Jejeran warung di Bulak Ngebuhan View Wonokromo |
Perjalanan berlanjut, aku mengambil gawai dan mencari rute terdekat menuju Bulak Ngebuhan View Bantul. Destinasi tersebut menjadi pilihanku karena searah dengan jalan pulang. Selain itu, minimal aku dapat menikmati gorengan menjelang siang.
Bulak Ngebuhan View berlokasi di Pandes II, Wonokromo, Pleret, Bantul. Menurut berbagai tulisan yang kubaca, lokasinya berada di tengah-tengah jalan persawahan. Tentu konsep ini mengingatkanku pada Mbulak Umpeng Daraman maaupun Mbulak Wilkel.
Sekitar 6 kilometer jaraknya dari tempatku berada saat ini. Jalur yang kulintasi hampir mirip. Hanya saja berbeda ketika sampai di Jalan Parangtritis. Sepeda kuarahkan melintasi jalan menuju Desa Wisata Tembi. Rute di gawai memandu untuk jalan tersingkat.
Jalur yang dilewatkan menurutku cukup aman, sehingga aku tidak perlu melihat gawai sesering mungkin. Bahkan, ketika jalan dilintaskan semacam rute ke ladang, aku pun santai. Baru kusadari kalua salah belok. Harusnya jalan yang benar belok kiri, aku malah mengikuti ibu-ibu bersepeda yang belok kanan. Beliau mengantarkan bekal untuk suaminya di ladang.
Kulintasi jembatan kecil, lalu belok kiri hingga sampai dekat lokasi. Jauh di tengah pematang sawah tampak bangunan berjejer. Kembali kulihat gawai, tempat itulah lokasi Bulak Ngebuhan View. Bangunan tidak banyak, pun tak tampak keramaian pengunjung.
Bulak Ngebuhan View Wonokromo di tengah-tengah persawahan |
Kuikuti jalan yang sudah ada sampai gerbang bertuliskan ucapan selamat datang di Bulak Ngebuhan View. Jalan berubah cor, dari informasi yang terterap pada prasasti, jalan ini dibangun pada tahun 2021. Biasanya, jalan seperti ini dibangun menggunakan dana desa.
Satu bangunan panjang belum ditempati, sepertinya tempat ini sedang dalam tahap pembangunan. Berjarak beberapa meter, barulah sampai di deretan bangunan yang sekarang dijadikan warung. Jika tidak salah melihat, hanya ada dua warung yang buka.
Bangunan di sini lebih banyak untuk gazebo. Bentuknya seperti di Bulak Wilkel ataupun Taman Senja Ngelo. Bangunan-bangunan beratap lancip yang dimanfaatkan sebagai tempat bersantai para pengunjung Bulak Ngebuhan View.
Kukayuh sepeda sampai di ujung, di sini ada semacam panggung kecil bertuliskan “Bulak Ngebuhan View” Pandes, Wonokromo. Sepertinya tempat ini yang digunakan untuk panggung dadakan. Hanya saja bangunan ini cukup kecil.
Jalan cor dibangun sejak tahun 2021 |
Konon Bulak Ngebuhan View dibuka pada tahun 2022, tepat awal tahun. Sepertinya, tempat ini hampir berbarengan dengan Bukit Pongol Indah. Tempat ini buka setiap hari, serta buka sampai malam. Tertera informasi sampai pukul 23.00 WIB.
Menurutku, waktu yang tepat ke Bulak Ngebuhan View ini pagi ataupun sore hari. Lokasi warung menghadap ke persawahan di sisi barat. Sehingga secara langsung kita bisa melihat matahari yang hendak tenggelam.
Menjelang siang ini hanya ada empat pesepeda yang bersantai, ini sudah termasuk aku. Tak jauh dari tempatku duduk, ada tiga pesepeda yang bersantai sembari menikmati soto. Warung yang buka juga hanya dua, keseluruhannya masih dikelola warga masing-masing.
Di tengah sawah tampak beberapa petani sedang memanen petakan sawah yang sudah menguning. Tadi tak jauh dari sini, tepatnya di jalan sebelum masuk gerbang pun ada sekumpulan petani yang bergotong royong memanen padi.
Pemandangan sawah menghijau terhampar dari depan warung |
Bulak Ngebuhan View belum sepenuhnya ada fasilitas umum. Hanya ada beberapa warung dan tempat duduk para pengunjung. Mungkin ke depannya fasilitas seperti musala maupun toilet harus dilengkapi. Terlebih tempat ini buka sampai malam.
Kupilih warung yang berada paling ujung. Tempat ini cukup lengang. Hanya ada satu perempuan yang asyik menikmati makanan sembari bermain gawai. Sekilas warung ini malah seperti angkringan, ada ketel berisi air panas, gorengan, telur puyuh, hingga nasi bungkus.
Perempuan yang asyik makan bergegas berdiri, lantas menuju tempat jualan dan menyapaku. Aku sedikit kaget, kukira dia salah satu pengunjung. Ternyata dia sedang adalah orang yang menunggu warung ini.
Segelas teh manis kupesan, kuambil dua potong gorengan (bakwan jagung dan ketela goreng). Kunikmati minuman sembari berbincang dengan mbak yang menjaga warung. Mbak yang berjaga masih kuliah di salah satu universitas islam dan mengambil jurusan pendidikan.
Aneka makanan tersaji di warung-warungnya |
Warung yang kudatangi ini cukup besar. Sudah ada tempat duduk beratapkan payung, pun dengan satu bangunan besar agak di belakang. Tempat ini luas, mungkin berukuran 6x4 meter. Di dalamnya lesehan, sudah ada televisi serta beberapa papan karambol.
Seperti yang diinformasikan sejak awal, tempat ini setiap hari buka dan sampai malam. Mungkin bangunan ini menjadi salah satu lokasi paling ramai kala malam hari. Karena banyak pengunjung dari sekitar sini yang ingin bersantai sembari menyantap makanan.
Secara spesifik, Bulak Ngebuhan View masih dalam tahap progres berkembang. Adanya warung ini belum sepenuhnya lengkap. Masih lengkap beberapa tempat yang pernah aku singgahi sebelumnya. Semoga saja ke depannya tempat ini progresnya lebih bagus lagi.
Matahari makin terik, tiga pesepeda yang di gazebo sudah pulang, berganti dengan rombongan warga setempat. Mereka pun menikmati waktu libur ke tempat ini. Salah satu bapak sedang berfoto di dekat panggung.
Hanya menikmati teh panas dan gorengan |
Kuteguk habis minuman, lantas menyiapkan diri untuk pulang. Dua gorengan ditambah minuman teh manis totalnya 4.500 rupiah. Tentu bagi setiap orang harga ini murah. Inilah salah satu alasanku sering menyambangi warung-warung yang dikonsep oleh desa untuk menggeliatkan perekonomian.
Bulak Ngebuhan View memang masih terus membangun, melengkapi berbagai fasilitas agar nantinya benar-benar berkembang pesat. Jika sudah berjalan dengan lancar, sebagai pecinta kuliner pagi, para pesepeda mudah mencari tempat mengeteh di tengah sawah.
Aku pulang, sudah kudapatkan beberapa stok foto untuk menceritakan keberadaan Bulak Ngebuhan View melalui tulisan. Pun kusempatkan mengambil sedikit rekaman sebagai penunjang tulisan dengan visual vlog. Semoga tempat ini makin berkembang pesat. *Wonokromo; Sabtu, 12 Maret 2022.
semakin banyak destinasi yang menggunakan nama "bulak" ya
BalasHapussemoga fasilitas umumnya segera ditambah
Seperti sedang marak di Jogja, mas. Tiap akhir pekan, semuanya ramai
HapusAku kira baca tulisan yang sama. Ternyata emang beda, tapi mas nasirullah ini memang hobinya gowes di pedesaan, lalu mampir ke warung yang masih dengan suasana alamnya. Pengen juga kayak gini sekalian bakar lemak yang udah kebanyakan ini. Tapi pasti berujung hanya wacana :')
BalasHapusHehehehe, memang suka nulis seperti ini, karena kebiasaan gowes dan nyari destinasi sambil nyari konten.
Hapusmenarik banget mas ... spot kulineran di tengah sawah ... menurut saya sih asyik.
BalasHapussayang di daerah Jabodetabek sangat jarang spot kulineran seperti ini
duh sawah yang menghijau adalah pelipur lara
BalasHapusdi daerah bantul masih banyak ya sawah seperti ini
bisa buat olahraga dan kulineran juga
mantap wis
Di DIY memang tempat seperti ini jadi destinasi mas, sekarang banyak banget
HapusWah, asyiknya gowes menikmtai Bulak Ngebuhan View yang indah. Itu desanya bersih banget ya, mas. Disapu setiap hari kayaknya oleh masyarakat setempat heheh. Ciri khas mas SItam pasti jajan gorengan dan kopi ga boleh ketinggalan hehehe.
BalasHapusSambil cuci mata lihat hijau-hijau, mbak. Pagi-pagi emang paling pas gorengan
Hapuswah enak nih mas itam...murah meriah tapi dapat gorengan dan teh manis sambil liat view sawah yang lagi dipanen. Jadi kangen jalan jalan ke bantul. Dulu kalau ga salah aku ke bantoel pas golek ingkungan dan di sawahnya itu banyak banget bangau gitu..bagus deh
BalasHapusEnaknya di tempat seperti ini harganya murah-murah :-D
HapusNuansa sawahnya itu yang menarik. Selamat malam, Mas. Terima kasih telah berbagi.
BalasHapusbenar mbak, sawah itu yang bikin tertarik
HapusAku tuh masih suka speechless kalo denger harga makanan di kota2 yg masih murah 🤣. Speechless Krn miris, ga pernah Nemu yg begitu di Jakarta wkwkwkwjw.
BalasHapusTapi mas, itu kalo pesen gorengan gitu, kalo memang udah dingin, ga bisa minta panasin Yaa? Biar gimana gorengan itu enaknya kalo msh panas 😄
Kalau di tempat seperti ini memang murah-murah, mbak. Karena memang di desa.
HapusUntuk digoreng lagi kayaknya jarang ahahahha. Sebagian warung menyediakan goreng tiap pesanan, tidak memberi stok biar hangat, tapi kalau ramai jadi lama