Kembali Menyambangi Embung Tegaltirto di Berbah - Nasirullah Sitam

Kembali Menyambangi Embung Tegaltirto di Berbah

Share This
Embung Tegaltirto di Berbah
Embung Tegaltirto di Berbah
Aku duduk santai di gazebo, suasana embung Tegaltirto pagi ini masih sepi. Selama di sini, aku bertemu dengan beberapa pengunjung. Rata-rata, mereka adalah penduduk setempat yang rumahnya tak jauh dari embung. Selain itu, ada juga beberapa orang yang memancing di sungai dekat embung.

Setiap pekan, aku menyempatkan untuk bersepeda menyambangi beberapa destinasi yang terjangkau di Jogja. Sejak akhir 2024 hingga sekarang, aku masih cukup konsisten mengunjungi beberapa embung. Entahlah, aku sendiri masih bingung, kenapa pilihan destinasiku menyambangi embung-embung yang lokasinya cukup terjangkau untuk bersepeda.

Di Tegaltirto, salah satu desa di kecamatan Berbah setahuku ada embung. Namanya disesuaikan dengan nama desa, embung Tegaltirto. Pertama kali menyambangi embung Tegaltirto antara tahun 2017 jika tidak salah. Saat itu, aku mengikuti kopdar sepeda dari komunitas Pitnik.

Setelah itu, bertahun-tahun aku tidak menyambangi destinasi tersebut. Meski acapkali melintas jalan tak jauh di sana. Embung Tegaltirto hanya sepelemparan batu dengan destinasi Lava Bantal. Bahkan kedua destinasi tersebut bisa dilintasi melalui jalan cor jika bersepeda.
Suasana embung Tegaltirto kala pagi
Suasana embung Tegaltirto kala pagi
Kondisi embung Tegaltirto sepi. Layaknya sebagian besar embung yang ada di Jogja. Dulu, setiap embung cukup ramai, terlebih masa pandemi. Ada banyak warung yang berjualan sekadar teh panas dan gorengan. Kini, rata-rata embung senyap. Sunyi dan sedikit terlupakan.

Seorang bapak sedang momong anak meninggalkan embung. Keduanya menggunakan sepeda, bisa jadi bapaknya sedang menemani anak untuk bersepeda di area yang cukup luas dan jauh dari keramaian. Embung Tegaltirto memang cukup memadai sebagai area lahan bermain anak-anak.

Hanya saja, antusias para pengunjung sudah redup. Jika aku melihat berbagai wahana yang mulai usang dan terbengkalai. Di salah satu sudut embung, kulihat semacam permainan di air sudah disandarkan, menunggu waktu untuk rusak dengan sendirinya.

Aku menyempatkan untuk berkeliling dengan sepeda. Lantas duduk santai di gazebo yang masih cukup terawat dengan baik. Kulongok bagian toilet umum, masih cukup terjaga kebersihannya meski tidak sepenuhnya bersih. Sepertinya toilet ini masih digunakan.

Suasana pagi cukup sepi, padahal lintasan embung ini luas. Sebenarnya, tempat ini sangat layak dimanfaatkan untuk jogging. Jika melihat suasana pagi, sepertinya tidak banyak yang lari pagi. Bisa jadi berbeda halnya dengan sore hari.
Berbagai wahana permainan yang tidak terawat
Berbagai wahana permainan yang tidak terawat
Melihat tergeletaknya beberapa sampah makanan, aku meyakini bahwa embung Tegaltirto masih menarik perhatian para pengunjung, khususnya sore hari. Mungkin yang perlu diperhatikan adalah saling menjaga kebersihan, agar sampahnya tidak terbuang sembarangan.

Kuamati sekitar, di ujung embung baru datang seorang warga yang naik sepeda listrik. Beliau tidak lama, hanya memutari sekali, lantas meninggalkan area embung Tegaltirto. Aku masih duduk santai di gazebo sembari meneguk air mineral.

Tak lama kemudian, dua orang datang. Mereka berolahraga lari memutari embung. Keduanya dengan leluasa berolahraga. Jika kulihat dari kejauhan, sepertinya mereka juga pengunjung tetap embung. Menyenangkan melihat embung dimanfaatkan menjadi lintasan berlari.
Gazebo dan toilet umum di embung Tegaltirto
Gazebo dan toilet umum di embung Tegaltirto
Sebenarnya, keberadaan embung bisa menjadi destinasi wisata, arena berolahraga, tempat momong anak, maupun sebagai wadah menampung air untuk pertanian. Jika semuanya berjalan bersinambungan, bukan tidak mungkin dapat menggerakkan perekonomian masyarakat setempat.

Embung Tegaltirto kini senyap, bangunan warung sudah tidak buka kala pagi. Antusias para pengunjung sudah kembali turun dengan berbagai faktor. Jika dilihat dari perkembangan di Jogja, hampir sebagian besar embung yang sempat ramai, kini sepi.

Padahal, embung Tegaltirto lokasinya berdekatan dengan Lava Bantal. Pun sama kondisinya, keduanya mulai meredup. Butuh ide dan semangat baru untuk kembali membangkitkan geliat pariwisata, sehingga para wisatawan datang.
Salah satu pengunjung di embung Tegaltirto
Salah satu pengunjung di embung Tegaltirto
Suara riuh di belakangku, sekumpulan remaja membawa jorang menikmati waktu memancing di sungai yang dekat dengan embung. Mereka menyempatkan melihat embung, lantas kembali menuju aliran sungai untuk menikmati hobi mereka.

Kembali aku mengabadikan sudut-sudut embung Tegaltirto. Menikmati suasana sepi dengan harapan ke depannya embung ini dapat kembali ramai. Ada pengelolaan yang lebih baik, lantas mempunyai inovasi-inovasi menarik agar geliat perekonomian masyarakat setempat ikut bergerak.

Kulirik arloji di tangan, sudah pukul 07.30 WIB. Target bersepeda ke embung sudah terpenuhi. Waktunya meninggalkan embung Tegaltirto. Aku melintasi jalan cor yang menghubungkan embung dengan Lava Bantal. Jalur ini hanya bisa dilintasi sepeda dan pejalan kaki.

Doaku masih sama, semoga embung-embung yang lokasinya tak jauh dari perkampungan dapat kembali dirawat dengan baik dan menjadi salah satu opsi area terbuka bagi masyarakat. Keberadaan embung bisa menjadi wahana bermain anak-anak dengan pendampingan orangtua. *Sabtu, 21 September 2024.

1 komentar:

  1. Embung Tegaltirto ini sebenarnya ya...bagus kalau dirawat dengan baik. Padahal areanya cukup luas dengan pemandangan serba hijau dan alami. Bisa buat jogging, sepedaan, dll. Itu yang kayak kano 3 pakai sadel jadi sepeda ya unik juga hehehe. Sepi pengunjung nih. Coba kalau ditingkatkan dan ditinjau ulang perawatan dan perbaikannya, bisa ramai lagi deh.

    BalasHapus

Pages