Merajut Asa Membangun Destinasi Wisata Bukit Watu Wayang, Bantul - Nasirullah Sitam

Merajut Asa Membangun Destinasi Wisata Bukit Watu Wayang, Bantul

Share This
Pemandangan dari Bukit Watu Wayang Bantul
Pemandangan dari Bukit Watu Wayang Bantul
Kebiasaanku mengunjungi destinasi yang belum populer selalu penuh cerita. Kadang tersesat, tidak sesuai harapan destinasinya, atau malah tersenyum sumringah karena melebihi yang kubayangkan. Salah satunya di wisata Bukit Watu Wayang.

Berlokasi di dusun Watu Wayang, Srimulyo, Piyungan, Bukit Watu Wayang mulai dikunjungi pesepeda. Sebagian pesepeda yang datang biasanya penasaran dengan bangunan gazebo lancip yang tampak jelas dari jalan raya.

Berbekal panduan peta di gawai, aku menyusuri jalan sampai gapura dusun Watu Wayang. Lantas mengikuti jalanan yang menanjak. Dari vlog pesepeda yang sempat kulihat, jalan menuju destinasi tersebut memang ada tanjakan lumayan curam bagi sebagian pesepeda.

Meski tanpa ada plang petunjuk arah, panduan Google Maps cukup membantu. Hanya saja, titik koordinat yang disematkan kurang tepat. Harusnya lebih naik lagi dan tidak belok ke rumah warga. Jalan cor cukup licin, ban sepeda berkali-kali selip.

“Naik lagi, mas.” Terang warga pengguna sepeda motor. Beliau langsung paham dengan tujuanku.
Tanjakan menuju Bukit Watu Wayang cukup licin
Tanjakan menuju Bukit Watu Wayang cukup licin
Jalanan yang semalam tersiram hujan memang sedikit licin, bahkan untuk jalan pun kadang masih sedikit terpeleset. Di depan, rute mulai agak datar, aku kembali menaiki sepeda. Tepat di ujung jalan ada jalur menuju rumah warga.

Beruntung ada ibu yang sedang jalan kaki. Kutanyakan destinasi Bukit Watu Wayang. Beliau berujar jalur di depanku belok kiri lokasinya. Sementara jika ingin menyambangi situs Watu Wayang, lokasinya di bawah. Dari masjid, tidak naik lurus tapi belok kiri.

Tepat di halaman rumah warga kuparkirkan sepeda. Atap gazebo tampak jelas, aku bergegas menuju lokasi. Lansekap Jogja tampak jelas. Hari masih pagi, Gunung Merapi terlihat gagah di kejauhan. Sementata Gunung Merbabu hilang dibalik Merapi.

Nun jauh di sana pun tampak satu gunung menjulang tinggi. Jika dari lokasinya, gunung tersebut antara Sindoro atau Sumbing. Waktu pagi pemandangan di Bukit Watu Wayang memang teduh. Menjelang siang, keindahan gunung tertutupi awan.

Di sini, aku bertemu dengan Pak Barjo bersama menantunya. Pak Barjo duduk di atas atap gazebo yang lancip sembari merangkai jerami sebagai atap. Sementara menantunya, Mas Faizal ditemani anak kecil fokus membersihkan area sekitar dari rumput semak.
Progres pembangunan di Bukit Watu Wayang di akhir bulan Maret
Progres pembangunan di Bukit Watu Wayang di akhir bulan Maret
Aku meminta izin untuk memotret sekitar. Setelahnya, kami diskusi panjang terkait destinasi wisata. Banyak ilmu yang kudapatkan saat berbincang dengan Pak Barjo. Beliau begitu paham tentang konsep destinasi yang nantinya direncanakan.

“Ada banyak tantangan, tapi kami semua yakin tempat ini memiliki potensi sebagai destinasi wisata,” Tutur Pak Barjo penuh keyakinan.

Bukit Watu Wayang adalah nama yang disematkan. Jika aku telisik secara umum, penamaan destinasi ini mungkin berkaitan dengan nama dusun. Hanya saja, lebih dari tiga jam kami berbincang, aku lupa menanyakan kenapa tepat ini disebut Watu Wayang, bahkan ada situsnya.

Bunga-bunga bermekaran di petakan tanah. Sedari atas hingga bawah sudah tampak ada beberapa jenis bunga yang bermekaran. Bunga ini dibibit sendiri oleh warga setempat, lantas ditanam saat selesai membersihkan semak agar tidak kembali ditumbuhi rumput liar.

Keberadaan bunga-bunga ini ada alasannya. Bukit Watu Wayang adalah salah satu lokasi yang cukup banyak kupu-kupunya. Sehingga sengaja ditanam bunga agar kupu-kupu tersebut menyambangi setiap waktu. Menjelang siang, kupu-kupunya makin banyak yang beterbangan.
Bunga-bunga dengan latar Gunung Merapi di Bukit Watu Wayang
Bunga-bunga dengan latar Gunung Merapi di Bukit Watu Wayang
Dari obrolan di sini, tanaman bunga yang sekarang ada nantinya bakal lebih banyak. Jika memang lancar pembangunannya. Bunga-bunga yang ditanam tidak sejenis. Ada beragam bunga sehingga setiap saat tetap silih berganti yang bermekaran.

Kontur bebatuan menjadi ciri khas Bukit Watu Wayang. Pak Barjo bersama warga setempat mendirikan bangunan disesuaikan dengan kontur tanah. Sekilas, dari atas semua gazebo ini lurus. Nantinya, tempat ini dikelola dengan baik dengan berbagai pengembangan.

“Buat warung sederhana dulu, pak. Minimal ada teh, kopi, atau pisang. Siapa tahu ada pesepeda yang ke sini dan pengen ngeteh sambil duduk santai di gazebo,” Celetukku.

Celetukan yang terlontar ini disambut baik Pak Barjo dan Mas Faizal. Beliau sedari awal fokus pada pembangunan, sehingga belum terpikirkan membuat warung kecil-kecilan. Mungkin, dengan adanya warung bisa menggaet pesepeda untuk sekadar mengeteh, lantas mengabarkan ke sejawatnya kalau ada destinasi baru.

Jalan menuju Bukit Watu Wayang memang lumayan curam, jalur seperti ini digemari sebagian besar pesepeda. Meski, terkadang harus menuntun sepertiku. Bisa jadi ketika pembangunan sudah berjalan dengan baik, bakal ada jalan dari jalur yang berbeda.

Memang semuanya sudah dikonsep oleh perintis Bukit Watu Wayang. Tiga jam lebih berbincang, sudah ada terobosan-terobosan yang menarik untuk dilihat perkembangannya. Tentu semuanya demi menggeliatkan perekonomian masyarakat setempat.
Wedangan bersama bapak dan mas yang membangun gazebo
Wedangan bersama bapak dan mas yang membangun gazebo
Untuk saat ini, sudah lumayan banyak pesepeda yang datang silih berganti dalam jumlah rombongan kecil. Terkadang malah pesepeda datang sendirian seperti yang kulakukan. Di jalur ini memang belum ada area parkir sepeda, serta jalan masih melintasi halaman rumah warga. Bisa jadi ke depannya ada satu tempat parkir yang lebih luas.

Bukit Watu Wayang tak hanya memikat kala pagi. Dari beberapa foto yang kudapatkan, ternyata menjelang senja hingga malam pun tetap menyenangkan. Potensi ini menjadi semangat para perintis Bukit Watu Wayang untuk membuat fasilitas umum guna menunjang kebutuhan pengunjung.

Kusesap teh manis yang dituangkan Pak Barjo, lantas mengunyah panganan tradisional. Semilir angin menjelang siang makin terasa. Duduk di gazebo terbuka dan menikmati suasana alam. Tempat ini memang cukup menyenangkan.

Ada semangat tinggi dari warga untuk mengenalkan potensi Bukit Watu Wayang ke khalayak umum. Ada asa yang kuat untuk membangun destinasi ini dengan sepenuh hati. Konsepnya sudah jelas, pembangunannya sedikit demi sedikit tampak terlihat.

Hari makin siang, aku memutuskan untuk berpamitan. Aku berjanji kepada Pak Barjo dan masyarakat yang bersemangat membangun destinasi ini menjadi lebih dikenal untuk membantu melalui tulisan. Aku pun mengusahakan untuk datang bulan depan dan melihat perkembangannya.

Selain destinasi Bukit Watu Wayang, di sini juga ada situs Watu Wayang, pun dengan sungai kecil yang tak pernah kering. Tentu saja semuanya saling berkaitan dalam mengenalkan potensi yang ada di Dusun Watu Wayang. *Bukit Watu Wayang; Minggu, 20 Maret 2022.

8 komentar:

  1. jalan menanjaknya kelihatan ijo berlumut, licin banget pastinya
    btw penasaran sih kenapa dinamakan watu wayang, pasti ada sejarahnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu juga yang kemarin belum saya tanyakan, kelupaan karena asyik ngobrol

      Hapus
  2. Mantap naik sepeda ke bukit 😂 kalau aku udah menyerah dari awal wkwk. Tapi bener sih memang, mengunjungi destinasi yang belum terkenal selalu penuh cerita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga nyerah sih, selama bisa dituntun, ya dituntun saja, biar sama-sama nyaman

      Hapus
  3. Aku kalau lewati jalur berlumut itu langsumg waswas mas. Takut terpeleset. Ketika naik pun merasa begitu, apalagi ketika turunan tajam. Kadang kepikiran untuk dituntun aja..wkwkwkw

    Pemandangan asyuk mas. Jadi betah kalau dapat pemandangan dan pertualangan seru seperti ini :D

    Cerota yang menarik mas sitam :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mas, jalan cor berlumut memang cukup sulit, terlebih kalau maih ada basahnya. Jadi cari aman dengan menuntun

      Hapus
  4. Duuuuh cantiiik bangeeet bukitnya ini, apalagi dengan banyak bunga2an dan kupu2 😍😍😍. Pasti sih bisa rame tempatnya. Eh tapi aku baca2, ini berarti ga bisa dilalui mobil ya mas? 😅.. sepertinya harus motor atau sepeda Yaa. Agak susah kalo aku bawa anak2 liburan 🤣🤣. Pengen banget kesini. Tapi kalo naik sepeda, rasanya menyerah wkwkwkwkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rasanya penasaran juga ke sini pas lagi bunga bermekaran seperti yang diceritakan pihak pengelola. Untuk mobil nanti ada jalurnya, jadi lewat jalur yang lain, mbak. Sedang dikonsep

      Hapus

Pages