Keindahan Waduk Sermo dan Geliat Homestay di Hargowilis - Nasirullah Sitam

Keindahan Waduk Sermo dan Geliat Homestay di Hargowilis

Share This
Sudut lain di Waduk Sermo
Kopi panas dan gorengan sudah menarik perhatianku. Di waktu yang bersamaan, aku meminta ibu pemilik warung untuk membuatkan indomie rebus. Kedua kawanku memilih indomie goreng. Kusesap kopi dan mengambil gorengan sembari menunggu indomie siap saji.

Indomie rebus mengepul di atas meja menggoda selera. Cuaca gerimis di sekitaran Waduk Sermo menjadikan menu ini sebagai pilihan yang tepat. Kami duduk di teras salah satu warung. Seingatku, tempat ini pernah kami jadikan pos kedua kala gelaran Le Tour De Jogja tahun 2017.

Pagi ini cukup lengang. Berkunjung ke waduk Sermo kala hari kerja merupakan keuntungan tersendiri. Aku bisa melihat keindahan waduk yang masih sepi. Kali pertama aku ke waduk Sermo pada tahun 2010. Saat itu aku sedang kuliah kerja nyata di Sentolo, lalu dolan ke sini untuk jogging.
Menikmati kopi dan gorengan di warung
Menikmati kopi dan gorengan di warung
Aktivitas masyarakat terekam olehku. Bapak-bapak yang sibuk membangun rumah di belakang warung, hingga simbah dan pemuda tanggung membawa pakan ternak melintas. Ada juga sekumpulan polisi yang berjaga. Sepertinya ada tamu yang datang ke sekitaran Pule Payung.

Kedatanganku ke sini bukan tanpa tujuan. Seminggu sebelumnya, aku sudah berkunjung ke Pendopo Kalibiru dan mengundang para pemilik homestay di Hargowilis. Ada kegiatan pengabdian masyarakat yang membuat kami berkolaborasi.

Rintik gerimis masih terdengar menerpa atap warung. Kudongakkan telapak tangan, merasakan tetesan rinai turun. Sepertinya ini masih cukup aman untuk jalan menuju area waduk. Kupotret sudut waduk Sermo menggunakan lensa 35mm.
Perahu nelayan tersandar di tepian waduk
Perahu nelayan tersandar di tepian waduk
Kedua kawan sudah selesai menyantap indomie, aku bergegas membayar ke pemilik warung, kemudian pamit pulang. Kami tidak langsung pulang, mobil melaju pelan area parkir kendaraan yang di bagian atas tertancap tulisan besar Waduk Sermo.

Sengaja kami nikmati waktu pagi di sini. Kulihat ada sejoli sedang berjarak, dari gestur tubuhnya, perempuan sedang merajuk. Sementara lelaki tanggung tersebut mendekati memberi harapan dan membujuk untuk berdamai.

Kami bertiga sedikit terkekek, akupun menahan tawa. Kualihkan pandangan menuju seberang waduk. Melihat keindahan alam destinasi wisata populer di Kulon Progo. Jembatan kecil di depanku terkunci. Hanya petugas yang boleh masuk.

Ketika geliat pariwisata meningkat, di waduk Sermo inipun menyambut dengan baik. Di sudut-sudut tertentu bisa digunakan untuk bermalam menggunakan tenda. Kemping di sekitaran waduk Sermo sepertinya melejit di beberapa tahun terakhir.
Jembatan di Waduk Sermo yang terkunci pagarnya
Jembatan di Waduk Sermo yang terkunci pagarnya
Pun dengan wahana keliling waduk menggunakan perahu yang sudah disediakan pengelola. Ada juga tempat swafoto. Aku sendiri belum melihat tempat swafoto. Hanya beberapa kali di lini masa bertebaran spot tersebut.

Tempat ini juga menjadi lokasi para pecinta mancing. Biasanya ada sekumpulan orang yang membawa jorang dan memancing di sekitar waduk. Tiap hari waduk Sermo didatangi para pemancing dari berbagai daerah sekitar.

Jalur menuju waduk Sermo juga tak kalah menarik perhatian para pesepeda. Tidak sedikit pesepeda yang ingin menjajal tanjakan ke arah waduk Sermo, ataupun mengelilingi sepanjang waduk menggunakan sepeda.

Aku sendiri pernah mengelilingi waduk Sermo. Tahun 2015, aku menaiki sepeda menuju Canting Mas Dipowono. Lalu turun ke Kalibiru, berlanjut turun ke Waduk Sermo. Di sini, aku iseng mengelilinginya hingga ke titik awal. Ternyata jauh juga.
Barisan pelampung yang terbentang di waduk Sermo
Barisan pelampung yang terbentang di waduk Sermo
Lansekap di waduk Sermo memang menyenangkan. Udara masih sejuk dan kita bisa bersantai dengan pemandangan indah. Adanya waduk Sermo ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat, salah satunya dengan adanya homestay.

Di sekitaran Waduk Sermo sudah ada desa wisata, salah satunya adalah Hargowilis. Desa tersebut menaungi puluhan homestay di sekitar waduk. Aku sempat berbincang dengan perwakilan pemilik homestay dan ketua pokdarwisnya.

*****

Seminggu sebelumnya, aku bersama tim rombongan datang ke pendopo Kalibiru. Di sini, kami mengundang pemilik homestay di desa wisata Hargowilis beserta tim Kominfo Kulon Progo dan Kepala Puskesmas Kokap II.

Bincang kali ini membahas kaitannya kesehatan di sekitaran perbukitan Menoreh. Kita tahu, perbukitan Menoreh menjadi salah satu kawasan yang melejit pariwisatanya. Di sinilah peran kesehatan berkolaborasi dengan para pengelola homestay untuk kebaikan bersama.

Aku bertugas sebagai tim mewakili tempat kerja. Di sini juga menjadi jurufoto sekaligus memberikan informasi terkait video simulasi yang kami berikan dalam proses penerimaan wisatawan yang menginap di homestay selama pandemi.
Menjadi jurufoto kala diskusi dengan Pokdarwis Hargowilis
Menjadi jurufoto kala diskusi dengan Pokdarwis Hargowilis
Para pemilik homestay bersemangat dengan yang kami kerjakan. Mereka paham, selama pandemi tentu pengunjung homestay berkurang drastis. Kita tahu, sektor pariwisata menjadi salah satu yang paling terpukul karena pandemi.

Di sini, kami berbincang dengan pokdarwis desa wisata Hargowilis. Beberapa pegiat desa wisata yang tergabung dalam forkom deswita kami kenal. Aku sendiri pernah dilibatkan tim forkom deswita waktu keliling desa wisata di Jogja dan Malang.

Tema yang kami perbincangkan terkait prosedur penerimaan tamu selama pandemi. Langkah-langkah yang dilakukan oleh pengelola homestay untuk mendata siapa saja yang menginap di homestay, serta penerapan protokol kesehatan.

Di lain waktu, aku mengunjungi Joglo Pokdarwis Sermo, di sini aku disambut Pak Suroto. Beliau diarahkan pak dukuh dan kepala pokdarwis untuk menerima titipan kami dari instansi. Joglonya cukup sederhana, dari atas joglo terlihat jelas waduk Sermo.

Pak Suroto menyambut kami, beliau mengajak singgah di rumahnya. Di sinilah aku bisa langsung mengunjungi salah satu homestay beliau. Beliau mempunyai beberapa kamar serta ruangan besar semacam aula untuk rombongan yang hendak menginap.
Salah satu homestay di Desa Wisata Hargowilis
Salah satu homestay di Desa Wisata Hargowilis
Wibisono 2, itulah nama homestay Pak Suroto. Beliau berujar jika sebelum pandemi, homestay-nya ini banyak diinapi para mahasiswa yang hendak berlibur ke waduk Sermo. Mereka menginap di rumah secara rombongan.

Di Hargowilis, nama-nama homestay diambil dari tokoh pewayangan. Urutan tokoh pewayangan dari 1-4. Mulai dari Nakula, Wibisono, Lesmono, Puntodewo, Basudewo, Krisna, Sadewo, dan Gatotkaca. Nama-namanya mudah dihafalkan.

Kisaran harga tiap kamar mulai dari 90.000 rupiah hingga 150.000 rupiah. Semua tergantung penginapan dan fasilitasnya. Rata-rata, pengunjung yang datang dan menginap adalah mahasiswa mancakrida dari kampus.

Di Hargowilis ada banyak homestay, belum lagi di desa sekitaran waduk Sermo yang lainnya. Semuanya menggeliat sebelum pandemi. Kini, mereka saling membantu untuk bisa kembali bangkit maju bersama.
Nama homestay sama dengan nama tokoh pewayangan
Nama homestay sama dengan nama tokoh pewayangan
Pesona waduk Sermo memang menarik banyak wisatawan untuk berkunjung. Sebagian besar hanya datang pagi, lalu kembali ke kota Jogja menjelang sore. Tidak banyak yang menginap di sini. Desa wisata di Hargowilis pun memahami hal tersebut.

Fokus mereka bukan para wisatawan yang hanya mencari spot foto saja. Mereka lebih menekankan pada wisatawan keluarga yang hendak merasakan bagaimana menginap bersama dengan pemilik rumahnya.

Selain itu, desa wisata pun berharap banyak pada rombongan mahasiswa yang melalukan mancakrida. Aktivitas mancakrida yang ditawarkan desa wisata menjadi daya tarik tersendiri. Meski kini untuk sementara waktu senyap karena pandemi.

Lepas berbincang dengan pemilik homestay, aku pamit pulang. Hawa sejuk dan rintik hujan menjadi nilai tambah di Hargowilis. Pokdarwis dan seluruh pelaku parwisata pun tetap optimis dengan masa mendatang.

Bagi yang hendak menginap di salah satu homestay di Desa Wisata Hargowilis, kalian bisa menghubungi narahubung pokdarwisnya untuk mendapatkan banyak informasi lebih lengkap. Pak Mujari (081392958146) dan Pak Parjiman (087827404923). *Waduk Sermo; 27 Oktober 2020.

6 komentar:

  1. Aku tahu ttg waduk sermo ini 2013, pas ke Dieng. Terus di sana ada mahasiswa yg sedang wisata juga. Kami nanya wisata2 yg mereka rekomenin apa aja, Krn waktu itu aku sdg road trip kliling Jawa Ama keluarga

    Rombongan mereka nyaranjn ke waduk sermo ini dan Kalibiru. Aku memang ke Jogja wkt itu, tapi ga bisa ke waduk ini, Krn hujaaaan trus2an waktu itu. Salahku juga DTG pas musim penghujan . Jadinya sampe skr ga keturutan mau liat waduknya ;).

    Ternyata banyak homestay ya mas. Asik juga, JD setidaknya bisa stay Deket waduk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang salah satu yang disukai para wisatawan itu kamping di sekitaran Waduk Sermo, mbak.
      Misal bawa keluarga, ada banyak homestay yang bisa diinapi

      Hapus
  2. akhir akhir ini lagi ngumpulin info tentang camping di tepian sermo, ada beberapa spot..
    kayaknya seru...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang penting jangan pas musim hujan, mas. Malah gak seru heheheheh

      Hapus
  3. bagus ya program homestay ini ... bisa terus berkembang apalagi ada pendampingan seperti ini selama menghadapi masa pandemi. seperti di daerah Bogor yang banyak tempat wisatanya seharusnya program homestay seperti ini layak untuk diterapkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Jogja, homestay menjadi menunjang untuk wisatawan. Apalagi yang konsepnya desa wisata

      Hapus

Pages