Memotret sepeda di bukit Batang, Piyungan, Bantul |
Tiga hari sebelum akhir pekan, aku sudah mencari spot-spot destinasi yang bisa kukunjungi dengan bersepeda. Sepertinya perbukitan di Bantul tetap menjadi tujuan. Dari penandaan di peta, kudapatkan dua destinasi yang lokasinya tak berjauhan.
Bukit Batang dan Bukit Watu Puteh menarik perhatianku. Terlebih keduanya tak jauh dari Bukit Bucu. Bukit Bucu sendiri pernah kusambangi tahun 2015. Artinya, aku bakal kembali ke sana setelah tujuh tahun berlalu.
Jalur ke Bukit Bucu terlupakan olehku, sehingga aku mengikuti arahan Google Maps. Sayangnya, jalur ini tak sesuai harapan. Malah membuatku melintasi jalan setapak, lebih tepat seperti sungai kering. Setelah kutelisik, ternyata jalur ini dulunya pernah dilintasi para pecinta motor trail.
Perjalanan panjang lebih banyak mendorong sepeda. Sampai pada akhirnya aku di depan Bukit Bucu. Tapi, tujuanku pertama tentunya Bukit Batang. Lokasinya masih di Srimulyo, Piyungan, Kabupaten Bantul. Aku penasaran dengan tempat ini.
Lansekap pemandangan di sekitaran Piyungan |
Undakan sawah di dekat Bukit Bucu masih sama dengan tujuh tahun silam. Pemandangan hijau membuat mata menjadi lebih segar. Aku berhenti mengambil foto sembari menikmati udara bersih. Tak ada perubahan mencolok, hanya sebuah warung di pertigaan.
Mentalku sudah teruji pagi tadi, jalan yang mengejutkan menjadi sebuah kado. Sehingga, ketika ada ulasan akses menuju Bukit Batang jalurnya jelek, aku sudah siap. Benar saja, baru kunaiki sepeda beberapa kayuhan, lagi-lagi aku harus turun menuntun.
Seperti yang diinformasikan melalui ulasan di Google Maps, akses menuju Bukit Batang memang tanah bercampur bebatuan. Jika musim penghujan, tentu jalanan sedikit berlumpur. Melintasi perkebunan warga, aku terus mengikuti jalannya.
Di pertigaan kecil aku bingung, kutanya seorang bapak yang sedang menunggu truk melintas. Beliau mengarahkanku lurus, ke jalan yang menurun. Kata beliau, jalan belok kanan itu akses truk. Jalanan lebih parah, sedari tadi sepeda kutuntun.
Kembali jalan setapak tersebut membelah ladang warga. Di satu sudut ada tumpukan genteng. Mungkin bakal dibangun semacam pondokan kecil untuk istirahat ketika sedang berkebun. Petunjuk di gawai menandakan aku sudah dekat dengan lokasi.
Jalur menuju Bukit Batang tanah bercampur bebatuan |
Bekas ban sepeda motor mengarahkan belok kiri, keluar dari jalur jalan setapak. Kulihat sesaat, sepertinya tempat ini yang sesuai dengan salah satu foto pada ulasan Bukit Batang. Benar saja, inilah Bukit Batang yang menjadi destinasi pertama kusambangi pagi ini.
Bukit Batang semacam tebing menghadap ke arah perbukitan. Aku tidak bisa memastikan, di depan itu masih Bantul atau malah Gunungkidul. Tampak jauh di sana ada beberapa sutet yang menjulang tinggi. Kutatap perbukitan yang sebenarnya tidak terlalu jauh.
Bebatuan di sini bukanlah menjulang tinggi dan besar, malah seperti tanah yang nyaman untuk diduduki. Tepat di dekat tebing, ada semacam kubangan kecil yang dipenuhi air. Bisa jadi air ini tergenang karena sekarang masih musim penghujan.
Salah satu foto yang kuingat adalah sepeda motor di Bukit Batang, saat itu ada yang ke sini dan menginformasikan jalan serta aksesnya. Tempat ini berada dekat dari jalan setapak, sehingga cukup mudah mencarinya. Hanya saja, aksesnya memang rusak.
Sinar matahari mulai tinggi, lalu terpantul di kubangan air yang bersih. Kuletakkan sepeda dekat dengan tebingnya, lantas mengambil foto dari berbagai sudut. Tampaknya, memotret sepeda dari tempat ini terlihat bagus.
Tidak ada tumbuhan menjulang tinggi. Satu pohon kecil agak menjorok di area tebing menjadi pembeda. Selebihnya, dari sini hanyalah semak-semak yang tumbuh di antara bebatuan dan mengelilingi kubangan kecil yang bersih.
Pemandangan dari bukit Batang cukup menyenangkan |
Kulihat, ada ikan-ikan kecil yang berenang. Tempat ini benar-benar masih alami. Belum ada pembangunan apapun. Bisa jadi, Bukit Batang adalah spot yang dikunjungi pemuda sekitar sini untuk bersantai menikmati waktu kala pagi maupun sore.
Tempat seperti ini harusnya tetap terjaga kebersihannya. Kubangan air yang jernih pun tak boleh sembarangan kita kotori. Siapa tahu, air di sini dapat digunakan warga setempat untuk minum hewan ternak, atau untuk apapun.
Jauh di bawah sana ada banyak petakan sawah. Padi sedang menghijau, selaras dengan warna pemandangan di perbukitan. Dilihat secara seksama, tempat ini memang asyik untuk menyendiri. Kunikmati waktu pagi dengan menghitung ada berapa petakan sawah yang tersebar.
Sunyi, hanya sesekali terdengar suara burung ataupun mesin truk yang tak jauh dari tempatku bersantai. Selama di sini, belum ada satu warga yang melintas. Aku hanya bertemu dengan beberapa warga yang sedang sibuk di ladangnya.
Petakan sawah tampak jelas dari atas bukit Batang |
Kuambil air minum yang tersemat di sepeda, meneguknya, lantas duduk santai. Tidak lupa mengemil roti yang memang sudah kusiapkan di dalam tas. Bersantai di sini cukup menenangkan, terlebih sedari tadi capek menuntun sepeda dengan bonus membopong.
Bukit Batang hanyalah spot yang sepi dan diketahui segelintir orang. Tempat ini lebih dikenal oleh remaja sekitar. Bukan tidak mungkin spot-spot seperti ini berpotensi menjadi tujuan pesepeda jika ada pengelola yang merias tempatnya.
Di banyak tempat, area perbukitan menjadi spot favorit para pesepeda. Meski Sebagian itu tampak seperti musiman. Konsistensi pengelola menjadi kunci, apakah tempat itu tetap dikunjungi pesepeda atau hanya sesaat.
Cukup lama aku duduk santai di sini, tentu dengan sedikit khayalan. Siapa tahu di masa mendatang, Bukit Batang bisa dikenal. Minimal di sini ada warung dan juga tempat sampah. Bukan tidak mungkin, ada pengunjung yang tertarik menyambanginya.
Memotret sepeda dari sudut yang lainnya di Bukit Batang |
Bagiku Bukit Batang saat ini adalah tempat yang asyik untuk bersantai, menepi dari keramaian. Jika suasana masih seperti ini, jangan lupa untuk membawa bekal sendiri. Lalu tidak membuang sampah sembarangan, karena akan mengotori destinasi.
Aku selalu suka tempat seperti ini, menikmati proses perjalanannya. Sedikit tersesat, banyak cerita. Lantas menceritakan pengalaman selama perjalanan hingga sampai di destinasi melalui tulisan serta vlog. Menyenangkan.
Rasa penasaranku terkait jalur dan spot Bukit Batang sudah terbayar. Waktunya menyambangi Bukit Bucu setelah tujuh tahun berselang. Bahkan di Google Maps ada penandaan Watu Puteh tak jauh dari Bukit Bucu. Apakah Watu Puteh dan Bukit Bucu itu satu tempat atau berbeda? Aku ingin melihat secara langsung. *Sabtu, 15 Januari 2022.
terlihat bener bener masih alami ya
BalasHapusbelum ada fasilitas umumnya
enake nggowo gorengan dewe karo termos isine kopi, gayeng tenan
Aku wes kepikiran begitu mas. bawa gorengan dan kopi sendiri hahahaha
HapusWarna hijaunya mas, bikin betaaaah duduk lama2 di puncaknya yaaa 😄😍. Aku tinggal bawa buku, bekal, trus baca sampe puas . Mata capek, tinggal liat deh hijau2 persawahannya 👍😍.
BalasHapusHeeeeee, tempat seperti ini harusnya bawa minuman sendiri mbak, jadi emang asyik
HapusBang Sitam bagus banget menangkap nuansa hijau dalam perjalanannya, tidak nampak ada cerita tersesat di balik gambar-gambar indah yang terpampang di posting an. Biasanya gowes sendiri ya Bang
BalasHapusKadang yang tersesat biar jadi cerita sendiri, bang. Penting bikin seru hehehhehe
HapusPemandangan kayak gini emang enak dibuat jadi destinasi sepeda. Setelah capek bersepeda, kemudian disuguhi pemandangan seperti ini. Belum lagi hembusan semilir angin. Duduk santai sambil melepas lelah.
BalasHapusItu jalanan tanahnya ekstrem juga. Kalau ga hati² bisa tergelincir pas menuruninya.
Benar mas, kalaupun ada warung, kudu komitmen jaga kebersihannya juga biar sama-sama aman
Hapus