Tulisan Taman Senja Ngelo di Bantul |
Di Bantul ada banyak destinasi baru yang mulai menggeliat. Konsep destinasi wisata dengan berbagai warung bermunculan. Ide-ide kreatif masyarakat setempat patut disyukuri. Mereka bisa menciptakan destinasi buatan dengan cara-cara yang menarik.
Taman Senja Ngelo awalnya kukira warung-warung yang berada di perbukitan dengan menyajikan panorama kala matahari terbenam. Nyatanya tidak, destinasi baru ini malah berada di tepian sungai Opak. Jauh dari daerah perbukitan.
Dipandu aplikasi peta di gawai, kulihat jalur menuju Taman Senja Ngelo. Rute ini hampir mirip menuju Bukit Ngleseh. Hanya saja, sebelum jembatan besar, tepat di pertigaan kuambil belok kanan. Dari sini sudah tampak plang petunjuk arah yang dibuat masyarakat setempat.
Jalur berubah masuk gang, jalan ini cukup satu mobil. Di sisi kanan ada tempat pembuatan bata. Sebuah truk sedang terparkir, banyak orang menaikkan bata ke atas truk. Aku melintas sembari menyapa dan meminta izin melintas.
Sedikit menurun jalannya, kulambatkan laju sepeda. Jalan menuju pertigaan kecil, arah Taman Senja Ngelo turun lurus. Jalur setapak ini berlabur batu dan tanah, sedikit rute gravel hingga sampai area parkir yang luas. Untuk mobil, jalan gang masuk bisa dilintasi.
Tempat parkir sepeda di Taman Senja Ngelo |
Taman Senja Ngelo berlokasi di Pungkuran, Kanoman, Bantul. Destinasi ini masih dalam tahap pembanguan berbagai fasilitas. Secara umum, tempat ini sudah layak dikunjungi. Sebuah kotak sukarela kecil terpasang di meja, aku melintas saja. Belum ada uang kecil, nantinya kuisi ketika pulang dari sini.
Batang-batang bambu terpasang panjang ditopang penyanggah. Dari sini aku paham jika pengelola destinasi Taman Senja Ngelo ini peka dengan pesepeda. Mereka pasti menjadikan pesepeda sebagai salah satu target pasar untuk berkunjung. Makanya ada banyak area parkir sepeda.
Meski masih pagi, nyatanya pesepeda sudah banyak yang berdatangan. Tak hanya di tempat parkir, malah pesepeda membawa sepedanya ke tulisan Taman Senja Ngelo untuk diabadikan. Mereka datang berkelompok. Silih berganti datang dan pergi.
Lahan Taman Senja Ngelo luas, selaras dengan area parkir yang sedang diperbaiki. Warung-warung sudah mulai buka. Meja dan kursi cukup banyak, sehingga pengunjung yang datang tidak kebingungan memilih tempat duduk yang disukai.
Tepat di depan deretan warung, meja dan kursi panjang terpasang. Selain itu banyak kursi kecil tersebar di sudut-sudut area taman. Kulirik salah satu warung yang sudah buka. Seperti biasa, aku memesan teh tawar hangan dan gorengan.
Warung yang ada di Taman Senja Ngelo |
“Pisangnya ada bu?”
“Ada mas, tapi belum kami goreng. Nunggu antre goreng mendoan.”
“Nanti kalau sudah goreng pisang, aku dikasih tahu ya bu,” Jawabku sembari berlalu.
Gorengan di sini harganya sama, tiga potong gorengan harganya 2.000 rupiah. Kuambil tiga mendoan, lantas menuju salah satu gubuk lancip semacam gazebo untuk bersantai sembari melepas lelah. Kuambil gopro dan mengabadikan sekitar.
Sembari duduk santai di salah satu bangunannya, aku menyapun pandangan. Tepat di depanku sebuah panggung kecil yang nantinya dimanfaatkan untuk live music, di belakangnya tampatk bangunan lebih besar. Plang menginformasikan adanya toilet dan musola.
Lalu-lalang pesepeda di pagi hari cukup padat. Bulan ini, Taman Senja Ngelo memang baru melejit. Rute datar menjadikan banyak pesepeda pemula yang berdatangan. Mereka biasanya menjadikan tempat ini sebagai singgahan sebelum melanjutkan ke destinasi yang lainnya.
Pengelola Taman Senja Ngelo membuat tempat ini konsepnya mirip dengan destinasi seperti di Gunung Wangi. Tempat duduk disebar dan buka sampai malam. Kulihat kabel melintang hingga depan tempat parkir yang menyambungkan pada lampu besar.
Mereka yang hendak menikmati waktu sore hingga malam bisa melihat performa band ataupun siapa saja yang bernyanyi. Mungkin ini salah satu alasan kenapa tempat ini bernama Taman Senja Ngelo. Menikmati waktu ketika sore dengan lantunan musik di sini.
Gubuk-gubuk untuk wisatawan yang bersantai di Taman Senja Ngelo |
Bangunan berbentuk gubuk dengan atap lancip berjajar lebih dari enam buah. Hampir semua tempat sudah ada orangnya. Rata-rata mereka adalah pesepeda, tak jarang mereka memotret di depan bangunan. Bisa jadi nantinya hasil foto disebarkan melalui media sosial.
Pisang goreng yang kunantikan belum datang. Ibu pemilik warung baru mengantarkan teh panas. Aku berkeliling menuju tempat yang bertuliskan Taman Senja Ngelo. Melintasi kumpulan ibu-ibu yang sibuk berfoto ria. Ada juga yang sedang mengambil video untuk Tiktok.
Sungai Opak tak deras, namun tampak air tersebut dalam di beberapa titik. Sebuah jembatan kecil sudah dibuat, satu perahu kayu tertambat. Dua anak kecil bermain dengan dampingan seorang bapak. Jika dilihat, mereka seperti masyarakat sekitar yang memanfaatkan waktu libur ke tempat ini.
Pengelola Taman Senja Ngelo juga memberikan jasa naik perahu berkeliling di sekitar aliran sungai Opak. Terpampang harga untuk orang dewasa 10.000 rupiah, sementara untuk anak-anak di bawah 7 tahun dikenai separoh harga.
Jasa naik perahu memang mencuat di beberapa tempat, terlebih lokasinya di perairan. Mungkin saja penyewaan perahu tidak ada setiap waktu. Kadang debit air yang berubah ataupun aliran sungai berubah. Tentu saja, pengelola harus menyiapkan pelampung agar lebih aman.
Penyewaan perahu bagi yang ingin melintasi sungai |
Sepiring pisang yang kupesan akhirnya datang. Sarapan pengganjal perut kali ini tiga potong mendoan, tiga potong pisang goreng, dan teh tawar. Kunikmati sajian pagi dengan melihat rombongan ibu-ibu yang melintas untuk berfoto.
Pukul 07.00 WIB, pengunjung makin banyak. Sebagian besar yang datang rombongan pesepeda kampung. Bukan pesepeda yang biasa kutemui di sekitaran destinasi yang menanjak. Kuhabiskan minuman dan makanan, lantas kubawa gelas kembali ke warung.
Total yang dibayarkan hanya 7.000 rupiah. Perut kenyang, harga gorengan pun murah. Jika ingin makanan berat, di warung ini pun menyediakan. Kuambil sepeda, mengayuh pulang. Sebelumnya, kusisihkan sedikit kembalian untuk mengisi kotak sukarela.
Tepat di pinggir jalan, aku berhenti dan mengambil gawai. Kuketik Gua Permoni, lokasi gua tersebut cukup dekat. Jadi hari ini bisa berkunjung di dua destinasi yang berdekatan. Taman Senja Ngelo sedang merias diri, semoga saja ke depannya tempat ini menjadi salah satu destinasi favorit bagi wisatawan lokal dan warga sekitar.
*Catatan: Penulis mengunjungi Taman Senja Ngelo pada hari Sabtu, 16 Oktober 2021. Kemungkinan fasilitas di destinasi tersebut sudah lebih lengkap lagi.
uenake nongkrong di bawah hutan bambu, sambil ngemil gorengan...
BalasHapusitu sungainya kayaknya lagi surut banget ya... seru juga tuh sepertinya naik perahu
Cocok mas, apalagi harga makanannya murah meriah
Hapusdestinasi di daerah Bantul banyak yang menarik ... konsep warung mungkin bisa lebih tahan lama ya mas .. kalau konsep destinasi selfie umumnya tidak bisa bertahan lama
BalasHapusBanyak konsep seperti ini di Jogja, tujuannya pun untuk para wisatawan sekitar
HapusAsli ini taman masih alami banget ya mas, kalau ngeteh ngopi sambil makan gorengan berasa kaya lagi nongki di belakang rumah mbah hahahah, kampungnya mbahku kebon belakangna kaya gitu soalnya, masih banyak pohon bambu.
BalasHapusAsri dan menyenangkan kalau untuk kumpul atau sekadar bersantai selepas sepedaan
HapusWah, asiknya ngemil gorengan sambil bersantai di warung. Ngadem di Taman Senja Ngelo bagi para pesepeda tampaknya menyenangkan hehe. Oh, jadi perahu yang disewa belum tentu ready tiap hari ya tergantung sikon debit airnya.
BalasHapusSeru mbak, memang menyenangkan. untuk sewa perahu memang melihat kondisi air saat itu
HapusReviewnya jelas dan informatif. Selamat malam, Mas. Terima kasih telah berbagi.
BalasHapusMakasih mbak, semoga tetap produktif menulis
HapusYa ampuuun 3 potong gorengan cuma 2000. Total semua hanya 7000 🤣🤣🤣.
BalasHapusBeda amat Ama di sini, sepotongnya 2000, itu juga kdg ga manis rasa pisangnya 😅😂.
Sukaaa nih tempatnya. Kebayang aja suasana senja, makan cemilan, udara sejuk ditambah ada musik live yg slow atau ceria 😄👍. Kapan2 ke Jogja aku datangin ah mas
Hahahhaa, itulah enaknya di Jogja dan sekitarnya mbak. Harga murah serta menyenangkan buat gowes
HapusMasyarakat Jogja memang kreatif. Untuk wisata mereka sudah mulai ikutan Bali. Banyak banget destinasi sekarang. Jadi kalaupun bolak-balik ke Jogja gak bakal mati gaya :)
BalasHapusKalau dulu ada pasar yang dibuat kemenpar, sekarang jauh lebih mengena karena yang membuat warga sendiri
Hapus