Gowes Sore ke Destinasi Wisata Bulak Wajan - Nasirullah Sitam

Gowes Sore ke Destinasi Wisata Bulak Wajan

Share This
Masyarakat setempat sedang bersantai di area Wajan Raksasa
Masyarakat setempat sedang bersantai di area Wajan Raksasa
Lini masa media sosial sempat diramaikan temuan wajan raksasa di Pedukuhan Kretek Lor, Jambidan, Banguntapan. Berbagai foto adanya wajan raksasa menjadi objek wisata dadakan di bulan September. Bahkan, ada yang berfoto dengan masuk dalam wajan tersebut.

Euforia masyarakat yang dulunya berbondong-bondong ingin melihat mulai senyap. Postingan wajan tersebut kembali normal, bahkan cenderung sepi. Tidak ada keramaian lagi layaknya tiga bulan yang lalu. Aku sendiri malah belum tertarik mengunjunginya.

Hingga menjelang pergantian tahun, di Instagram sepeda yang kukelola terdapat sebuah akun menandai adanya destinasi baru Bernama Wisata Bulak Wajan. Kulihat sekilas klip yang diunggah, semacam warung-warung yang dikelola masyarakat setempat.

Konsep warung-warung seperti ini kembali dilirik masyarakat setempat untuk mengenalkan daerahnya sekaligus menarik pengunjung lokal. Tak jauh dari Kretek Lor sudah ada dua destinasi yang lebih dulu berdiri, Mbulak Umpeng Daraman dan Mbulak Wilkel.
Jejeran gubuk pembuatan batu bata di sekitar Kretek Lor, Jambidan
Jejeran gubuk pembuatan batu bata di sekitar Kretek Lor, Jambidan
Minggu sore kuputuskan mengunjungi Wisata Bulak Wajan. Melintasi Pasar Ngipik, lantas membelokkan sepeda ke kiri menuju lapangan Kretek Lor. Meski sedikit paham daerah sini, aku tetap menggunakan peta gawai sebagai pemandu.

Rumah-rumah warga cukup padat. Di depan sudah tampak perbukitan. Tepat di area petakan sawah, ada pertigaan kecil. Kubelokkan ke kiri. Di sisi kanan tampak semacam aliran selokan kecil yang dipenuhi pemancing. Aku terus menyusuri jalan aspal.

Tepian jalan berderet gubuk beratapkan anyaman daun kelapa dan berdinding anyaman bambu. Sepertinya di sini Sebagian masyarakatnya berprofesi pembuat batu bata. Pemandangan yang sama saat aku bersepeda di sekitaran Taman Senja Ngelo.

Pemandangan ini membuatku tertarik mengabadikan. Kurencanakan selepas mengambil konten di Wisata Bulak Wajan nanti berhenti di tepian jalan dan memotret gubuk-gubuk tersebut. lalu-lalang pengguna jalan melintas, jalanan lumayan ramai.
Area wisata Bulak Wajan yang ramai oleh pengunjung
Area wisata Bulak Wajan yang ramai oleh pengunjung
Suara orang dari pelantang mulai kencang. Pun dengan dengungan mesin. Kulongokkan kepala, berbagai pesawat aeromodelling beterbangan. Sore ini ada komunitas yang sedang kopdar dan mempertunjukkan kelihaian dalam mengontrol pesawat aeromodelling.

Lapangan di Jambidan ramai pengunjung. Jalan tanah agak basah kulewati, sesampai di Wisata Bulak Wajan, masyarakat sudah berkumpul. Kulihat kendaraan diparkir menjadi satu, belum ada tempat khusus pesepeda, mungkin karena masih dalam proses berbenah.

Beberapa warga mengatur arus lalu-lintas. Kotak sumbangan sukarela ditempatkan dekat jalan masuk. Kutinggalkan sepeda yang terparkir bersama sepeda motor, lantas menuju warung. Sepertinya sore ini ada pertunjukan di lapangan.

Suara bapak di pelantang terus memberi aba-aba agar penonton pesawat aeromodelling tidak berada di seberang lapangan, ditakutkan terkena senggolan saat pesawat sedang bermanuver. Suara musik dangdut pun tak kalah kencang dari satu pelantang.
Stand-stand warung di Wisata Bulak Wajan
Stand-stand warung di Wisata Bulak Wajan
Anak-anak sedang asyik melihat berbagai jenis pesawat aeromodelling bermanuver. Ada yang menukik kencang, lalu kembali naik dengan sempurna. Tidak sedikit dari pesawat tersebut yang terpental kala mendarat di lapangan.

Tanah di depan warung lumayan becek, sedikit ada genangan di satu titik. Ketika kuinjak, tanah tersebut seperti lumpur. Terpaksa sepatuku berlepotan tanah basah. Destinasi wisata Bulak Wajan ini baru ada beberapa hari, sehingga memang masih sangat sederhana.

Sewaktu awal buka, belum banyak warung yang buka. Ada lima tempat yang digunakan sebagai warung. Menunya belum beragam. Bisa jadi waktu sore pilihan menu lebih sedikit dibanding saat pagi hari. Aku menuju salah satu warungnya.

“Teh panas bu,” Pintaku.

Ibu ini melayani dengan sigap. Kulihat gorengannya sudah hampir habis. Sembari membuatkan minumanku, beliau berbincang dengan calon pembeli yang lainnya. Sepertinya yang dicari pengunjung tidak ada di warung ini.
Bersantai di salah satu warung setempat
Bersantai di salah satu warung setempat
Muda-mudi, tua-muda semuanya berbaur menjadi satu. Atraksi pesawat aeromodelling memikat seluruh mata. Keseruan di lapangan terekam jelas dari warung. Aku sendiri sesekali memotret, lalu mengambil rekaman vlog di antara suara-suara lagu kencang dari pelantang.

Pagi tadi harusnya aku berkunjung ke wisata Bulak Wajan, hanya saja saat sampai di perempatan Ketandan hujan deras. Aku cukup lama berteduh di angkringan tepian jalan. Setelah itu langsung pulang, kubatalkan bersepeda. Takut nanti hujan makin deras.

Tanah lapang yang becek ini mungkin pengaruh dari hujan tadi pagi yang deras. Dari stori Instagram wisata Bulak Wajan, tadi pagi ada latihan jatilan. Sepertinya di awal tahun 2022, mereka ingin menggelar kesenian jatilan.

Destinasi ini sepertinya dikelola warga berserta pokdarwis. Jika memang benar seperti itu, tentu bisa dicontoh oleh desa-desa yang lainnya. Mereka tidak hanya menawarkan kuliner, tapi juga memberi pertunjukan dengan beragam.

Aku berbaur dengan para remaja yang duduk di depan wajan raksasa. Kami berbincang sembari kutanyai adanya pertunjukan jatilan tadi pagi. Mereka menceritakan jika itu hanya latihan. Nantinya bakal ada gelaran yang besar.
Wajan raksasa peninggalan Belanda yang ditemukan di Jambidan
Wajan raksasa peninggalan Belanda yang ditemukan di Jambidan
“Channel youtube-nya apa, mas?” Celetuk salah satu dari mereka.

Aku tertawa tapi tidak memberikan informasi. Biar nantinya mereka waktu menulis pencarian Bulak Wajan di Youtube siapa tahu menemukan channelku. Kami terus berbincang santai, mereka sangat antusias dengan adanya destinasi wisata baru.

Wajan raksasa sudah diletakkan dengan pagar bambu, sehingga mereka yang ingin berfoto cukup dari depan. Tidak seperti waktu awal, karena banyak tersebar foto di dalam wajan dan menuai komentar kurang bijak dari warganet.

Makin sore pengunjung ramai. Sebagian duduk sambil menikmati makanan di warung. sementara anak-anak kecil lebih antusias dengan berbagai atraksi dari komunitas Aeromodelling. Aku turut berbaur, sesekali menghidupkan gopro untuk merekam.

“Mase ngevlog! Mase ngevlog!”

Aku kembali tertawa dan berbaur dengan mereka. Beberapa anak tertarik dengan gopro, lantas kuperlihatkan dan merekam di sekitar. Sayangnya waktuku tidak lama. Jika datang pagi, mungkin bakal kubiarkan anak-anak menggunakan gopro dan kamera untuk latihan sekaligus menghilangkan rasa penasarannya.
Agenda rutin di Wisata Bulak Wajan untuk menarik kunjungan masyarakat setempat
Agenda rutin di Wisata Bulak Wajan untuk menarik kunjungan masyarakat setempat
Seperti destinasi-destinasi yang lainnya, aku berharap wisata Bulak Wajan ini konsisten dalam mengembangkan destinasinya. Sehingga perekonomian warga setempat bisa menggeliat. Pertunjukan di lapangan pun menjadi daya tarik tersendiri.

Bukan tidak mungkin, di masa mendatang tempat ini makin dikenal masyarakat luas. Tinggal bagaimana warga beserta pokdarwis dalam memberikan tambahan fasilitas umum seperti toilet, musola, hingga tempat pakir. Karena semua itu memang harus ada.

Waktunya pulang, aku mengayuh peda menuju jalan yang sama. Berhenti di hamparan sawah berlatarkan bukit dan gubuk pembuatan batu bata. Sesekali bertemu dengan warga setempat pulang dari sawah menaiki sepeda. Aku memotret lansekapnya.

Destinasi wisata Bulak Wajan bisa menjadi opsi bagi masyarakat setempat untuk bersantai. Menikmati kuliner dengan suguhan atraksi di lapangan. Kita tahu, membangun destinasi wisata lokal itu mudah, yang sulit adalah menjaga tetap bertahan dengan berbagai inovasi. Aku percaya, masyarakat di sini pasti bisa lebih baik. *Jambidan, 05 Desember 2021.

10 komentar:

  1. pokoke nek gowes ning sawah2 pas mendung kuwi syahdu

    BalasHapus
  2. wih mantep ada komunitas Aeromodelling
    pengen banget aku nonton atraksinya secara langsung
    belum pernah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku lihat aja kayak gimana gitu. Tau-tau pas manuver tabrakan kan repot ya ahhahaha

      Hapus
  3. Kalau dari foto2nya, warung2 di sana masih sedikit ya mas? Atau memang yg keambil fotonya terlihat sedikit? Tp salut ada inisiatif untuk mengelola, jadinya tempat yg sudah mulai sepi lagi, bisa jadi ramai. Bagus lagi kalau ada yg membahas lebih jauh tentang sejarah wajan besar itu. Apakah sudah ada?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waktu datang awal pembangunan memang warungnya sedikit, yang ramai di bagian lapangan karena waktu itu banyak agenda yang dilakukan dan terjadwal

      Hapus
  4. Waaaaahhh gedeeee bangetttt wajannya Yaa 😱😱. Penasaran dulu itu wajan dipake buat apa. Masak yg butuh porsi gede kali Yaa 😁..

    Jadi tertarik kesana juga mas. Sambil icip2 jajanan kecilnya 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wajannya dulu seperti difungsikan sebagai katup menahan air, katanya begitu hehehehhe

      Hapus
  5. Kalau ada pertunjukan seperti Aeromodelling gitu harusnya bisa jadi daya tarik lebih ya mas, semoga ke depannya makin ramai, bukan hanya pesepeda tapi juga masyarakat umum juga untuk berkunjung ke bulak wajan ini.

    Gile sih wajannya raksasa hahahhaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Agendanya tiap pekan berbeda, harusnya kalau konsisten pasti lebih ramai dan berkembang

      Hapus

Pages