Tersiksa Tanjakan Menuju Obelix Hills - Nasirullah Sitam

Tersiksa Tanjakan Menuju Obelix Hills

Share This
Berfoto di tulisan Obelix Hills
Berfoto di tulisan Obelix Hills
Destinasi wisata Obelix Hills sempat mencuat dikalangan pesepeda. Tidak sedikit mengabadikan foto di depan tulisan Obelix Hills. Jauh sebelum dibuat konsep menjadi seperti sekarang, tempat ini dikenal pesepeda dengan nama Bukit Klumprit.

Blusukan hari ini tanpa tujuan. Kami rencananya ingin mengeteh di Spot Riyadi, lantas melanjutkan perjalanan ke destinasi lain yang terjangkau. Kutunggu Ardian di Jembatan Janti, sementara Yugo menanti di SPBU Bandara.

Perjalanan berlanjut, tim sudah lengkap. Kami bertiga masih diskusi rute blusukan. Belum juga sampai arah Spot Riyadi, Yugo dan Ardian membelokkan sepeda ke Sop Pak Min di sekitaran Cupuwatu. Pukul 06.30 WIB, kami sarapan sop.

Ini menjadi sarapan paling pagiku selama bersepeda. Sembari menikmati sop, tujuan bersepeda mengerucut. Kami tidak jadi ke Spot Riyadi melainkan menuju sekitaran Tebing Breksi. Jika memungkinkan, nantinya lanjut ke Candi Ijo bahkan sampai Obelix Hills.

Demi mengantisipasi jalan salah seperti setahun silam, kami menyusuri jalanan dekat Abhayagiri dan melanjutkan ke Candi Barong. Rute sampai sini aman, jalan masih dapat dilintasi meski sedikit bergelombang dan berlubang di beberapa sudut.
Melintasi jalan menuju Candi Barong
Melintasi jalan menuju Candi Barong
Jalanan mulus berubah rusak, lantas Kembali mulus dengan jalan cor. Jalanan seperti mengingatkanku ruas utama Semarang – Demak. Bahan yang digunakan bukan aspal melainkan cor. Candi Barong tak ramai, kami melintasi tanpa berhenti.

Seingatku, dulu waktu aku menyusuri jalan yang sama tahun 2015-an, jalanan di sini rusak parah. Terlebih akses menuju DAM Dawangsari atau yang dikenal juga dengan nama Bendungan Air Pandan Rejo. Jalanan yang dulu berbatu dan tak bagus kini berubah mulus.

Sesampai di DAM, kami mengambil foto. Aku teringat dulu setiap hari minggu masyarakat setempat menjadikan DAM ini sebagai tempat memandikan kerbau peliharaan. Bahkan aku sendiri pernah mengabadikannya.

Kini, DAM Dawang Sari sudah dikelola lebih baik. Di pinggiran DAM ada banyak masyarakat setempat memancing. Sepertinya spot ini dijadikan salah satu lokasi untuk menyalurkan hobi para pemancing. Di Jogja, memancing menjadi hobi yang banyak digemari masyarakatnya.
Berfoto di DAM Dawang Sari atau Bendungan Air Pandan Rejo
Berfoto di DAM Dawang Sari atau Bendungan Air Pandan Rejo
Hingga sampai di sini, semuanya aman. Jalan mulus, dan tanjakan belum ada yang parah. Perpaduan tanjakan dan turunan cukup beragam. Baru juga mengatakan jalan bagus, ternyata di salah satu sudut jalur mulai rusak.

Kami sempat berpapasan dengan pesepeda lawan arah, selain itu juga beriringan dengan tiga pesepeda dari rute yang sama. Di DAM ini mereka bertiga menyalip, kami hanya menyapa sebentar, lantas Kembali sibuk mengatur tenaga.

Tanjakan panjang menanti saat melintasi jalan utama ke Tebing Breksi. Tak sempat kuabadikan ruas-ruas jalan yang beragam. Di titik tertentu, kami bersua denga mini grup pesepeda dari Condoncatur, beliau memberi masukan kepada kami agar kuat melintasi tanjakan,

Kami bertiga hanya mangut-mangut, beliau melanjutkan perjalanan, baru sebentar beliau Kembali berhenti. Aku dan kedua kawan menyalipnya hingga sampai di Tebing Breksi. Destinasi populer di Jogja ini masih tutup karena PPKM.
Jalan alternatif menuju Tebing Breksi
Jalan alternatif menuju Tebing Breksi
Diskusi kecil berlanjut, kami memutuskan sampai ke Candi Ijo. Informasi dari bapak-bapak, jalur menuju Obelix Hills beragam tanjakan dan turunan, sehingga tidak monoton. Kami tertarik menuju destinasi tersebut, tapi kudu paham tenaga, apakah lanjut atau tidak.

Ardian di belakang, dia menikmati jalur tanjakan dengan pelan. Yugo sendiri sudah di depan, aku menjadi penengah. Tulisan Candi Ijo tampak, tiga orang yang tadi menyapaku di DAM sudah menikmati minuman di salah satu warung area Candi Ijo.

Aku dan Yugo naik melewati Candi Ijo dan istirahat di area datar. Sementara Ardian masih konsisten mengatuh pedal di belakang. Candaan Kembali mencuat dari Ardian, karena kami berhenti tidak di warung, malah di pinggir jalan.

Kembali lagi kami diskusi, apakah balik turun atau melanjutkan perjalanan. Sesuai dengan informasi bapak yang rehat tadi, jarak Obelix Hills dari Candi Ijo tinggal beberapa kilometer dengan jalur naik-turun. Kami putuskan melanjutkan perjalanan.

Melewati Candi Ijo jalur turunan panjang. Kami menikmati perjalanan pagi ini, walau sadar jika ada turunan di sini artinya nanti ada tanjakan. Benar saja, jalan beragam dan menyenangkan. Setidaknya tidak ada tanjakan panjang seperti dari bawah hingga Candi Ijo.

Geliat pariwisata sepertinya sudah sampai di sini, bahkan belum sampai sekitaran Klumprit sudah ada dua destinasi yang kami lintasi. Salah satunya seperti kedai kopi dengan bangunan menjulang tinggi dan rumah ala Jepang.

Turunan kembali kami lintasi, lantas tikungan dengan jalan menanjak. Gapura Klumprit sudah menyapa, ini artinya turunan di bawah adalah Obelix Hills. Turunan lumayan panjang dan sedikit tajam, rem sepeda harus dimainkan agar tidak cepat panas dan aus.
Sampai di tulisan Obelix Hills Klumprit
Sampai di tulisan Obelix Hills Klumprit
Dua landmark tulisan Obelix Hills berhadapan. Tuntas sudah destinasi yang kami tuju. Secara berganti kami saling mengabadikan diri. Beberapa mobil tampak sudah parkir. kami tidak masuk ke destinasi Obelix Hills, hanya sampai gerbang saja.

Suasana di area Obelix Hills lumayan sepi. Ada tiga mobil terparkir, kemungkinan besar pemiliknya masuk ke destinasi tersebut. Selang sesaat kelompok sepeda yang tadi ketemu di Candi Ijo sudah datang. Mereka langsung melintasi tanjakan arah masuk Obelix Hills.

Selain itu, tiga orang yang tadi salah satu saling bersapa di DAM Dawang Sari pun sampai. Kami duduk berdekatan di warung depan Obelix Hills. Ternyata, mbak yang menyapaku ini adalah kawan Bike to Work Jogja. Kami sadar saat kukirim foto di WAG siang hari. Lantas beliau tertawa karena kami ketemu tapi tidak saling kenal.
Menikmati makanan di warung warga setempat
Menikmati makanan di warung warga setempat
Warung masyarakat setempat ini menyediakan makanan seperti bakso dan mie ayam. Kami sendiri melahap pisang goreng dan jajanan yang lainnya. Nantinya, kami ingin makan di sekitaran bawah saja. Lebih banyak opsi pilihan di sana.

Teh tawar sudah kusesap. Sembari melepas lelah, kunikmati pisang yang ada di meja. Kami berbincang dan tertawa merasakan capek yang lumayan. Jalur ke Obelix Hills memang menyenangkan, terutama buat pecinta blusukan sepeda.

Memang tidak ada rencana kami masuk ke Obelix Hills. Tujuannya hanya ingin menjajal rute sampai lokasi. Benar juga, jalur ke sini dari Candi Ijo tanjakan parah adalah saat dari bawah hingga Candi Ijo, setelah itu relatif nyaman. Tetap saja harus mempunyai rem pakem.

Berbeda halnya dari sekitaran Rumah Dome Teletubbies, tanjakannya lebih parah. Tapi jalurnya lebih pendek dibanding dari Breksi. Kami pulang melintasi jalur berbeda, jalur ini pernah kulewati beberapa tahun silam sewaktu mengunjung Curug Gede.
Berbagai jajanan pasar yang ditawarkan warung warga setempat
Berbagai jajanan pasar yang ditawarkan warung warga setempat
Turunan begitu tajam, kumainkan tuas rem sepeda. Bagi pesepeda, harap benar-benar bisa mengendalikan sepeda dan memainkan rem agar tetap aman. Turunan tajam hingga melewati arah masuk Puncak Teletubbies. Setelah itu jalanan datar.

Tuntas sudah perjalanan hari ini, niat awal hanya ingin blusukan di sekitaran Spot Riyadi berubah menuju Obelix Hills. Jalur yang menyenangkan, tanjakan dan turunan beragam, hingga hal-hal yang lainnya. Selain itu, pastinya stok foto makin melimpah.

Kami pulang, labirin di sekitaran Berbah sedikit membingungkan. Pada akhirnya kami berpisah. Yugo melintasi jalan Piyungan – Kalasan, sementara aku dan Yugo menyusuri jalanan di Berbah menuju jalan Ringroad. Hari ini, rasanya kami puas dengan jalur yang tak terduga.

Catatan; Perjalanan ini pada tanggal 11 September 2021. Jika ada kesalahan yang penulis infokan ataupun salah kata dalam penulisan, penulis meminta maaf. Tulisan ini murni catatan perjalanan penulis sendiri.

20 komentar:

  1. Sekarang ini, kalau ada spot bagus pasti diburu. Habis kebutuhan untuk ganti suasana dan ngasih makan sosial media begitu tinggi. Kita semua jadi kreatif cari tempat-tempat unik. Apa lagi Obelix Hills ini selain unik juga tampak cakep

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar uni, kemarin di sekitaran sini ada launching destinasi baru lagi. Ramai banget

      Hapus
  2. weleh saling sapa di jalan, ternyata di grup WA yang sama
    heuheuheu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beberapa kali terjadi seperti ini, mas. Ketawanya pas di WAG

      Hapus
  3. Enaknya jadi anak muda, bisa berpetualang sambil berolahraga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sembari olahraga hehehhehe. Soalnya kalau pas hari kerja gak bisa olahraga

      Hapus
  4. Wow, baru tau aku ada jalan alternatif menuju Tebing Breksi. Kapan2 boleh dicoba ah hehehe. Menuju Obelix Hills butuh perjuangan tingkat tinggi ya ngayuh sepeda dampai ngos2an tiu, kalau aku bisa pengsan kayaknya hahaha :D Tapi terobati dengan jajan bakso dan mie serta camilan2nya. Jadi kuat lagi deh gowesnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pokoknya berani perih, mbak. Banyak tanjakan hahahahha

      Hapus
  5. aku duku pernah lewat sini deh habis dari candi barong
    tapi kalau engga salah jalannya masih rusak
    seneng banget tapi di situ suasnanya sejuk
    jadi kangen ke sini lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang jalannya sudah bagus, mas. Hanya ada beberapa yang masih jelek, tapi gak banyak

      Hapus
  6. Ngiri banget deh pengen bisa gowes kesana... siapa tahu dapet jodoh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahah, yok gowes. Kali aja terus ada jodoh yang lewat

      Hapus
  7. entah kenapa kalau sepedaan lebih seru ketika ketemu banyak rute yang tidak terduga. Jadi yaa tinggal menyesuaikan diri dengan rute yang ditemui.
    Kalau bertiga lebih sering bertiga yaa mas sitam..? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rute baru dengan kejutan itu menyenangkan, mas.
      Iya, sukanya bertiga. Sekarang malah balik sendirian lagi

      Hapus
  8. 2019 aku pernah melawati rute dari Tebing Breksi ke Canji Ijo mas, tp naik motor wkwkwk, emang cukup byk naik turunnya ya. Aku lewat candi Barong juga, tapi ga ngeh ada DAM, itu dimana ya DAMnya hahhaha, aku ngikutin maps tp ga jelas lewat gang2 kecil juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahgahahaha, rutemu tahun segitu udah lumayan ancur. Ada jalan yang lewat DAM, ada juga yang langsung gak lewat sini

      Hapus
  9. Yaa ga masuk ke obelix hills nya ya mas. Aku penasaran pengen kesana soalnya. Kayaknya bagus, ngeliat beberapa temen udah main kesitu. Tapi rasanya kalo naik sepeda, aku nyerah aja deh ��������.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau pesepeda penting jalurnya, mbak. Dalamnya gimana urusan lain ahahhahah

      Hapus
  10. obelix hills ngetop banget di para goweser ya mas .. ternyata di sekitaran sana banyak spot yang menarik yang bisa sekalian dilewati .. asyik bangettt

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang daerah sini banyak dibuta destinasi spot, kang. Rata-rata pengunjungnya wisatawan luar Jogja

      Hapus

Pages