Menyambangi Gunung Ireng Patuk Naik Sepeda - Nasirullah Sitam

Menyambangi Gunung Ireng Patuk Naik Sepeda

Share This
Sebenarnya rencana bersepeda menuju Gunung Ireng di Padukuhan Srumbung, Pengkok, Patuk, Gunungkidul ini sudah sangat lama. Namanya juga sebatas rencana, tatkala ingin menyambanginya; tetap ada alasan dari A sampai Z untuk mengubah rencana. 

Tentu faktor malas menjadi salah satu yang paling nyata. Sampai akhirnya aku memantapkan diri mengayuh pedal sepada menuju lokasi tersebut. Berbekal rute yang sudah jelas, aku pagi ini tepatnya pukul 06.00 wib mengayuh pedal sepeda menuju arah Patuk. Patuk menjadi lokasi titik aman pertama untuk aku libas pagi ini.

Perjalanan berlanjut mengarah ke perempatan GCD FM, lalu belok kanan, lurus sekitar 150 meter sampai ketemu pertigaan, ambil lurus yang jalannya menurun, kemudian lurus terus ikuti jalan besar sampai bertemu dengan perempatan yang ditengahnya ada patung Semar, belok kanan sekitar 400 meter sampai.

Ada banyak plang yang membuat mudah untuk mencari lokasinya, kalaupun bingung kan bisa tanya warga setempat. Sampai juga aku bertemu sebuah gerbang yang bertuliskan “Selamat Datang di Kawasan Wisata Gunung Ireng”. Tepat 1.5 jam aku mengayuh pedal untuk sampai di sini.
Plang dan pintu gerbang menuju Gunung Ireng Patuk
Plang dan pintu gerbang menuju Gunung Ireng Patuk
Plang dan pintu gerbang menuju Gunung Ireng Patuk
Memasuki kawasan tersebut, jalanan berubah menjadi cor dua tapak. Tidak lama berselang, aku sampai juga di tempatnya. Sebuah portal kecil terbuka, dan di sisi kanan seorang bapak-bapak menjaga. Aku penyapa beliau, serta membayar htm sebesar 3k. Tidak lupa juga menulis nama dan asal di buku tamu yang disediakan oleh penjaga.

“Sepedanya boleh bawa masuk, pak?”

“Boleh, mas.” Jawab bapak tersebut seraya mengganggukkan kepala.

Aku bergegas menuju jalan setapak yang terlihat gersang. Ya, bulan kemarau ini benar-benar membuat tanah menjadi tandus. Berjejeran pohon Jati yang terlihat daunnya berguguran, tidak jauh dari ini tampak Gunung Ireng yang aku tuju. 

Bongkahan batu di atas terhampar luas dihadapanku. Semua batu berwarna hitam dan sedikit tajam. Aku menuntun sepeda berhati-hati, takut nantinya ban sepeda terkena tajamnya bebatuan. Sebuah bangunan tertulis “toilet” ada di bawah, kemudian di atas terdapat sebuah tempat semacam pendopo untuk bersantai. Tidak lupa juga tong-tong tempat untuk menampung sampah. 

Di sisi lain, tampak kabut masih menggelayuti daerah perbukitan. Aku pun menyapu pandangan ke sisi lainnya, sebuah hamparan sawah terlihat di bawah bersama beberapa perumahan warga setempat. Aku terdiam menikmati pemandangan pagi ini, sesekali memotret spot-spot tertentu yang kurasa indah.
Pemandangan di Gunung Ireng Patuk, Gunungkidul
Pemandangan di Gunung Ireng Patuk, Gunungkidul
Pemandangan di Gunung Ireng Patuk, Gunungkidul
Pemandangan di Gunung Ireng Patuk, Gunungkidul
Tiba saatnya memanjakan sepedaku. Puas rasanya memandangi bukit yang berbaris digelayuti kabut, aku mengabadikan sepeda dari kejauhan. Sepeda tunggangan dan kesayanganku gagah melihat pagi ini. Walau tadi sempat harus hati-hati menaiki saat jalanan rusak, sepeda pun tetap bisa melintasi jalanan tersebut dengan baik. 

Sementara itu, tidak jauh dari sepedaku, tampak dua gadis sedang menikmati pagi dengan berpose layaknya model. Mereka saling bergantian mengabadikan diri menggunakan kamera hp. Sesekali meminta bantuanku untuk membidik mereka berdua.
Sepeda dan dua gadis pagi ini
Sepeda dan dua gadis pagi ini
Sepeda dan dua gadis pagi ini
Selesai membantu kedua gadis tersebut mengabadikan diri, aku pun membuka tas dan mengambil sebuah Tripod dari dalam tas. Tripod tersebut aku letakkan di bebatuan yang sedikit lebih tinggi, lalu mengatur bidikan kamera seperti biasanya. Dengan cara seperti ini, aku bisa mengabadikan diri di Gunung Ireng.
Mengabadikan diri di Gunung Ireng Patuk
Mengabadikan diri di Gunung Ireng Patuk
Mengabadikan diri di Gunung Ireng Patuk
Tuntas sudah misi untuk menuju Gunung Ireng, aku pun bersantai bareng kedua gadis tersebut di pendopo kecil. Menikmati makanan yang kami bawa untuk dimakan bersama. Oya, dari Gunung Ireng ini sebenarnya lebih seru kalau datang pagi hari ataupun sore hari. 

Bentangan bebatuan ini menghampar dari timur ke barat, sehingga pemandangan sunrise maupun sunset pun terlihat dengan jelas dari Gunung Ireng. Selain itu, apabila kalian berencana untuk menginap dan camping di sini. Kalian bisa menghubungi warga setempat yang jaga, menurut info dari bapak yang jaga tempat ini bisa digunakan untuk berkemah dengan membayar 10k perorang.

Aku kemudian menuju pulang melewati jalan lainnya, menyusuri dusun Semoyo untuk menuju Patuk. Perjalanan masih panjang, waktunya pulang ke tempat semula. Menikmati letih selepas bersepeda dan mendapatkan konten tulisan di blog. *Gunung Ireng Patuk; Sabtu 8 Agustus 2015.

Kini tahun 2019, spot di Gunung Ireng terdapat tambahan seperti gubuk kecil yang menarik diabadikan kala mentari terbit. Seperti yang sudah tebersit, tempat ini lambat laun menjadi salah satu destinasi yang menarik untuk diabadikan kala pagi.

Baca juga tulisan yang lainnya 

28 komentar:

  1. subhanallah, pemandangan dari atas sangat indah :)

    BalasHapus
  2. nggak pernah ketinggal sepedanya ikut eksis sampai kepuncak gunung, keren mas, saya malah pengen sekali2 bawa motor kepuncak gunung :)

    kayaknya masih sepi mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini sebenarnya hanya bukit, tapi orang setempat menamakan gunung heee. Iya cukup sepi, mas :-D

      Hapus
  3. pemandangan yang sangat indah, cocok untuk selfi dan cocok juga untuk orang yang ingin refreshing :D hihi

    BalasHapus
  4. Waaw... cakep banget pemandangannya.
    Asiknya bersepeda naik perbukitan ini. Dapat sehat dan segar udara.

    BalasHapus
  5. ini spot sunset sama sunrise banget ya mas?

    btw, itu gadis2nya kok cuma siluet doang yg asli mana nih? *dikepruk*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, tapi seringnya kena kabut kalo pagi. Kayaknya lebih asyik untuk sunset.
      Takutnya ntar ceweknya ngambek kalo difoto haaaa.

      Hapus
  6. petualang sejati emang mas rullah ini, sekali2 ajak dong mas wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haaaa, ini cuma keliling dekat kos kok, mas. Meluangkan waktu daripada cuma tidur di kos :-D

      Hapus
  7. cakep banget pemandangannya. Kalau mobi bisa masuk juga gak kesana? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mobil hanya bisa sampai pintu gerbang, mbak. nanti jalan sekitar 200 meter saja :-D

      Hapus
  8. mas nasir klo berkenan untuk berkunjung lg kesini silakan mampir di gubuk saya, lokasinya di dukuh sambiroto rumah gubuk saya warna cream kidul masjid al huda.
    thanks sudah mengeksplor kampung saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah dengan senang hati, mas. Rencananya teman-teman mau ke sini awal september. Semoga bisa ikut rombongan untuk ke sini lagi :-)

      Hapus
  9. Wah asyik nih. Kok Jogja akeh banget tho tempat-tempat yang photogenic dan asyik ya? Bahkan bukit-bukit sederhana dan "cuma" menyajikan pemandangan sudah kian digandrungi. Bisa menyegarkan mata dan pikiran memang ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kadang memang bingung aku, mas. Walau hanya sebuah bukit sederhana, tapi memang menarik perhatian :-)

      Hapus
  10. wah mantap euyyy.... mas josh....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo mas lanjut ke sini, dekat dengan watu amben kok tempatnya

      Hapus
  11. Keren..mas nasirullah sitam...ditunggu kelanjutan adventure nya..

    BalasHapus
  12. meskipun ke atasnya meski angkat2 sepeda .... viewnya emang kerennn ...

    BalasHapus
  13. belum pernah kesini..
    catet dulu rute dan petunjuknya..
    foto paling bawah menghadap ke arah mana mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu pas menghadap ke tenggara atau mana ya? hehehhe, lupa aku. Tapi pas membelakangi tebingnya

      Hapus

Pages