Minggu Pagi Bersepeda ke Kopi Jipangan Bantul - Nasirullah Sitam

Minggu Pagi Bersepeda ke Kopi Jipangan Bantul

Share This
Ray of Light di Kopi Jipangan
Ray of Light di Kopi Jipangan
Spot foto berbalur cat merah dengan tulisan Kopi Jipangan ramai menjadi tempat berfoto para pesepeda. Mereka mengunggah di media sosial dan menuliskan narasi serta lokasi destinasi tersebut. Kopi Jipangan mulai menarik perhatian pesepeda di Jogja.

Nama Kopi Jipangan baru kuketahui dari teman-teman Bike to Work Jogja. Di akhir bulan Oktober, kami menyelenggarakan event sepeda yang disokong Dinas Pariwisata DI Yogyakarta dan Bank Indonesia dengan tema Visiting Jogja Cycling Tour dan menjadikan tempat itu sebagai salah satu spot check point.

Sudah kurencanakan untuk mengunjungi destinasi tersebut tepat saat bersepeda akhir pekan. Tak kesulitan mencari lokasinya, aku pernah melintasi jalur yang searah ketika bersepeda bareng mahasiswa internasional awal tahun ke Gunung Mijil.

Rute ke destinasi kopi Jipangan sangat direkomendasikan bagi pesepeda pemula. Tak ada tanjakan dan jarak dari pusat kota Jogja terjangkau. Titik koordinat pada Google Maps akurat. Ketika kita mengikuti rutenya, tidak tersesat.
Suasana di Kopi Jipangan
Suasana di Kopi Jipangan
Sesampai di Kopi Jipangan, pengunjung masih sepi. Aku bersua dengan dua pesepeda. Kami saling menyapa dan berfoto. Meski baru ketemu, nyatanya kami satu grup di Komunitas Jogja Gowes. Bahkan saling kenal dengan beberapa orang di komunitas tersebut.

Kami berbincang membahas topik yang biasa ramai diperbincangankan di grup Jogja Gowes. Sesekali beliau memintaku memotret dengan latar spot kopi Jipangan. Setelahnya, kami kembali duduk santai di meja dan kursi batu permanen.

Dua teh panas tiba, salah satu bapak langsung meminta pramusaji untuk memesan satu teh panas lagi, pun dengan tiga mangkuk Soto. Pagi ini, aku ditraktir dua bapak yang sedari awal kuajak berbincang. Kami seperti kawan lama di sepeda yang baru bertemu.

Kopi Jipangan ini memang baru buka. Diruntut dari cerita pemiliknya, warung Kopi Jipangan buka pada tanggal 10 September 2022. Artinya, warung kopi Jipangan ini baru berjalan lebih dua bulan ketika aku menyambanginya.

Fasilitas di kopi Jipangan cukup mumpuni. Tempatnya juga sudah terkonsep dengan baik. Setidaknya, sudah ada plang petunjuk arah dari jalan utama hingga tersedia dua toilet lengkap dengan musola. Kopi Jipangan buka pagi hingga pukul 23.00 WIB.
Warung kopi Jipangan yang ramai tiap akhir pekan
Warung kopi Jipangan yang ramai tiap akhir pekan
Satu bangunan utama berbentuk limasan. Di sini semua pengunjung bisa memesan berbagai menu yang disediakan. Tampaknya, kopi Jipangan berkonsep layaknya warung makan yang ada di tepian sungai. Makan berat tersedia sejak pagi hari.

Untuk menggaet para pesepeda, tiap akhir pekan di kopi Jipangan menyediakan menu tambahan makanan berkuah. Minggu ini sudah tersedia Soto. Katanya, menu tersebut kadang berganti dengan sop ataupun yang lainnya.

Selain bangunan utama limasan, di atas juga berjejer gazebo kecil. Pun dengan area dekat dapur sudah tersedia meja dan kursi kayu. Sementara tepat di tanah bebatuan berjejer meja dan kursi permanen dari batu. Bebatuan ini dibeli dari sekitaran Tebing Breksi.

Suara aliran air cukup menjadi penenang. Terlebih di kopi Jipangan dikelilingi pohon bambu. Aliran Kali Bedog ini dimanfaatkan sebagian orang untuk memancing. Tak jauh dari kopi Jipangan, tampak beberapa orang yang asyik memegang jorang pancing.

Debit air Kali Bedog cukup tinggi. Pada malam hari debitnya sempat mencapai anak tangga yang di area kopi Jipangan. Tak sedikit para pengunjung yang menuruni sungai ini. Berfoto dengan latar belakang aliran air. Yang perlu diperhatikan tentu debit air dan tanah berlumpur.
Pemandangan sungai Bedog di Kopi Jipangan
Pemandangan sungai Bedog di Kopi Jipangan
Salah satu keuntungan datang pagi hari serta selepas hujan adalah adanya Ray of Light. Semburat cahaya matahari di sela-sela rimbun dedaunan bambu menjadikan cahaya tersebut membentuk sorotan yang berpendar. Pemandangan seperti ini tentu diidamkan para pecinta fotografi.

Kuambil kamera, lantas mengabadikan semburat ray of light ini mumpung belum hilang. Pada waktu-waktu tertentu, cahaya yang menerobos celah dedaunan bambu memang menjadi salah satu objek yang menarik. Terlebih saat musim hujan, dan paginya cukup cerah.

Pengunjung Kopi Jipangan cukup beragam. Setiap pagi, khususnya akhir pekan didominasi para pesepeda. Menjelang siang sedikit, mulai banyak rombongan keluarga. Hal ini yang membuat menu makanan dan minuman di warung ini dominan makanan berat.

Spot foto kopi Jipangan terus menarik perhatian para pengunjung. Mereka berfoto dengan latar bingkai tersebut. Bahkan, pemilik warung menyediakan satu batu sebagai tempat duduk bagi mereka yang ingin berfoto sendirian menghadap ke sungai atau sebaliknya.
Sepeda dan Ray of Light di Kopi Jipangan
Sepeda dan Ray of Light di Kopi Jipangan
Teh panas, tempe goreng, dan pisang goreng sudah tersaji. Kami menikmati sajian pagi ini sembari berbincang. Tak lama berselang, tiga mangkuk soto pun diantarkan. Lagi-lagi kami santap sampai tuntas. Hari yang cukup beruntung, pagi ini semuanya ditraktir dua bapak yang baru kukenal.

“Terima kasih atas traktirannya, pak. Sukses dan sehat selalu,” Ucapku sembari menyeduh minuman.

Tak lama berselang, dua bapak ini izin pulang lebih awal. Aku tinggal sendirian menikmati pagi hari di kopi Jipangan. Lalu-lalang pesepeda melintas. Beberapa di antaranya juga duduk santai sembari menikmati minuman yang dipesan.

Warung kopi Jipangan ini memang menjadi cukup populer dikalangan pesepeda. Harapannya mereka tetap menyajikan minuman dan makanan yang bisa dinikmati para pesepeda kala pagi hari. Rata-rata, pesepeda pagi hari jarang makan dengan menu berat.

Area warung yang luas dan dikelilingi bambu menjadi nilai tambah. Konsep warung bisa ditambah dengan tempat duduk terbuka, hingga diselipkan satu atau dua tempat sampah yang lumayan besar, sehingga nantinya pengunjung bisa membuang sampah pada tempatnya.
Spot foto di Kopi Jipangan Bantul
Spot foto di Kopi Jipangan Bantul
Selain itu, mungkin juga ditambah imbauan untuk pengunjung yang turun ke sungai agar Haiti-hati. Terkadang tangga agak licin, ataupun debit air bisa lebih besar pada masa-masa tertentu. Sehingga pengunjung bisa lebih nyaman dengan imbauan tersebut.

Terlepas dari itu, warung kopi Jipangan menjadi opsi bagi pesepeda yang ingi mengeteh kala pagi tanpa harus melintasi tanjakan. Pemandangan juga cukup bagus, dan pastinya ada makanan-minuman yang sesuai dengan kantung para pesepeda.

Hari lumayan terik, aku bergerak pulang. Sebelumnya, aku sempat berbincang dengan pemilik warung. Kami saling bertukar informasi, aku pun menginformasikan beberapa masukan. Harapannya tentu destinasi seperti ini tidak hanya ramai sesaat. Butuh inovasi lebih lanjut dari pengelola Kopi Jipangan agar terus diminati pengunjung. *Minggu, 13 November 2022.

12 komentar:

  1. destinasi yang asyik nih ... bernuansa alam .. dan ramah goweser ... ngga perlu nanjak 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa buat santai kang, gak perlu bikin kopi sendiri

      Hapus
  2. syahdu tenan lokasine
    mirip nang mburi omahku
    ono hutan bambu (papringan) karo sungai
    tapi biasane kalau deket hutan bambu, banyak nyamuknya mas, disitu gimana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di sini pas datang masih aman dari nyamuk, mas. Opsi biar nyamuk sedikit menghilang tambahi lavender atau serai mas.

      Hapus
  3. Aku sukaaa banget dengan tempat begini. Rumahnya khas Jogja banget, hidangan juga pasti ala Jogja rumahan. Makan soto bening sambil denger suara sungai mengalir ,mau seeprti apapun rasanya, pasti berasa enak banget 😄.

    Semoga sih tempat ini tetep bertahan ya mas, dan mau memperhatikan saran2 dari pengunjungnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jogja masih banyak tempat-tempat seperti ini, mbak. Menyenangkan loh

      Hapus
  4. teh panas, soto anget, tempe goreng, pisang goreng...kombinasi yang pas...ketambahan semilir angin dari rumpun bambu dan sungai bedok yang permai...menjadikan pagi di sana adalah energi baru tuk memulai aktivitas

    BalasHapus
  5. Tempatnya asyik buat tujuan bersepeda. Apalagi ada makanan dan minuman. Bisa istirahat dan sekaligus makan. Bener juga, kalau pagi pesepeda menghindari makan berat. Lebih memilih camilan dan minum aja.

    Suasana sungai dan air pohon bambu jadi kombinasi yang menenangkan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tempat-tempat seperti ini menjadi opsi buat disambangi dengan jarak dan jalur menyenangkan, mas

      Hapus
  6. Sungai Bedog keliatan menarik untuk disinggahi :) Destinasi seperti ini memang cocok untuk menghindari stres tingkat tinggi. Relaksasi sejenak memandang air dan gowes kece supaya tubuh sehat dan bugar pikiran tenang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cocok buat bersantai mbak, terlebih kalau ada pisang gorengnya

      Hapus

Pages