Sarapan di Warung Kuliner Mangut dan Sidat Goreng Bu Sriwanto - Nasirullah Sitam

Sarapan di Warung Kuliner Mangut dan Sidat Goreng Bu Sriwanto

Share This
Wader Goreng Bu Sriwanto Nanggulan
Kuliner Ikan Wader Bu Sriwanto Nanggulan

Lumayan lama kami berhenti di spot foto Moyudan, hari sabtu masih sepi. Aku leluasa mengambil vlog. Sayangnya hari ini kutinggal kamera dan gawai di kosan, sehingga tidak optimal mendokumentasikan suasana pagi hari. 

Tak jauh dari tempat kami berhenti, ada pesepeda yang sedang asyik berfoto. Kami hanya bertegur sapa, lantas kembali dengan kesibukan masing-masing dlam mengabadikan momentum bersama sepeda. 

Ardian megecek jarak warung yang dituju. Dia berujar jaraknya tinggal 5 kilometer lagi dari sini. Aku dan Yugo sudah tahu, ini pasti lebih jauh. Tiga sepeda melintasi jalan mulus, sekadar numpang lewat di samping Buk Renteng. 

Jalanan dominan datar dan mulus, kami sempat belok sedikit menyusuri selokan Mataram, lalu menuruni jalur yang mengarahkan sampai Jembatan Duwet Kalibawang. Melintasi jalur ini, Kawasan sudah sampai di Jawa Tengah, tertancap plang tulisan “Kampung Wisata Titik Nol Jawa Tengah”. 
Melintasi jalan Gedongan - Tempel
Melintasi jalan Gedongan - Tempel

Lokasi Mangut dan Sidat Goreng bu Sriwanto tak jauh dari Pasar Tradisional Guthekan. Seingatku, jika kita ingin bersepeda ke Borobudur, warung tersebut kila lewati di sisi kanan. Jalanan di sini jauh lebih lebar dan mulus. 

Tepatnya di samping Balai Desa Banjarharjo, kita bisa melihat ada warung kecil dengan halaman luas serta bertuliskan "Wandene Mbah Sri Manthe School Ulame Toyo". Inilah warung yang kami tuju untuk sarapan. 

Warung kuliner mangut dan sidat goreng bu Sriwanto menyuguhkan ragam menu ikan tawar. Di sini, kita bisa menikmati ikan Sidat atapun wader. Berlokasi di Jalan Nanggulan Mendut, warung ini tidak begitu mencolok. 

Bagi pecinta ikan tawar, khususnya wader, sudah pasti mereka paham dengan keberadaan warung tersebut. buka sejak pagi pukul 07.00 WIB, warung bu Sriwanto tutup sekitar pukul 16.00 WIB. Pengunjung ramai berkunjung sekitar pukul 09.00 WIB. 
Warung Kuliner Mangut dan Sidat Goreng Bu Sriwanto
Warung Kuliner Mangut dan Sidat Goreng Bu Sriwanto

Waktu masih pagi, kami sudah disambut ibu penjualnya. Beliau menerangkan jenis-jenis laut yang tersedia. Dua kawan mencicipi Ikan Sidat, aku sendiri menjajal Ikan Wader. Untuk ikan Wadernya sendiri ada yang digurih ataupun pedas. 

Selain ikan, di sini juga ada sayuran khas Buntil. Buntil ini adalah sayuran yang bahannya daun singkong. Dilihat dari tampilannya, sayuran Buntil memang tepat disandingkan dengan ikan wader gurih maupun pedas. 

“Minumnya apa?” Tanya ibu yang melayani kami. 

Kami memesan es teh maupun teh tawar. Tidak ketinggalan menambahkan air mineral. Uniknya, air mineral di sini masih dalam wadah kendi, sehingga rasanya jauh lebih segar dan dingin secara alami. 

Dua kawanku sibuk memilih menu yang tersedia. Aku meminta izin ibu menuju dapur. Di dapur, sudah ada satu ibu lagi yang membantu masak. Bangunan dapur cukup sederhana, masih berlantaikan tanah liat serta dinding anyaman bambu. 
Aneka laut di Warung bu Sirwanto Nanggulan
Aneka laut di Warung bu Sriwanto Nanggulan

Asap mengepul, proses memasaknya menggunakan bahan tradisional. Rata-rata, tempat makan seperti ini masih menggunakan tungku dan kayu bakar. Di bagian samping sudah tampak tumpukan kayu bakarnya. 

Di tungku utama, terdapat panci dan wajan berukuran besar, di bawahnya bara api menyala. Sementara di sampingnya tertata rapi banyak panci berukuran besar dengan macam lauk yang tampak. Menu-menu yang nantinya disajikan masih lengkap di tempat ini. 

Sesekai ibu yang bertugas di belakang memeriksa kayu bakar. Kami hanya berbincang sedikit, beliau lebih banyak melihat tingkahku yang merekam, atau sesekali berbincang sendiri sembari terus merekam. 

“Boleh dibuka bu?” Tanyaku penasaran. 

Ibu yang bertugas di dapur tersenyum dan mengangguk. Beliau lantas membuka tutup wajan yang berukuran besar. Tampaklah ikan wader yang sedang dimasak. Aroma ikan yang dimasak menggugah selera. 
Proses memasaknya masih menggunakan tungku
Proses memasaknya masih menggunakan tungku

Usai memotret dan merekam menggunakan kamera aksi, aku langsung menuju depan. Bagi yang ingin sarapan, kita mengambil nasi ataupun lauknya sendiri. Nasi hangat dan ikan mangut wader sudah di piring, siap dilahap. 

Kucari Ardian dan Yugo di dalam warung, mereka tidak ada. Ternyata mereka berdua duduk di luar warung. Aku menyusul duduk dan sarapan di meja panjang yang lokasinya dekat dengan aliran air sungai. 

Selama kami sarapan, warung ini makin ramai. Rombongan pesepeda yang lainnya pun turut sarapan di tempat ini. kami hanya sekadar menyapa, lalu kembali menikmati santap pagi. Ikan wader di sini ukurannya besar-besar. 
Salah satu menu andalan adalah Wader Goreng
Salah satu menu andalan adalah Wader Goreng

Warung Bu Sriwanto sudah ada sejak lama. Tidak sedikit orang merekomendasikan warung tersebut sebagai tujuan kuliner. Bumbu rempah yang disajikan bersama ikannya sangat kental, sehingga citarasanya memang menonjol. 

Menjelang pukul 10.00 WIB, pengunjung warung makin ramai. Tak hanya pesepeda, banyak juga warga setempat yang membeli lauknya. Kami memutuskan untuk pulang. Kuliner kali ini tidak lebih dari 100.000 rupiah untuk tiga orang. 

Perjalanan kami lanjutkan menyusuri jalur selokan mataram. Agenda pagi ini memang hanya ingin kulineran di Mangut dan Sidat Goreng Bu Sriwanto. Untuk kalian pecinta wader atau sidat, coba kulineran di sini. Aku yakin bakal ketagihan. *25 Oktober 2020

20 komentar:

  1. Waduuuuh mas langsung laper liatnya. Aku pikir ikan wader itu ga bisa besar loh. Terbiasa makan ikan wader yg kecil, yg bisa dimakan semuanya sampe ke kepala2. Ternyata bisa besar yaaaa.

    Ngeliat dapurnya ku lgs inget mangut lele Mbah Marto, sama hahahahaha. Udah kebayang sih panas dan asepnya :D. Tapi aku suka menu begini mas. Apalagi kalo pedes. Aku masukin dululah ke list kuliner utk DEC besok pas ke Jogja LG. Tp aku agak ga yakin bisa datangin yg ini. Suamiku kerja paginya, baru bisa jalan menjelang malam :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mabk, di sini gede-gede. Dulu pas di Jombang diajak kawan nyari wader sebesar jari kelingking. Wah, kalau ini memang agak jauh dari kota, heeee

      Hapus
    2. Ini tempatnya sama ya dengan yang diceritakan mbak Fanny? Duh, enaknyaaa ya makan lele dengan cita rasa khas bikinnya tradisoinal. Btw kalo ga doyan lele, bisa request ikan lain ga sih? hihihi :D

      Hapus
    3. Beda mbak, kalau mbak fanny khusus lele, kalau ini adanya banyak opsinya

      Hapus
  2. Weleh aku kok lapar ya bacanya. Mana tengah malam pula ini pas buka. Pengen tak tutup aja, tapi kok penasaran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahhaha, kalau dolan ke Jogja lagi bisa main dan kulineran di sini.

      Hapus
  3. Aku lupa entah kapan mulai suka mangut. Pas kecil selalu ogah makan mangut. Padahal bapak-ibuku sangat suka mangut. Sekarang yaa ayo kalau dimasakin mangut, dengan senang hati...hehehee

    Ikan wader ada yang ukurannya segitu yaa mas...?
    Aku kirain ikan wader itu ukurannya kecil-kecil..wkwwkwk
    Ikan wadernya bener-bener menggugah selera..hahahaha
    Asyik yaa mas punya tim sepedaan sekaligus berburu kuliner :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mas, selama di Jogja, makanan seperti ini idaman banget.
      Iya e, ini gede-gede ikannya. Dan tim kami tiap pekan mesti kulineran hahahahaha

      Hapus
  4. asyik juga .. sudah cape cape gowes terus makan ikan ...
    sepertinya makanan yang di masak pakai kayu bakar rasanya berbeda dengan yang dimasak biasa ... lebih maknyusss :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena pakai kayu bakar, rasanya jadi sedap, kang. Pokoknya gowes di sini sambil kulineran

      Hapus
  5. Selama ini jarang makan ikan air tawar, biasanya makan ikan laut.
    Jadi pengen makan ikan air tawar juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semenjak sekolah SMA, aku terbiasa makan ikan air tawar heheheheh.

      Hapus
  6. Aku belum pernah loh makan di tempat kayak gini. Aku sampe bilang sama suami nih aku tunjukin tulisan mas Sitam hahaha :) Alami bener cara masaknya dan rasanya pasti lezat ga kalah sama di resto2 berkelas. Ada filosifi tersendiri kayaknya ya makanya makan sederhana begini nikmatnya luar biasa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehhe, di Jogja masih banyak kuliner-kuliner seperti ini mbak. Pun di Magelang dan sekitarnya. Pokoknya kalau mau cari yang tradisional, ketik saja kata kunci "mangut" lalu nama daerahnya.

      Hapus
  7. wih wader gorenge gede gede, biasane ora segede iku lho..
    mantep

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyo mas, aku ae kaget ngerti gede-gede semene haaaaa

      Hapus
  8. Aroma makanan yang dimasak pakai tungku kayu emang spesial, ya, Mas? :D
    Btw, itu tulisan spanduknya lucu juga. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang sedapnya otu kalau ada yang masak pakai kayu, mas. Beda banget aromanya. Iya ahahhaha, aku pas lihat pertama spanduknya tertawa

      Hapus
  9. wah mangut wader koyok e uenak ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. suk yen golek duren iso sekalian golek kulineran ngene iki

      Hapus

Pages