Angkringan Pinggir Sawah di Jambidan - Nasirullah Sitam

Angkringan Pinggir Sawah di Jambidan

Share This
Angkringan tepi sawah
Angkringan tepi sawah
Teh panas kuseduh, suasana tenang kala pagi di salah satu angkringan. Aku menyapu pandangan. Seorang bapak sedang sibuk mengusir sekumpulan burung yang beterbangan di atas hamparan padi. Angkringan ini menjadi satu-satunya warung yang masih buka di tempat yang mungkin pernah viral dengan nama Mbulak Healing.

Rute bersepeda terus berlanjut. Sejak semalam aku sudah menentukan rute tujuan. Selepas dari embung Gajah Wong Bedukan, seharusnya aku menyambangi salah satu kedai kopi yang tertera buka pagi. Begitu mendekati lokasi, nyatanya kedai tersebut tutup.

Aku terus mengayuh, tiap sisi pemandangannya petakan sawah. Hingga aku melintasi sebuah angkringan sederhana di tepian jalan. Angkringan ini berdempetan dengan bangunan untuk para petani bersantai kala pagi. Bergegas aku berbalik arah, menghentikan sepeda tepat di depan angkringan.

Tak jauh dari angkringan, bekas bangunan gazebo berjajar dan sudah rusak. Dilihat dari bentuknya, tempat ini sepertinya pernah ramai di beberapa tahun yang lalu. Penasaran dengan jejeran gazebo tersebut, aku langsung membuka gawai, mengakses aplikasi Google Maps.
Jalanan yang menyenangkan
Jalanan yang menyenangkan
GPS langsung mendeteksi tempatku saat ini, sebuah nama Mbulak Healing tertandai di koordinatnya. Kubaca beberapa ulasannya, ternyata memang tempat ini merupakan destinasi yang pernah ramai, khususnya waktu pandemi. Bahkan, setahun yang lalu pun masih buka.

Di angkringan sudah lumayan banyak orang. Tampaknya, sebagian besar yang di angkringan merupakan warga setempat. Mereka sengaja menikmati waktu pagi untuk berkumpul sebelum sibuk dengan rutinitas di sawah. Sepeda kuparkirkan, lantas duduk di kursi panjang.

“Teh panas satu, bu” pintaku.

Ibu yang sibuk menggoreng tempe di belakang bergegas membuatkanku minuman. Tak lama kemudian, bapaknya turut membantu. Angkringan ini dijaga sepasang suami-istri. Mereka melayani pembeli. Menariknya, gorengan yang disediakan komplit.

Pisang goreng tentu menjadi pilihan utamaku, seperti niat awal waktu bersepeda. Aku duduk santai, menikmati minuman sembari memandang hamparan sawah. Di sini, aku bisa melihat aktivitas masyarakat saat bertani. Sesekali kuambil kamera dan mengabadikan kesibukan tersebut.
Memesan teh panas dan gorengan
Memesan teh panas dan gorengan
Angkringan ini tampak begitu sederhana. Tidak berbentuk tenda, angkringan ini bangunan terbuka yang beratapkan anyaman daun kelapa. Angkringan berdekatan dengan satu bangunan tembok yang terbuka untuk memarkirkan kendaraan para warga setempat saat ke sawah.

Lokasi tepat di jalanan tengah sawah membuatku makin suka dengan suasananya. Sedari dulu, aku memang sering berharap ketemu angkringan seperti ini yang buka pagi. Tujuannya tentu ingin mengeteh sembari menikmati pemandangan kala pagi.

Sekian lama mencari rute, nyatanya ada angkringan ini yang sesuai dengan harapanku. Terlebih beliau menyediakan gorengan, termasuk pisang goreng. Aku tidak tau sampai jam berapa angkringan buka, tetapi pisang ataupun tempe digoreng langsung di tempat.

Cukup lama aku menikmati waktu di angkringan. Berbincang dengan salah satu warga yang juga langganan datang ke tempat ini. Obrolan ringan tersaji. Sesekali, kucuri dengar perbincangan warga setempat. Di masyarakat sini, tentu bahasannya tak jauh-jauh dari sawah.

Sedikit kucari informasi tentang Mbulak Healing. Dari informasi yang kudapatkan, tempat ini memang dikonsep seperti destinasi yang tak jauh dari sini. Seingat Aku, yang terdekat adalah Mbulak Wilkel, destinasi favorit para masyarakat kala pagi.

Angkringan tepi sawah
Angkringan tepi sawah
Jalanan yang di dekat angkringan mempunyai selokan kecil, aspalnya juga cukup halus. Sehingga bagi para pesepeda suka dengan jalur seperti ini. Saat aku duduk santai saja, sudah ada beberapa kali pesepeda akhir pekan yang melintas. Sepertinya mereka hendak ke destinasi yang lainnya.

Mbulak Healing cukup ramai pada masanya. Destinasi seperti ini tentu mempunyai banyak tantangan untuk dapat tetap konsisten buka. Sayangnya, tak berapa lama tempat tersebut senyap. Menurutku, angkringan ini sudah lebih dulu ada sebelum dibuat Mbulak Healing.

Lagi-lagi, kusesap minuman hangat. Kuambil nasi bungkus, dan sarapan di angkringan. Pengunjung angkringan silih berganti. Namun didominasi warga sekitar, meski sesekali ada beberapa orang muda yang turut menyesap kopi kemasan.

Lokasi angkringan memang strategis, terlepas dapat pengunjung dadakan sepertiku, angkringan ini sepertinya sudah mempunyai pelanggan tetap. Warga yang ingin menikmati teh ataupun menyesap kopi. Mereka bisa menyesap kopi sembari duduk di bangunan dekat angkringan.

Masyarakat di sini layaknya warga di tempat lain yang ramah. Berkali-kali aku disapa, diajak berbincang. Tak sedikit dari mereka menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi. Bersepeda dan mengenakan caping anyaman bambu.
Bapak-bapak bersepeda jengki
Bapak-bapak bersepeda jengki
Lebih dari satu jam aku bersantai di angkringan. Para petani mulai menggarap sawah. Ada sebagian sedang menanam padi, ada juga yang sudah menghijau. Bangunan samping angkringan mulai sepi, hanya ada beberapa sepeda dan motor.

Pemilik angkringan kembali menggoreng mendoan. Niatku ingin pulang kembali terjeda, aku menunggu sampai mendoan tersebut disajikan. Selain itu, aku juga membungkus beberapa pisang goreng untuk kubawa pulang.

Sebuah perjalanan yang tak disangka. Aku suka dengan suasana serta lokasi angkringan ini. Bahkan aku sudah mempunyai rencana, jika suatu ketika gabut ingin bersepeda pagi, angkringan ini yang kutuju. Lokasinya tidak jauh, pemandangan indah, serta ada pisang gorengnya.

Rasanya sudah cukup lama duduk santai di kursi angkringan. Satu persatu kusebut gorengan yang kumakan, tak lupa minumannya. Lantas membayar sebelum pulang. Tempat yang sederhana justru jauh lebih menyenangkan.

Pantas saja dulunya tempat ini bernama Mbulak Healing. Bisa jadi dulu banyak orang yang ingin melepas kepenatan dengan bersantai sepertiku. Menyesap kopi, ngemil gorengan, dan mata terus memandang hamparan sawah diiringi suara gemericik air. *Jambidan; Sabtu, 18 Mei 2024.

10 komentar:

  1. bersantai sambil ngopi atau ngeteh di warung dekat sawah emang syahdu sekali ya mas, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apalagi tempatnya seperti ini, mas. Memang menyenangkan

      Hapus
  2. Bersepeda menyusuri persawahan lalu ketemu angkringan sederhana kayak gini berasa damai hati ya, Mas SItam. Biasanya pesan kopi dan gorengan hehehe. Mimi teh juga enak. Warga di desa sana ramah banget ya pada menyapa mas. Menikmati camilan sambil melihat pemandangan sawah rasanya syahdu gituuuuu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enaknya tinggal di daerah pedesaan memang begini mbak. Bisa berbincang dengan masyarakat setempat

      Hapus
    2. Oh, namanya Mbulak Wilkel ya? Unik banget. Makan nasi bungkus sederhana tapi rasanya istimewa ya. Dari GPS tempat ini udah dikenal berati semakin banyak pesepeda mampir dan duduk2 santai sambil ngopi dan menikmati gorengannya :D

      Hapus
    3. Iya, Mbulak Wilkel malah lebih bagus dan tertata dengan baik

      Hapus
  3. emang enak nongkrong sambil makan gorengan
    kadang sampek kelewatan batas makan gorengnya sampai 20 biji
    saking enaknya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa nunggu yang masih panas kalau sabar hahaaha

      Hapus
  4. gorengan di angkringan memang paling mantap :D

    BalasHapus

Pages