Pengalaman
ini terjadi ketika UAS tahun 2006, dimana saat itu aturan baru mengenai
peraturan dan standar minimal nilai UAS dibatasi 4,13. Hal itu membuat aku dan
teman-teman lainnya menjadi merasa terbebabi, apalagi peraturan saat itu
terlihat lebih kejam karena walau dua mata pelajaran mendapatkan angka sempurna
tetapi yang satu mendapat nilai dibawah minimal maka kita dipastikan tidak
lulus.
Kegelisahanku
saat itu benar-benar terjadi, saat aku buka surat dari sekolah disana tulisan
yang berbunyi “LULUS”
terpampang jelas disamping tulisan : “
TIDAK LULUS”. Sesuatu yang sangat
tragis saat itu karena surat tersebut aku menjadi patah arang untuk melanjutkan
studi di salah satu PTN di Jogja. Dari selembar surat tersebut terpampang jelas
nilai dari ketiga mata pelajaranku.
Bahasa Indonesia : 8,00
Bahasa Inggris : 8,50
Matematika :4,00
Hanya
kurang nilai 0,13 saja dalam sekejap
cita-cita yang sudah susah payah aku rangkai menjadi musnah. Dalam hati selalu
saja terpikir kalau sistem yang ada saat ini bukanlah sistem yang baik, malah
terlihat sebagai sistem terburuk selama sejarah di Pendidikan Indonesia.
Karena
ketidaklulusan inilah aku merasa cita-cita menjadi seorang guru saat itu terenggut
oleh system. Sebuah cita-cita yang sirna dalam sekejap, sebuah anganan yang
hanya akan menjadi khayalan semata.
Saat
ini ada 2 hal yang membuat aku benci dengan sistem UAS yang salah saat itu,
karena pertama: aku tidak bisa
melanjutkan studi saat itu, padahal cita-citaku saat itu ingin menjadi seorang
guru. Dan yang kedua: Sistem UAS
tidak tahu dimana letak keahlian siswa. Hanya karena 3 hari (3 mata pelajaran
saat itu) semua menjadi berubah.
Saat
ini aku akan berusaha membuktikan kalau aku dan teman-temanku yang tidak lulus
saat itu bukan karena kami siswa bodoh, tetapi karena yang membuat sistem UAS
itu adalah orang yang bodoh. Karena saat ini aku kuliah dengan mengandalkan
ijasah Kejar Paket C. Dan cita-citaku saat ini pun telah berganti menjadi
Pustakawan dan Novelis, maupun seorang Cerpenis.
Dan
akhirnya setelah 7 tahun berselang, aku sudah bisa sedikit menggapai mimpiku.
Aku lulus kuliah Ilmu Perpustakaan dan Informasi di UIN Jogja, Menjadi Staff
Perpustakaan dan Administrator Jurnal di Salah Satu Universitas Terkemuka di
Jogja, Satu Cerpenku sudah masuk di Kumpulan Cerita “Laskar Pejuang Mimpi”.
Aku
berharap semua mimpiku dapat terjuwud, dengan usaha tanpa merasa lelah. Semua itu
pasti akan terwujud. Harapan saat ini adalah aku bisa menulis sebuah Novel dan melanjutkan
kuliah S2. Semoga impian tersebut tercapai dalam beberapa tahun kedepan.
Baca juga postingan sebelumnya
Nyanyian Malam Minggu
Dariku, Untukmu (Sahabatku)
Kesabaran dan Kesetiaan
Baca juga postingan sebelumnya
Nyanyian Malam Minggu
Kesabaran dan Kesetiaan
Untungnya saat ini Ujian Nasional atau Ujian Akhir Sekolah tidak jadi faktor penentu satu-satunya ya untuk kelulusan siswa..
BalasHapusBenar. amalh lebih asyik sekarang
Hapusiyapp betul sekali
Hapuswahh kereen bangettt
Hapuswahh kereeen nihhh
BalasHapusYa memang tapi dengan adanya sistem Zonasi untuk mencari sekolahan menjadi sangat sulit....apalagi seperti kami-kami yang notabene ekonomi kebawah...
BalasHapusYang penting sekarang kita teta terus belajar mas :-)
Hapuslulus dengan hasil memuaskan he..e.e
BalasHapusperfect..
BalasHapusgood...
BalasHapus