Pengalaman Membawa Sepeda Lipat Naik KRL Solo-Jogja - Nasirullah Sitam

Pengalaman Membawa Sepeda Lipat Naik KRL Solo-Jogja

Share This
Membawa sepeda lipat di KRL Solo-Jogja
Membawa sepeda lipat di KRL Solo-Jogja
Kubuka aplikasi KRL Access di gawai, lantas mengecek jadwal keberangkatan KRL Solo-Jogja. Hari ini, jadwal paling dekat pukul 12.30 WIB, jadwal selanjutnya pukul 14.25 WIB. Kami berdiskusi dan memutuskan untuk pulang lebih awal.

Perjalanan bersepeda dari Jogja ke Solo berakhir dengan kuliner. Setelah berfoto di depan De Tjolomadoe dan Keraton Solo, kami kuliner sate buntel Bu Hj. Bejo. Niat awal ingin melanjutkan perjalanan Es Serut, hanya saja waktu sepertinya tidak mendukung.

Menjelang awal bulan ramadan bertepatan hari sabtu, penumpang KRL Solo-Jogja maupun sebaliknya lebih padat. Dari berbagai pertimbangan, kami pun langsung menuju Stasiun Balapan lebih awal. Seingatku, penumpang KRL mulai padat merayap kala mendekati waktu keberangkatan.

Koh Halim mengantarkan hingga portal masuk stasiun. Dia berujar, membawa sepeda lipat dari Stasiun Balapan butuh tenaga ekstra, karena harus naik turun tangga berjalan (eskalator). Sebenarnya ada juga fasilitas lift, tapi mengantre.

Sampai di Stasiun Balapan, kami mencari arah menuju KRL. Petunjuk arah menuju KRL Commuterline kulihat, tepat di depan eskalator. Sebelum masuk, kami bergegas melipat sepeda dan mendorongnya. Di sinilah tantangannya dimulai.
Melipat sepeda di Stasiun Balapan Solo
Melipat sepeda di Stasiun Balapan Solo
Luas eskalator kurang dari satu meter, berbeda dengan tangga sebelahnya sangat luas. Sepeda sudah terlipat kuarahkan ke depan sembari memegang sadelnya. Lumayan sulit aksesnya. Untung sepi, sehingga tidak kesulitan.

Kususuri plang petunjuk arah, terlihat di dekat eskalator yang menurun ada antrean. Aku bertanya ke petugas jika pembayaran menggunakan aplikasi Link Aja. Beliau menyarankan kami langsung turun. Di dekat eskalator, ketiga sepeda kami sandarkan sebelum turun. Beberapa pasang mata melihat arah kami.

Pun dengan dua polisi yang berjaga di dekat tangga turun. Beliau mengambil gawai, memotret sepeda kami, lantas tersenyum saat kulihat. Sepertinya, banyak penumpang di sini yang mungkin masih belum tahu jika sepeda lipat bisa masuk ke gerbong KRL dengan catatan dilipat dan tempatnya tidak mengganggu penumpang lain.

Bersamaan dengan kami masuk, KRL dari arah Jogja sudah datang. Akses portal ramai, pihak stasiun mengarahkan untuk mendahulukan penumpang yang hendak keluar. Aku beserta kedua kawanku asyik bersantai menunggu lengang.

“Wah seperti di Jakarta, banyak yang bawa sepeda. Sepedanya bagus,” Celetuk seorang bapak sembari mengacungkan jempol.

“Terima kasih, pak,” Sambutku seraya mengatupkan kedua tangan dan tersenyum.
Menunggu antrean masuk area dalam stasiun
Menunggu antrean masuk area dalam stasiun
Keramaian terurai, aku menuju salah satu portal sembari memegang gawai yang sudah terbuka kode batang Link Aja. Petugas mengarahkan kami ambil portal sisi kiri, lalu mereka membantu memindahkan sepeda melalui pintu. Dua polisi dan satu petugas perempuan membantu ketiga sepeda kami.

Kembali kuucapkan terima kasih. Kami terus mendorong sepeda menuju gerbong. Di sisi kanan sudah ada rel kereta api, tapi untuk menuju gerbong KRL, kita masuk sisi kiri dan sudah ada sekitar delapan gerbong KRL. Kami terus berjalan mencari gerbong yang masih kosong.

Sebagai informasi tambahan, sebelum pintu masuk sudah ada tulisan plang bagi yang hendak turun di stasiun-stasiun sebelum Tugu. Arahannya bagi mereka yang hendak turun di stasiun Klaten, Delanggu, Srowot, Brambangan, ataupun Maguwo, penumpang lebih baik duduk di gerbong pertama hingga keempat. Karena itu yang buka.

Misalkan tidak dapat tempat duduk, sebelum KRL berhenti, penumpang diharapkan agar menuju gerbong bagian depan. Di sini, petugas mengarahkan informasi melalui pelantang di tiap gerbong. Pun tulisan plang di stasiun sebelum masuk.

Kami terus mencari gerbong yang masih lengang. Ternyata, satu jam sebelum keberangkatan pun di beberapa gerbong sudah penuh. Beruntungnya, kami dapat kursi kosong di gerbong kedua dari depan. Kami duduk sesuai kursi yang tidak ada tanda larangannya.
Suasana di dalam peron KRL Solo-Jogja
Suasana di dalam gerbong KRL Solo-Jogja
Setiap gerbong terdapat kursi panjang yang bisa diduduki delapan orang dan kursi prioritas untuk empat orang. Di masa pandemi, tempat duduk kursi panjang hanya dimanfaatkan empat orang, dan kursi duduk prioritas dua orang saja.

Sementara mereka yang berdiri menyesuaikan pada gambar yang sudah dipasangi telapak kaki. Harapannya tentu tiap penumpang dapat mematuhi aturan protokol kesehatan. Meski pada akhirnya tetap susah karena banyak penumpang yang masuk dari Stasiun Balapan dan Purwosari.

Metode pembayaran KRL bisa menggunakan kartu. Bila belum memiliki, kita bisa membeli kartu tersebut seharga 30.000 rupiah dengan saldo 10.000 rupiah. Untuk sebagian orang, kartu tersebut memudahkan, terlebih satu kartu hanya bisa untuk satu orang.

Mereka yang tidak menggunakan kartu, bisa memanfaatkan aplikasi Link Aja. Aku sendiri menggunakan aplikasi tersebut. sebelum ada KRL, aku mengisi uang digital Link Aja untuk keperluan membeli tikek Prameks.

Penggunaan Link Aja cukup simpel, jika saldo sudah ada, kita tinggal membuka aplikasi dan menggoyangkan gawai, nantinya kode batang yang hendak dipindai muncul. Prosesnya sama ketika masuk dan keluar dari portal.
Pembayaran KRL Solo-Jogja bisa menggunakan aplikasi Link Aja
Pembayaran KRL Solo-Jogja bisa menggunakan aplikasi Link Aja
Sekali perjalanan KRL Solo-Jogja tarifnya 8.000 rupiah. Ini memudahkan bagi orang yang memang bekerja di antara kedua kota tersebut maupun untuk wisatawan. Di depanku, seorang bapak dari Berbah bekerja di Solo. Beliau berujar tiap hari menggunakan transporatsi ini. Sesekali membawa sepeda.

“Bawa sepeda di Stasiun Balapan berat, mas. Naik turun, jadi tidak praktis,” Terangnya.

Benar juga, ini yang kurasakan sewaktu mendorong sepeda lipat ke arah gerbong. Sepeda lipat memang diperbolehkan naik KRL, yang penting sepedanya wajib dilipat dan ditaruh pada sisi kursi. Sepedaku awalnya di depan tempat dudukku, lantas diminta petugas menaruhnya di sisi dekat pintu.

Pengalaman membawa sepeda lipat sebenarnya bukan kali pertama bagiku. Beberapa tahun silam, sewaktu ada acara sepeda di Bandung, aku membawa sepeda lipat di kereta api. Petugas kereta api Jogja – Bandung membantu kami untuk meletakkan sepeda agar tidak mengganggu penumpang yang lainnya.

Sebelum gerbong ramai, aku meluangkan waktu untuk berfoto dengan sepeda. Pun dengan kedua kawanku, kami secara bergantian mengabadikan diri. Selang beberapa menit, seluruh gerbong sudah dipenuhi penumpang.

Idealnya, kita masuk ke KRL satu jam sebelum kereta jalan. Karena penumpang bakal ramai. Untuk penumpang yang tidak membawa sepeda cukup aman, kalau yang bawa sepeda seperti aku, kudu harus datang minimal satu jam sebelum keberangkatan.
Berfoto sebelum peron dipenuhi penumpang
Berfoto sebelum gerbong dipenuhi penumpang
Masuk melalui stasiun Balapan adalah pilihan yang tepat. Karena aku bisa memilih tempat duduk dan gerbong masih cukup lengang. Sesampai di stasiun Purwosari, penumpang bertambah, mereka yang membawa sepeda tentu kesulitan mencari tempat duduk.

Jarak tempuh Solo-Jogja satu jam, semua stasiun kecil di sepanjang jalur dilintasi KRL dan berhenti beberapa saat. Tanpa terasa, stasiun Lempuyangan di depan. Aku dan Ardian bersiap turun. Sementara Yugo sudah turun di Stasiun Maguwo.

Kami menuntun sepeda menuju pintu keluar. Dari arah gerbong, ada empat orang pesepeda, salah satunya menyapaku. Aku sendiri tidak fokus, membalas balik teriak sambil mengangkat tangan. Ketika Ardian bertanya, aku menggelengkan kepala.

Usut punya usut, ternyata rombongan yang menyapaku adalah Mas Yoga Pino, Mas Doni, dan dua kawannya. Youtuber sepeda kondang tersebut masih ingat kami. Sebelumnya, kami pernah bertemu sewaktu pulang dari DAM Nglumut.

Rintik hujan menyapa Lempuyangan. Agenda bersepeda ke Solo dan pulang naik KRL terealisasikan. Untuk kalian yang hendak membawa sepeda ke Solo ataupun Jogja, mungkin beberapa catatan yang kubilang bisa menjadi tambahan informasi. Kapan naik KRL lagi? *KRL Solo-Jogja, 10 April 2021.

12 komentar:

  1. murah ya cuma 8 ribu, dan bisa pakai aplikasi bayarnya. mantaap

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, makin mudah dalam pembayaran. Kalau bawa sepeda memang agak butuh perjuangan heeeee

      Hapus
  2. Wah boleh ya. Kalau di krl jakarta kayaknya udah dilarang deh bawa sepeda lipat. Bahkan kursi lipat pun gak boleh dipake lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setahuku kalau di Jakarta ada jam-jam tertentu ya untuk bawa sepeda lipat.

      Hapus
  3. ASiknya bisa bawa sepeda lipat di KRL. Perjalanan selama 1 jam Solo-Jogja tampaknya menyenangkan ya. Mestinya mas Sitam turun di Stasiun Balapan aja, kan cocok namanya balapan sepeda hahahahaha :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha, ini memang menyenangkan, mbak. Bisa gowes jauh dan pulangnya mudah hhahahhaha

      Hapus
  4. Sejak pandemi ini aku belum pernah naik KRL lagi hahhaha, tapi jaman masih sering naik KRL Jabodetabek, memang sepeda lipat boleh kok dibawa masuk, udah ada petunjuknya di setiap gerbong, cuma mungkin waktu itu belum banyak yg pakai sepeda kali ya, jadi ga ada orang yang bawa sepeda naik KRL, mungkin selepas pandemi akan banyak yg bawa sepeda ke KRL hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk KRL Jogja - Solo boleh kapanpun bawa sepeda. Di Jakarta sepertinya pada jam-jam tertentu saja. Jadi kudu cari informasinya dulu

      Hapus
  5. Jgn sampe suamiku baca ini, ntr pas ke solo dia bawa sepeda lipatnya lagiiii hahahahaha. Dia baru beli tuh mas 2 Minggu lalu. Seneng banget, diracuni temennyaa :D. Sampe maksa aku supaya ikutan beli. Tapi emoh, aku ga sanggub sepedaan wkwkwkwk. Kalo dia mau bayarin membership Gym baru aku mau :D. Hihihi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahhaa, asyik dong sepedaan mbak. Sekarang harga sepeda lipat lumayan turun kok, nggak seperti waktu pandemi

      Hapus
  6. sepeda lipat memang bisa dibawa ke dalam KRL ... tapi sama seperti disana ... proses perjalanannya ribet dan membutuhkan tenaga .. haha
    memang mommen yang pas pada saat jam non-sibuk jika ingin bawa sepeda ke KRL

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, kalau ada jalur yang lebih simpel dan nyaman untuk pesepeda kayaknya lebih asyik

      Hapus

Pages