hiu. 

Seperti di Pulau Geleang, aku malah menuruti jembatan menuju daratan. Memotret sudut lain yang ada di pulau ini. Salah satu yang menarik perhatianku di sini adanya bangkai kapal. Bangkai kapal kayu tersebut menunggu hancur oleh waktu. 

Berlatarkan daratan Karimunjawa, kuabadikan bangkai kapal tersebut. Aku baru sadar, di sini tidak hanya ada satu bangkai kapal. Seingatku ada tiga bangkai kapal yang tidak bertuan. Papan-papan mulai kusam dan rapuh. 
Bangkai kapal di Pulau Menjangan Besar
Bangkai kapal di Pulau Menjangan Besar

Pasir di Pulau Menjangan besar berwarna putih. Hanya saja tak seluas di Pulau Geleang. Wisatawan pun belum tentu ada yang menginjakkan kaki di daratan ini. Target mereka tentu kolam besar yang dipenuhi Ikan Hiu. 

Selepas memotret bangkai kapal, aku beranjak menuju kapal. Menunggu wisatawan pulang ke Karimunjawa. Dari atas kapal, kulihat silih berganti kapal datang dan pergi. Mereka membawa wisatawannya ke pualu ini untuk melepas rasa penasaran dengan penangkaran hiu. 

Menjelang petang, rombongan mulai berdatangan. Mereka cukup menikmati waktu seharian di lautan. Mulai sejak pukul 08.00 WIB hingga menjelang petang. Dua kali snorkeling, menikmati makan siang di pulau, dan singgah di Pulau Menjangan Besar. 

Kapal mulai meninggalkan pulau, aku di depan melihat ufuk timur. Sang baskara menggoda untuk diabadikan. Sesekali kupotret, dalam hati berharap segera sandar di pelabuhan, lalu memotret senja yang cerah di Pelabuhan Lama Karimunjawa. *Karimunjawa, 27 Juni 2017.

20 komentar:

  1. Wah manteppp tenan e mas... Aku hawanya udah pengen keluar nyari yang biru biru ky gitu atau yang ijo ijo,, tapi masih belum kesampaian aja, soalnya kalau libur suruh sharelok ke atasan. Huhuhu..
    .
    Untuk sementara jalan jalan lewat online dulu, lihat lihat cerita keseruan orang lain atau foto-fotonya. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pokoknya kalau dolan ke Karimunjawa kabari yo. Biar bisa bantu apa gitu hahahahaha.

      Hapus
  2. Mas Sitam tidak memotret di bawah laut untuk pengunjung pas pada snorkel kah? Pas saya ke sana (sudah lama banget sekian tahun silam), guide kami menyelam agak dalam demi bisa mengabadikan momen saya dan teman-teman lagi snorkeling hahahah, demi eksistensi di media sosial mas.

    Pas di sana biar ga bareng sama pengunjung lain, kami sedikit melakukan detour dengan melakukan arah snorkel berlawanan dengan para pengunjung lain, makanya di beberapa tempat kami lumayan leluasa snorkelingnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya memotret bawah laut juga hehehehhe, cuma pas nemani anak kecil foto bareng ikan. Jadi gak enak kalau diposting.

      Sekarang banyak spot yang berbeda, makin menyebar karena spot-spot ini merupakan paling populer

      Hapus
  3. Dari dulu mimpiku untuk ke Karimunjawa belum kesampaian. Dan postingan ini bikin aku makin pingiiiiin kesana! Apa aku kudu merapal mantra khusus supaya terwujud ya? Hahaha. Nice story!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhahahhhaha, pun sama. Aku belum sempat menginjakkan kaki di Medan. Pengennya ke sana juga

      Hapus
  4. jadi kangen snorkling nih, di kupang gak berani snorkling, banyak buaya di Laut,
    heuheuheu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wooog iya kah? Aku malah baaru tahu di sana banyak buayanya. Semoga hanya di tempat-tempat tertentu

      Hapus
  5. Waaah bisa nih kalo nanti ke Karimun Jawa aku bakal pake tur laut temenmu mas :).

    Karimun Jawa msh tutup selama pandemi inikan yaa?

    Aku pikir krn kamu asalnya dari Karimunjawa, skill berenangnya udah kayak bawaan lahir :D. Ternyata bisa kaku juga kalo kelamaan ga dipake yaaa. Aku sih memang ga bisa berenang :p. Jd biasanya kalo udah wisata laut gini, aku ga prnh ikutan nyemplung :p. Duduk manis aja di kapal ato ikutan kulinernya.

    Itu ikan bakarnya pasti enak. Secara seger dan kebayang sambel jeruknya. Duuuh pengen

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa banget mbak, nanti bilang saya temannya Sitam ahahhahahhha.
      Sekarang masih tutup untuk wisatawan, sedang dikaji untuk dibuka. Kalau tur laut enaknya berenang, kalau tiadk bisa berenang bisa pakai pelampung dan dipandu.

      Hapus
  6. Mau lah cobain tur lagi di Karimunjawaaaa, mabok2an lagi, wqwq

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih yakin mau mabok-mabok ria di atas kapal dengan ombak yang menyenangkan? ntar malah tepar

      Hapus
  7. Kirain pengalaman baru hahaha.
    Ah, jadi kangen melaut. merasakan air asin membasahi badan. kapan ya bisa ke laut lagi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehhe, bagut daeng. Beberapa pulan tak bisa beraktivitas luar ruangan, jadi mengambil folder lama, lalu menuliskan. Sesekali membuka catatan heheheh

      Hapus
  8. Membaca post ini..terkenang kembali pengalaman menyenangkan di Karimunjawa saat ikut Famtrip Dinas Pariwisata Jateng 2 th lalu.. aiiih..pengen ke sana lagiiii...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhahahaahah, ini yang waktu bersama blogger itu kah? Atau yang lainnya. Kalau sekarang lagi musim ombak

      Hapus
  9. Berwisata di tempat sendiri, Ya begini kalau punya rumah di tempat wisata :D
    Momen makan ikan bakar di pantai itu yang paling seru ketika wisata di karimunjawa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Momen makan siang paling kunantikan ahahhahaha. Karena seperti itulah waktu kecil

      Hapus
  10. Mantap banget Mas, jadi tertarik buat traveling ke Karimun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga tahun depan bisa dolan, bang. Nanti berkabar hahahaha

      Hapus

Pages