Melawat ke Jurang Jero Bersama Kawan Pengayuh Pedal Sepeda - Nasirullah Sitam

Melawat ke Jurang Jero Bersama Kawan Pengayuh Pedal Sepeda

Share This
Bike Camp bersama teman-teman B2W Jogja
Bike Camp bersama teman-teman B2W Jogja
Perjalanan terbilang lama untuk bersepeda. Sekitar pukul 12.00 WIB, akhirnya kami sampai di Jurang Jero, Srumbung, Magelang. Pengelola area kamping Randu Ijo mulai memasang tenda. Enam tenda disiapkan untuk kami.

Beruntung selama perjalanan terbilang lancar, ada sedikit permasalahan kecil terkait sepeda kawan. Tapi semuanya teratasi dengan baik. Kami melepas lelah di musala terbuka, waktunya bersantai sembari menantikan agenda selanjutnya.

Ketela dan pisang rebus mulai kunikmati, pun dengan teh panas dalam cerek. Sembari bersantai, kupandangi tenda-tenda yang sudah disiapkan. Kuambil sepeda dan memotret di sekitar area perkemahan. Sementara yang lain pun sibuk memotret untuk stok foto.

Siang ini kami berbincang dengan Balai Taman Nasional Merapi Merbabu. Di sini beliau mengenalkan zona-zona yang ada di sekitar Gunung Merapi -Merbabu. Obrolan singkat ini membuka wawasan bagi kami, terutama lokasi perkemahan ini di zona apa.
Lokasi tempat camping di Randu Alas Jurang Jero
Lokasi tempat camping di Randu Alas Jurang Jero
Rangkaian acara sudah selesai saat siang. Sore dilanjutkan dengan bersepeda mengeliling Kawasan Pinus. Keseruan di hutan pinus nantinya aku tulis terpisah, tentu agar stok foto yang di sana bisa melimpah terunggah di blog.

Salah satu kawan membawa peralatan kamping sendiri. Dia datang bersama istri dan dua anak kecilnya. Dibantu kawan, satu tenda pun didirikan, berdekatan dengan tenda-tenda yang lainnya. Acara kamping ini malah mirip reuni kawan-kawan pesepeda.

“Sayang sudah bawa berat-berat, mas. Masa tidak didirikan,” Ujar kawan lulusan dari Geografi UGM.

Ide berkemah ini muncul dari Om Cholik, beliau mengutarakan sewaktu kami kumpul bareng teman-teman Bike to Work Jogja. Hingga pada momentum tertentu, agenda ini dapat direalisasikan. Pemilihan lokasi pun sudah melalui pertimbangan.

Enam tenda sudah siap, tambah satu yang didirikan kawan untuk dia dan keluarganya. Kami sudah mempunyai opsi yang lain. Jika nanti malam hujan, kantong tidur (sleeping bag) yang disediakan kami ambil dan tidur di musala.
Kawan mendirikan tenda tambahan
Kawan mendirikan tenda tambahan
Satu tenda ini bisa untuk tiga orang, di dalamnya memang ada tiga karpet dan tiga kantong tidur. Menurut mas Cholik, untuk satu tenda ini harganya 100.000 rupiah. Untuk informasi lebih jelas bisa menghubungi pengelola perkemahan di Randu Alas, Jurang Jero.

Sore hari tanpa ada kegiatan, kami dibebaskan sampai magrib. Tidak ada yang bersepeda, malah kami duduk santai sambil berbincang-bincang. Salah satu kawan mengeluarkan kopi bubuk yang didapatkan dari Desa Wadas, kopi ini bernama Kepada Tanah.

Sedari awal, aku memang sudah membawa mug kecil untuk mengopi. Kawan panitia sudah menyiapkan kompor dan tabung gas tiga kilo. Semuanya ingin menyeduh kopi. Aku sendiri cukup menunggu air mendidih, tak perlu banyak bekerja.

Randu Alas menjadi tempat yang asyik untuk berkamping. Pengelola sudah berkoordinasi dengan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) terkait area Randu Alas yang dijadikan sebagai tempat untuk berkemah bagi wisatawan.
Mengopi kala sore hari
Mengopi kala sore hari
Pengelolaan tempat ini pun sudah cukup baik. Selain untuk orang yang ingin berkemah, di lapangan ini juga dimanfaatkan sebagai lokasi rest area para wisatawan yang menyewa jeep. Terlebih di sini sudah ada fasilitas yang memadai.

Area terbuka dilengkapi dengan spot foto, di bagian bawah yang mendekat aliran air pun sudah dibuatkan arena untuk bermain air. Warung juga buka meski tidak 24 jam, tetapi sudah cukup mumpuni bagi orang-orang yang hendak bersantai.

Masih di area yang sama, dua kamar mandi dan empat keran di tempat terbuka yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk mencuci ataupun berwudu. Musala berada di sampingnya, tempat ini berbentuk panggung dan terbuka.

Selain bangunan musala, juga ada satu bangunan lagi yang dimanfaatkan teman-teman untuk menaruh kompor dan gelas. Kami berkumpul di sana, membuat kopi, ataupun berbincang santai sembari membahas rencana esok pagi.
Toilet dan musola terbuka di Randu Alas
Toilet dan musola terbuka di Randu Alas
Malam harinya kembali kami berbincang dengan lintas komunitas. Mulai dari teman-teman warga Randu Ijo yang berkolaborasi dengan Taman Nasional untuk penghijauan lahan, hingga mengundang komunitas Resan Gunungkidul.

Aku didapuk menjadi moderator dadakan. Kami berbincang santai di musala. Perbincangan ini ditemani wedang teh dan kacang rebus. Kami berbagi pengalaman cerita dengan komunitas terkait menjaga alam. Pengalaman para komunitas benar-benar menginspirasi.

“Ada yang menganggap kami ini para penyembah pohon,” Ujar salah satu kawan dari Komunitas Resan.

Sebelumnya, aku sudah membaca berbagai tulisan termasuk Komunitas Resan ini. Kegiatan mereka dalam menjaga hutan di Gunungkidul patut diapresiasi. Mereka bahkan tak segan mencari sumber air yang dulunya mengalir tapi sekarang sudah tak terawat.

Malam makin larut, seluruh agenda berjalan dengan lancar. Kami habiskan waktu dengan bersantai, menunggu mata ini hingga terkantuk. Kusambangi salah satu tenda, lantas terlelap di sana bersama Om Asa dan Om Thomas.
Berbincang dengan berbagai komunitas - Dok Wisnu Ajisatria
Berbincang dengan berbagai komunitas - Dok Wisnu Ajisatria
Waktu subuh, kami kembali mencari tantangan baru dengan bersepeda. Keseruan ini nantinya kuceritakan pada tulisan yang berbeda. Lepas bersepeda, kami kembali bersantai di tenda sembari menunggu waktu sarapan.

Ibu pemilik warung sudah berkoordinasi dengan panitia untuk menyediakan sarapan. Menu sarapan pagi ini adalah soto. Tanpa menunggu waktu lama, soto dan tahu bacem langsung kunikmati. Soto dan teh adalah paket komplit di tempat sejuk seperti ini.

Sedari subuh sudah melakukan berbagai aktivitas bersepeda. Kami masih ada satu kegiatan lagi yang nantinya dilakukan. Tak jauh dari warung tempat sarapan, berbagai bibit pohon tumbuh subur setinggi setengah meter. Pohon-pohon ini siap ditanam. *Jurang Jero, 04 Juni 2022.

14 komentar:

  1. Seru juga kayaknya ya Mas, sepedaan terus ngecamp gitu. Jadi pengen, tapi disini nggak ada komunitas sepedanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau sendirian atau berdua mending ngecap tapi naik motor, bang. Lebih nyaman ehehhehe

      Hapus
  2. Aku belum pernah bersepeda sambil kemping. belum ada pengalaman sama sekali. Di sekitar semarang banyak tempat kemping. Sekali-kali perlu dicoba. Biar sekalian bikepacking.

    Jadi penasaran dengan bersepeda di waktu subuh. Harus siap lampu penerangan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kabupaten Semarang potensinya banyak, mas. Tinggal bagaimana kita yang menggerakkan. Sebenarnya asyik kalau komunitas sepedanya aktif

      Hapus
  3. fasilitasnya lengkap ya, ada warung, kamar mandi, dan mushala
    mantap

    BalasHapus
  4. Seru banget pasti ya mas, suamiku pgn bgt camping kaya gini, tapi akunya ogah2an, jaman sekolah udah kenyang camping pramuka dr yg 1 tenda buat 1 orang ampe yg 1 tenda buat 100 orang hahhaha, tapi kadang kangen juga ama suasana camp kaya gini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheheh, beda sama aku, mbak. Malah aku zaman sekolah sampai kuliah jarang ikut acara seperti ini.

      Hapus
  5. Ini pernah diminta Ama suamiku, dia sesekali pengen nyobain kemping begini 🤣. Bukan glamping Yaa... Cuma sampe skr aku msh belum iyain, Krn ga yakin bisa tahan hahahahhaa. Tapi kalo baca tulisan temen2 yang udah ngerasain kok ya seru kayaknya 🤭😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau memang bareng suami, mending camping glam aja, mbak. Gak banyak yang dikerjakan. Bisa fokus santai hahahah

      Hapus
  6. Wow, para pesepeda kemping bareng nih. Itu dekat musola ada kolam kecil ya mas? Agak serem kayaknya kalau di sana sendirian hihihi :D Serunya ngumpul bareng apalagi sambil ngeteh, ngopi plus makan gorengan seperti mas Sitam biasa suka hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena ini dadakan, jadi banyak yang ikut mbak. Kebayang kalau gak dadakan, pasti malah gak ramai

      Hapus
  7. seru banget gowes sambil camping begini ...
    keren juga bikin acara lintas komunitas seperti ini mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mumpung waktunya memungkinkan untuk mengadakan kumpul lintas komunitas, om. Jadi kita bisa bersantai dan saling berbagi cerita

      Hapus

Pages