![]() |
Kulkasnya masih terbungkus didalam kantor |
Mengangkat
telepon kantor disaat jam kerja adalah suatu keharusan, takutnya ada informasi
yang penting dan harus dikerjakan. Begitupun siang ini saat hari jum’at. Begitu
telepon kantor bordering, dengan sigap aku berlari ke meja kantor.
“Selamat
siang, K@#$%* #$%^ .” Sapaku seraya menyebutkan instansi tempatku bekerja.
“Selamat siang pak, benar ini dengan K@#$%
$%^&?” Suara bapak dari seberang telepon.
“Benar
pak.”
“Pak, permohonan pengadaan lemari es sudah
kami urus. Kami belikan yang dua pintu ya?”
“Iya?!!”
Responku agak kaget.
“Iya sudah pak, terima kasih.”
Tuttt.. tutttt.
Tuuutttt….!!! Telepon pun terputus. Padahal kata
“iya?!” tadi itu karena bertanya sekalian kaget, kok malah dimatiin sama orang
seberang. Antara bingun dan takut aku keluar dari ruang sebalh menuju ruang
depan. Keempat teman kerjaku memandang dengan penuh rasa penasaran.
“Siapa
mas?” Tanya mbak Desi.
“Ini
mbak, katanya kita dibelikan lemari es yang dua pintu.” Jawabku polos.
Keempat
teman kerjaku terperangah padahal mereka tidak pernah mengajukan pengadaan
lemari es. Akupun tak kalah terperanjat mendengar jawaban dari keempat temanku.
“Mampus aku” dalam hati mengumpat diri sendiri.
Setelah
diselidiki ternyata yang meminta permohonan lemari es adalah pihak lantai dua. Masih
satu kerjaan dengan aku, tapi khusus bagian kerjasama dan penelitian. Dalam
hati makin gusar, takutnya apa yang aku setujui pemesanan tidak sesuai harapan
mereka.
***--***
Hari
seninnya aku mendapatkan kabar perihal pengadaan lemari es lagi. Wah pagi-pagi
udah bikin gusar aja ini kasus. Kenapa kemarin lusa (hari jum’at) yang ngangkat
telepon aku. padahal biasanya nggak aku yang ngangkat. Nasib, pagi ini jantung
harus senam lebih kencang.
“Mas
Sitam, ingat lemari es kemarin nggak?” Tanya mbak Weni.
“Iya
ingat mbak.” Dug..dug..dug jantung semakin kencang.
“Orang
atas udah beli lemari es ternyata mas.” Kata mbak Weni.
Pyyaaarrr!! Bruakkk!! Mampus
aku. “Terus mbak?” Semakin takut aja aku pagi ini.
Mbak
Weni malah tersenyum melihat reaksiku. Apa dia nggak paham kalau aku syok banget mendengarkan kabar tersebut.
Itu kabar pokoknya buruk banget bagi aku. Takutnya lemari es dibeli, terus
suruh gantiin bayar apa nggak horror itu.
“Lemari
es-nya diserahin ke kita mas. Jadi sekarang kita punya lemari es sendiri. Enak
toh.” Jawab mbak Weni.
“Apa?
Untuk kita dibawah? Gratis?” Aku masih tidak percaya.
Mbak
Weni menganggukan kepala seraya tersenyum lebar. Plong rasanya jantung ini mendengar jawaban mbak Weni. Dia tidak
tahu kalau dari tadi jantung ini rasanya mau copot. Takut mendengar kata “Mas
harus ganti uang pembelian lemari es”.
Baca juga postingan sebelumnya
Gara-gara Listrik Padam
Sebuah Pesan dari Dias
Ujian Akhir Sekolah itu?
Baca juga postingan sebelumnya
Gara-gara Listrik Padam
Ujian Akhir Sekolah itu?
untung gak bayar beneran harga lumayan kulkas 2 pintu minimal 2.4 juta, hahahahha,......................
BalasHapusGak kebayang uang gaji dipangkas heee
Hapus