Deretan Warung di Tepian Pantai Alang-Alang Karimunjawa - Nasirullah Sitam

Deretan Warung di Tepian Pantai Alang-Alang Karimunjawa

Share This
Warung-warung di tepian pantai Alang-Alang
Warung-warung di tepian pantai Alang-Alang
Aku terkesiap, ketika pulang pada awal tahun 2021 sudah ada perubahan di sekitar Dusun Alang-Alang. Pesisir pantai yang berada di tepian jalan sudah ramai bangunan warung. Kuhitung, setidaknya ada lima warung kecil yang sudah dibangun.

Sempat terpikirkan nantinya aku ingin bersantai di sini. Sore ini aku sekadar lewat, badan masih cukup capek setelah lima jam perjalanan naik kapal KMP Siginjai. Antok yang menjemputku menerangkan, warung tersebut baru dibuat bulan-bulan ini.

Lima hari di rumah, aku mempunyai banyak waktu untuk menjelajah sudut-sudut pantai. Beberapa agenda yang sudah kurencanakan berhasil terealisasikan. Hingga sore hari, Antok mengajakku menikmati waktu sore di pesisir pantai Alang-Alang.

Jalanan cukup lengang. Di masa pandemi, kunjungan wisatawan turun drastis. Warung-warung ini sebenarnya untuk menyambut para wisatawan yang hendak keliling daratan. harapannya, ada salah satu dari mereka yang singgah membeli makanan.

Pantai Alang-Alang ini memang paling dekat dengan jalan besar. Jika musim ikan teri, terlihat para nelayan menimbang ikan dari jalanan. Atau menyaksikan sekumpulan ibu yang menggelar tempat untuk menjemur ikan teri.

Tahun 2020, aku pernah menyaksikan sekumpulan ibu yang menjemur ikan. Bahkan, pada saat itu kami sembat berbincang. Di sela-sela kesibukannya, kuabadikan aktivitas mereka kala menjemur ikan sembari menggunakan bedak adem dan topi lebar.
Jalanan di Karimunjawa
Jalanan di Karimunjawa
Warung-warung tersebut tidak berdempetan. Semuanya berjarak antara 10 meteran. Kami asal memilih warung, lantas memesan minuman. Kelapa muda menjadi pilihanku, sementara Antok memesan es teh. Kami pun bersantai.

Bergegas pemilik warung menyiapkan pesanan kami. Sedari tadi, ibu pemilik warung duduk santai tertutup aneka minuman kemasan yang tergantung. Warung kecil ini menyediakan minuman es, pun dengan gorengan.

Pesanan sudah disajikan, aku berbincang dengan ibu pemilik warung. Beliau berujar warung-warung ini baru sebulan lamanya. Mereka sengaja membuat warung untuk menjaring para wisatawan yang tidak ikut biro.

Sementara ini belum ada daftar menu yang dibuat. Nantinya bakal dibuatkan daftar harga dan menu sajian yang didagangkan. Tujuannya tentu untuk menginformasikan kepada calon pembeli terkait harga dan menu yang bisa dipesan.

Mendoan panas ditiriskan, lantas diletakkan pada piring yang ada di depanku. Ini menggoda, tapi aku sedang mengurangi makan gorengan. Ibu pemilik warung terkekek kala aku bilang ini adalah godaan yang berat. Kami terus berbincang santai.
Aneka minuman kemasan di warung
Aneka minuman kemasan di warung
Harapan dari adanya warung ini nantinya bisa menggeliatkan sektor ekonomi masyarakat sekitar. Dari obrolan dengan ibu pemilik warung, nantinya mereka menyediakan ikan bakar. Mereka membayangkan semacam warung-warung yang ada di Alun-Alun Karimunjawa.

“Pecelnya masih, bu?” Tanya anak kecil yang baru datang.

Ibu tersebut mengangguk, lantas beliau beranjak dari tempat duduk. Aku bercanda dengan sedikit protes, kenapa ibu tidak menginformasikan menu tersebut. Pecel di Karimunjawa sedikit mirip dengan Pecel Pincuk. Bumbu kacangnya kental ditambah dengan kembang turi.

Kembali aku berbincang dengan Antok. Kuhabiskan air kelapa, lalu menggerus dagingnya menggunakan sendok. Daging kelapa ini pas, tidak terlalu tua ataupun muda. Seingatku, selama di Jogja, aku jarang menikmati kelapa muda. Kecuali saat ramadan.

Menjelang sore warung makin ramai. Masyarakat setempat duduk di bawah pohon besar dekat warung. Mereka memesan minuman sembari bersantai. Pemilik warung menyediakan tikar untuk digelar. Motor-motor terparkir di tepian jalan.

Selain pohon ketapang, ada satu jenis pohon yang berjejer dengan daun lebat. Di sinilah para masyarakat setempat menikmati waktu sore. Meski masih terik, dari sini kita bisa melihat senja kala cerah. Tentu pemandangannya menarik di mata.
Masyarakat setempat bersantai di tepian  pantai
Masyarakat setempat bersantai di tepian  pantai
Tak hanya muda-mudi, para keluarga yang momong anak kecilnya berbaur menjadi satu. Suasana warung makin ramai. Keberadaan warung yang masih baru membuat tempat ini menarik perhatian. Sesekali salah satu dari mereka menuju warung untuk memesan minuman.

Pasir putih terhampar di belakang, sedari tadi sudah kusempatkan mengambil rekaman vlog. Angin sepoi menerpa, sesekali riak ombak kecil terempas di bibir pantai. Pantai Alang-Alang merupakan tempat menambatkan kapal dan perahu warga setempat.

Sepanjang pantai terdapat banyak kapal tertambat tanpa ada jembatan. Matahari masih cukup menyilaukan mata. Aku mengambil foto, menapaki pasir dan melepaskan pandangan ke ujung utara. Tak ada gelombang tinggi, hanya riak-riak kecil.

Pantai Alang-Alang awalnya hanya bibir pantai yang dilintasi tanpa memdapatkan perhatian khusus. Setelah ada dereta warung, tentu sepanjang pantai ini mendapatkan nilai lebih. Setidaknya, wisatawan yang melintas tertarik untuk berhenti dan singgah di warung.
Sudut Pantai Alang-Alang Karimunjawa
Sudut Pantai Alang-Alang Karimunjawa
Jika sedang beruntung, kala pagi kita dapat melihat aktivitas masyarakat selepas melaut. Atau menyaksikan kesibukan orang yang membuat kapal di bawah pohon rindang. Pantai Alang-Alang memang tempat yang tepat untuk membuat kapal.

Ada harapan yang tersemat dalam hati. Semoga pandemi lekas berlalu, warung-warung masyarakat ini menggeliat dengan datangnya wisatawan. Serta, pantai ini terus dijaga kebersihannya. Di banyak tempat, warung-warung kecil menjadi tujuan pengunjung untuk sekadar mengeteh atau menyesap kopi.

Aku tak lama duduk di sini. Daging kelapa muda telah kuhabiskan. Matahari masih cukup terik, sehingga belum saatnya menikmati waktu terbenamnya matahari. Kami beranjak, mendadak Antok mengajakku ke Bukit Love Karimunjawa.

Katanya, di Bukit Love Karimunjawa ada kedai kopi. Café Whaleys namanya. Aku tertarik menesap kopi sembari menatap sunset. Kubayar dua minuman, lalu mengucapkan terima kasih dan berlalu. Semoga warung-warung ini menjadi rezeki untuk masyarakat di Alang-Alang. *Karimunjawa, 13 Maret 2021.

7 komentar:

  1. pop mie dan pop ice sepertinya menu wajib di warung warung pinggir pantai
    heuheuheu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener juga mas ahhahahha. Di beberapa tempat mesti begitu. Paling cepat dan asyik hahahahha

      Hapus
  2. Keberadaan warung-warung kecil emang lebih bisa ngehidupkan pantai sih Mas.
    Di sini pun pantai yang rame itu ya karena ada warung-warungnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena warung-warung ini bisa memantik para pengunjung untuk berkunjung hehehhehe

      Hapus
  3. Emang bener Mas. Warung-warung kecil itu yang bikin pantai lebih hidup.
    Di sini pun pantai yang ada warungnya lebih ramai daripada pantai yang nggak ada pedagangnya.

    BalasHapus
  4. Waaah kalo tau ada pecel, aku lgs pesen lagi mas hahahaha. Makanan ternikmat itu. Sukaaa nih model warung begini. Makanan ala kadar tapi enaaak. Ga harus seafood, tapi semacam pecel ATO karedok , bikin yg pedes, duuuh bisa berkali2 lipat rasanya apalagi sambil ngeliat laut yaaa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahah, telat banget aku. Udah sante-sante baru tahu ada pecel ahahhahah.
      Warung begini emmang asyik, mbak

      Hapus

Pages