Kepulan Asap dari Kawah Sikidang - Nasirullah Sitam

Kepulan Asap dari Kawah Sikidang

Share This
Pengunjung di Kawah Sikidang Dieng
Pengunjung di Kawah Sikidang Dieng
Kawah Sikidang menjadi salah satu destinasi andalan yang ada di dataran tinggi Dieng. Destinasi ini ramai dikunjungi kala akhir pekan. Dari kejauhan, terlihat para wisatawan asyik berfoto meski kepulan asap belerang menyebar ke segala penjuru.

Di tahun 2024, aku menginjakkan kaki di Dieng untuk ketiga kalinya. Namun, hanya dua kali menuju kawah Sikidang. Sebelumnya, kunjungan pertama di tahun 2013. Tentu jauh perbedaannya untuk fasilitas dan penataannya.

Akses jalan ke kawah Sikidang sudah dibangun jembatan. Menilik dari berbagai informasi, jembatan yang terbuat dari kayu ini diresmikan pada awal tahun 2021. Panjang jembatan yang lebih dari 1 kilometer ini dikenal dengan sebutan Jembatan Khayangan.

Dari destinasi pertama di sekitaran candi Arjuno, iringan jip menuju kawah Sikidang. Jip yang kami naiki berada di deretan depan, kawasan parkir di kawah Sikidang ramai wisatawan. Kami sengaja berkumpul terlebih dulu sebelum masuk agar mudah dalam berkoordinasi.
Mengendarai Jip ke Kawah Sikidang Dieng
Mengendarai Jip ke Kawah Sikidang Dieng
Pemandu yang membawa kami sudah di bagian tiket masuk. Kami secara tertib memasuki portal penjagaan, terlihat petugas menggunakan alat penghitung untuk merekap jumlah rombongan kami yang masuk ke area kawah Sikidang.

Jalan kecil semacam labirin kami lintasi. Di tiap sisi merupakan warung para masyarakat setempat yang menawarkan berbagai oleh-oleh. Tidak hanya hasil karya semacam souvenir ataupun pakaian. Tidak sedikit pula yang menawarkan cemilan.

Para wisatawan padat merayap. Satu jalur ini dilintasi semua wisatawan yang hendak ke kawah ataupun balik dari kawah. Tidak sedikit dari wisatawan yang berhenti di salah satu lapak kios warga setempat. Entah membeli cinderamata ataupun sekadar menawar.

Pun dengan jalur di jembatan Khayangan, aku berbaur dengan wisatawan lainnya melangkah ke kawah. Dari kejauhan, area kawang Sikidang masih ramai. Para wisatawan masih cukup padat, tentu mereka ingin berfoto dengan latar belakang kawah yang mengepulkan asap.

Bau belerang mulai terhirup, aku sendiri sudah menyiapkan masker dan memakainya. Tentu saja masker ini sedikit menolongku agar tidak terlalu menghirup aroma belerang lebih tajam. Di sekitaran perjalanan, terlihat beberapa warga yang merebus telur dengan air mendidih di salah satu sumber.
Dua orang sedang merebus telur dengan air di kawah
Dua orang sedang merebus telur dengan air di kawah
“Telur rebusnya pak/bu?” berkali-kali dua orang yang mengenakan pakaian adat Jawa menawarkan telur rebus.

Di sepanjang jembatan Khayangan memang ada beberapa sumber air panas yang mengalir. Sumber-sumber tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk merebus telur, lantas menawarkan kepada wisatawan yang melintas.

Tentu saja hal ini menarik sebagian wisatawan. Mereka penasaran dengan telur yang direbus secara alami di sumber air panas. Aku terus melangkah, jembatan Khayangan memang lumayan panjang, di tengah-tengah terdapat satu spot untuk beristirahat.

Dari kejauhan, berbagai atap kios yang tak jauh dari pintu masuk kawah Sikidang terlihat beragam. Dari warna biru hingga oranye. Aku memotret pemandangan tersebut dengan latar belakang perbukitan dengan kabut lumayan tebal.

Mendekati kawah Sikidang, kepulan asap makin tebal. Aroma belerang begitu kuat, sementara angin berembus kencang. Sesekali kepulan asap memutar mengikuti arah angin yang berembus. Aku berdiri di salah satu batas pagar, melihat kawah Sikidang.
Jembatan Khayangan penyambung akses ke Kawah Sikidang
Jembatan Khayangan penyambung akses ke Kawah Sikidang
Air kawah Sikidang mendidih, suara letupan terdengar dari segala penjuru. Hanya saja kita tidak bisa melihat secara jelas bagian kawah. Lebih banyak asap yang menutupi. Kepulan asap ini yang menjadi daya tarik para wisatawan, mereka banyak yang melakukan swafoto.

Bahkan terdengar suara drone yang mengambil video dari atas. Aku memutari kawah Sikidang. Melihat orang-orang yang asyik mengabadikan diri. Sementara itu, kamera Gopro yang kubawa sedari tadi merekam tanpa henti.

Ada pemandangan yang menarik di sudut tak jauh dari kawah Sikidang. Sebuah plang menginformasikan bahwa adanya larangan memotret dan memanjat di salah satu sisi tebing kawah di luar pagar, namun tetap saja ada yang berfoto di sana.

Bahkan terlihat banyak jurufoto lokal yang memberikan jasa foto untuk wisatawan. Apakah spot tersebut memang tidak diperbolehkan untuk dilintasi karena bahaya atau malah spot tersebut memang khusus bagi wisatawan yang berbayar ke jurufoto?
Melihat kepulan asap Kawah Sikidang dari dekat
Melihat kepulan asap Kawah Sikidang dari dekat
Karena ada beberapa wisatawan yang secara mandiri nekat melintas dan berfoto dengan gawai sendiri tanpa adanya pendamping jurufoto lokal dilarang memotret. Jika memang regulasinya untuk jurufoto lokal, harusnya lebih baik kebijakannya atau imbauannya lebih diperjelas.

Sebelum meninggalkan kawah Sikidang, aku menyempatkan untuk mengambil beberapa foto. Kemudian kembali meniti jembatan Khayangan menuju area parkir jip. Waktu makin sore, kulirik arloji menunjukkan pukul 15.20 WIB.

Masih ada beberapa destinasi yang harus disambangi sebelum kembali ke Jogja. Kawah Sikidang masih tetap ramai pengunjung. Jika dibandingkan dengan sepuluh tahun yang lalu, tentu perbedaan pengelolaan dan penataan kawasan ini jauh berubah.
Berfoto di area luar pagar dekat kawah Sikidang
Berfoto di area luar pagar dekat kawah Sikidang
Berkunjung ke Dieng memang kurang lengkap jika tidak menyambangi kawah Sikidang. Sekarang makin banyak jip yang menawarkan paket beberapa destinasi dalam satu hari. Aku sendiri mengikuti paket tersebut. Tentu memudahkan kami sepanjang perjalanan di Dieng.

Suara pelantang menginformasikan bahwa rombongan kami bersiap menuju destinasi yang lainnya. Kulihat di ponsel, tujuannya adalah air terjun Sikarim. Nama Sikarim tidak asing bagiku, terlebih jalur tersebut merupakan salah satu yang ekstrim menuju Dieng.

Hanya saja, kami lebih tenang karena nantinya menuruni area Sikarim. Terlebih menggunakan kendaraan jip yang mumpuni, serta pengemudi merupakan warga setempat yang sudah tahu medan. Tak sabar untuk melintasi turunan tersebut. *Dieng, 31 Agustus 2024.

4 komentar:

  1. Aku terakhir ke kawah sikidang sekitar pertengahan tahun 2023. Tentu saja kawasannya sudah ditata dengan baik. Sama seperti yang ada di foto.
    Berada terlalu lama di sekitar kawah memang kurang bagus untuk kesehatan. Sebaiknya memang menggunakan masker dan kesadaran pengunjung untuk tidak terlalu dekat dengan kawah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar banget, secara penataan di sini sudah sangat bagus. Terlebih pengunjung sangat banyak tiap akhir pekan

      Hapus
  2. seumur-umur masih belum pernah main ke dieng. yang katanya cuacanya sangat dingin bahkan bisa sampai buat air di bunga membeku :D cuma melihat kepulan asap seperti itu jadi teringat saat main ke danau kaolin di pulau belitung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pada bulan-bulan tertentu memang cuaca di sini sangat dingin,
      Dulu pernah santai sebentar di danau Kaolin sebelum ke bandara buat balik Jawa

      Hapus

Pages