Menikmati Sensasi Naik Perahu di Destinasi Wisata Praon Cawan - Nasirullah Sitam

Menikmati Sensasi Naik Perahu di Destinasi Wisata Praon Cawan

Share This
Menyeberangi Kali Progo dari Bantul ke Kulon Progo
Menyeberangi Kali Progo dari Bantul ke Kulon Progo
Rute bersepeda sudah kutentukan. Pilihanku kali ini melintasi jalan Wates, lantas pulang melewati Nanggulan. Jika dilihat menggunakan aplikasi Strava, rutenya semacam memutar. Dari titik awal ke Sentolo – Nanggulan – Godean, baru pusat kota Jogja.

Tiga destinasi tujuan sudah tinggal disambangi. Kukayuh pedal dengan ritme pelan, bersepeda sendirian memang menyenangkan. Aku bisa mengatur kecepatan secara bebas. Belum juga sampai jembatan Bantar, kulihat ada plang bertuliskan “Praon Cawan” di sisi kanan.

Rencanaku berubah seketika. Sepeda kubelokkan ke kiri dan mengikuti jalan utama. Dari jalan utama, destinasi Praon Cawan katanya tidak sampai tiga kilometer. Perumahan warga lumayan padat, setelah itu area persawahan menjadi lanskap yang indah.

Beruntungnya sudah lengkap papan petunjuk arah ke Praon Cawan. Aku sengaja mengubah rencana karena sewaktu mencari destinasi di sekitaran Sentolo, ada nama Praon Cawan yang masuk direkomendasi. Padahal secara geografis, lokasinya di Bantul.

Jalan panjang dengan kedua sisi bentangan sawah. Untungnya masih pagi, sehingga cukup menyejukkan mata. Berbeda halnya jika melintasi area persawahan kala siang hari. Terik panas matahari menjadikan kita tidak fokus dengan keindahan yang disajikan.
Hamparan sawah di Bantul
Hamparan sawah di Bantul
Di ujung jalan aspal, kembali ada plang petunjuk arah. Seluruh plang tersebut menuntunku sampai di gapura masuk perkampungan. Jalan aspal mulus berganti dengan sedikit berlubang. Namun, suasana teduh makin terasa. Karena jalanan dipenuhi pepohoan yang lumayan rindang.

Laju sepeda kulambatkan, jalanan agak menurun. Di ujung sana terlihat tulisan “Praon Cawan” yang dengan berbagai warna. Di belakangnya, Kali Progo dengan debit air yang lumayan tinggi. Terlebih saat ini masih masuk musim penghujan.

Praon Cawan adalah destinasi wisata di pinggir Kali Progo. Sungai besar ini memisahkan antara Bantul dengan Kulon Progo. Konon, tempat ini merupakan destinasi wisata sejak zaman Belanda. Kemudian di tahun 2010 Praon Cawan menjadi tempat penyeberangan masyarakat sekitar menggunakan rakit bambu, dalam Bahasa Jawa dinamakan Getek.

Lokasi destinasi wisata Praon Cawan di Cawan, Argodadi, Sedayu Bantul. Praon dalam Bahasa Jawa bermakna bermain perahu, sedangkan Cawan adalah nama lokasinya. Sehingga banyak yang mengartikan tempat ini adalah lokasi untuk bermain perahu di Cawan.
Destinasi Praon Cawan di Bantul
Destinasi Praon Cawan di Bantul
Tentu saja bermain perahu dalam arti sebenarnya. Jika dulu bermain perahu berarti memanfaatkan fasilitas perahu sebagai sarana penyeberangan Kali Progo. Kali ini berubah fungsi sebagai sarana bermain perahu oleh pengunjung/wisatawan.

Beberapa tahun penyeberangan berjalan dengan lancar, lantas sempat berhenti beroperasi. Kemudian kembali tercetus oleh masyarakat setempat untuk kembali menghidupkan Praon Cawan. Salah satu ide yang direalisasikan adalah pembuatan perahu.

Perahu-perahu ini dijadikan sebagai hiburan masyarakat yang ingin menyeberangi Kali Progo. Tak hanya berhenti di sana saja, tahun 2018-an geliat ini makin nyata. Pembuatan perahu disambung dengan pembuatan gazebo untuk tempat bersantai sembari menikmati waktu di tepian Kali Progo.

Kini, pemandangan di Praon Cawan lebih rapi. Pembangunan gazebo-gazebo sudah masif, ditambah dengan warung serta fasilitas umum seperti kamar mandi serta musala. Praon Cawan bangkit dari mati suri, meski sekarang kembali diterjang pandemi.
Warung dan Gazebo di Praon Cawan, Bantul
Warung dan Gazebo di Praon Cawan, Bantul
Deretan jaket pelampung terjemur, dua orang bapak sedang sibuk membersihkan sampah. Aku memotret sepeda sembari mengambil klip vlog. Pagi ini, Praon Cawan masih sepi. Pengunjungnya hanya aku sendirian. Kemudian ada dua pesepeda yang datang, sepertinya warga sekitar.

Tempat ini masih sepi, semuanya memang terkait pandemi. Padahal, jika kulihat secara umum sudah cukup bagus. Konsep bangunan ditata, pun dengan pesan-pesan untuk turut menjaga kebersihan serta imbauan tidak membuang sampah di sungai.

Tempat sampah pun sudah disiapkan tiga jenis sampah dengan berbagai keterangan. Lahan luas untuk parkir kendaraan, serta beberapa perahu untuk bermain kayak terbengkalai. Aku menyapa salah satu bapak yang menyapu.

Ditilik dari berbagai ulasan di Google Maps, tempat ini menjadi salah satu opsi berwisata masyarakat setempat. Kulihat ada banyak bertebaran foto-foto para pengunjung sedang asyik menaiki perahu. Sepertinya naik perahu menjadi daya tarik tersendiri.

Potensi wisata di Praon Cawan cukup besar. Karena itulah kawasan pinggir sungai semuanya dibangu lebih baik. Seperti beton agar tidak tergerus abrasi, serta tempat duduk yang menghadapke sungai. Di seberang sana, pun pembangunan mirip dengan banyak kursi.

Aku sendiri penasaran dengan sensasi naik perahu di Praon Cawan. Kutanyai salah satu bapak yang menyapu, seberang sana itu daerah mana. Bapak tersebut menjawab jika seberang sana adalah mendekati area pasar baru Sentolo.
Sampan warga setempat yang menyeberangkan ke Kulon Progo
Sampan warga setempat yang menyeberangkan ke Kulon Progo
Ide menyeberang naik perahu terbesit. Kembali kutanyai apakah hari ini memungkinkan untuk menyeberang ke Sentolo, beliau menyanggupi. Ini artinya, aku bisa menyingkat perjalanan lebih dari 6 kilometer, cukup dengan menyeberangi Kali Progo.

“Kalau sudah siap menyeberang kasih tahu, mas. Biar saya siapkan perahunya,” Ujar bapak yang lebih muda.

Kulihat tadi memang ada satu perahu yang tertambat di tepian sungai. Kunikmati dulu tempat ini, memotret dan mengambil vlog untuk kebutuhan blog. Aku periksa foto-foto di kamera, rasanya sudah cukup. Lantas kupanggil bapak untuk menyiapkan perahu.

Beliau mengarahkanku menuruni tepian sungai di ujung, di sana memang lebih landai. Lantas beliau menuju tempat tertambatnya perahu. Sembari melawan aliran sungai, perahu tersebut mendekatiku di pinggir aliran air.

Perahu di Praon Cawan ini cukup menarik. Dua perahu dijadikan satu dengan penghubung batang kayu. Tujuannya tentu agar lebih seimbang hingga dapat membawa penumpang lebih banyak. Aku diberi jaket pelampung. Sesuai SOP, untuk menyeberang sungai, penumpang wajib menggunakan jaket pelampung.

Ini kali kedua aku menyeberang naik perahu. Sebelumnya, di tahun 2014 aku pernah naik getek (perahu rakit) menyeberang dari Bantul ke Kulon Progo di sekitaran Mangir – Lendah. Pun sama-sama membawa sepeda. Tapi dulu berdua dengan Ardian.

Sepedaku dinaikkan bapak, beliau mengingatkan agar sepeda tetap aku pegangi. Menyeberangi sungai yang alirannya lumayan deras butuh keahlian khusus. Perahu tidak langsung bermanuver belok, mengambil rute melawan arah, lantas menurunkan kecepatan dengan tangan membelokkan kemudi.
Menyeberangi Kali Progo naik sampan warga setempat
Menyeberangi Kali Progo naik sampan warga setempat
Perahu melaju lebih cepat karena mengikuti aliran air, kurang dari lima menit, lagi-lagi perahu mengambil rute agak menyerong. Lantas berbelok balik arah dengan pelan namun pasti. Kali ini aku sudah berada di pinggiran sungai wilayah Kulon Progo.

Kulihat durasi lama rekaman di gopro, selama penyeberangan hanya enam menit. Lantas perahu ditambatkan kedua sisi agar seimbang. Aku belum diperbolehkan turun sebelum bagian perahu sepenuhnya terikat. Bapak yang mengantarkan sekaligus membopong sepeda ke tempat yang rata.

Berkali-kali kuucapkan terima kasih karena sudah dibantu hingga atas. Untuk menyeberang, aku hanya mengeluarkan uang 20.000 rupiah. Rasanya cukup murah bagiku daripada harus balik ke rute semula. Dari sini aku dapat menyingkat perjalanan sekaligus pengalaman baru bisa menyeberang Kali Progo naik perahu.

Kuikuti rute jalan setakap yang diberitahu bapak pemilim perahu. Benar saja, aku sudah di dekat jalan raya. Lokasinya antara Pasar Lama Sentolo dengan Pasar Baru. Kukayuh pedal sepeda hingga sampai perempatan lampu merah. Sepeda kubelokkan kanan, lantas menaiki jembatan dan menuju Sentolo.

Ada banyak kenangan di sekitaran Sentolo kala tahun 2010. Tempat ini taka sing bagiku. Aku terus menyusuri jalur yang pernah kulintasi beberapa tahun silam. Hari ini, aku sudah menyambangi satu destinasi, namun sepi.

Harapannya, Praon Cawan kembali ramai dikunjungi wisatawan lokal. Geliat pariwisata di tahun 2022 ini kelihatannya kembali melejit. Semoga saja. Beberapa tahun ini, seluruh sector terempas karena pandemi. Lantas, satu demi satu kembali menghidupkan asa untuk pulih seperti sedia kala. *Praon Cawan; Sabtu, 12 Februari 2022.

8 komentar:

  1. warung warungnya sudah tertatap rapi ya, dan terlihat bersih
    itu yang nyetir kapal gak pakai pelampung jg ya? heuheuheu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, semoga sekarang mulai ramai. Kok aku kemarin gak memperhatikan ya ahahhahha

      Hapus
  2. Aku juga berharap wisata ini bisa rame lagi. Krn melihat tempatnya kok menarik, dan kliatan kok ditata rapi. Kalo aku kesana, pengen juga naik perahunya bolak balik, sekedar kasih pengalaman ke anak2 :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pas musim kemarau asyik mbak, tidak terlalu besar debit airnya, hehheheh

      Hapus
  3. wah sepi banget ya sekarang mas
    dulu temenku ke sini lumayan rame
    seru banget kalau udah susur sungai gitu
    rasanya pen berulang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oalah malah temannya udah pernah ke sini, mas.
      Kayaknya ini karena efek pandemi, mas

      Hapus
  4. destinasi Praon Cawan tertata baik ... asyik banget jadi spot nyantai di tepi sungai.
    Petualangannya jadi tambah komplit ... nyebrang sungai naik perahu jadi hemat waktu banyak banget ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. sekarang kemungkinan mulai ramai lagi, semoga bisa lebih baik

      Hapus

Pages