Close Book atau Open Book? - Nasirullah Sitam

Close Book atau Open Book?

Share This
Ilustrasi menyontek melalui handphone
Ilustrasi: Menyontek melalui handphone (sumber gambar)
Ingat saat kita masih kuliah? Saat tengah mengikuti UAS/UTS? Tentu kita masih bisa mengingat-ingat sedikit momen saat kita mengerjakan tugas UAS/UTS. Kita biasanya mengerjakan dengan system “tertutup ataupun terbuka”. Tentunya kalau disuruh memilih, kita pasti milih yang terbuka. Kan lebih mudah kalau tidak bisa jawab, tinggal buka buku catatan (bagi yang sering menulis).

Saat aku menjaga mahasiswa UAS, dan pada saat itu juag dosennya menyuruhku dengan catatan “Harus Tertutup” maka, aku menjaga dan memberitahukan kalau dilarang membuka buku catatan. Mungkin ini adalah kabar yang tidak baik bagi beberapa mahasiswa yang kurang siap dalam mengikuti UAS. Tapi apapun itu, sudah sewajarnya kita lakukan, siap atau tidak kita harus mengerjakan UAS dengan aturan yang berlaku.

Aturan tertutup ternyata menimbulkan masalah baru, karena segelintir mahasiswa tidak mematuhi aturan. Mereka mungkin membuka buku dengan sembunyi-sembunyi (nyontek), atau dengan bertanya-tanya teman sebelah. Sesuatu yang biasa dilakukan segelintir mahasiswa yang mengejar nilai agar tidak mengulang. Aku dulupun pernah beberapa kali melakukan hal yang sama. Akan tetapi, saat ini ada cara yang lebih dari sekedar mencontek melalui buku. Dan aku mengalaminya saat aku menjaga UAS.

Membuka laptop, kadang beberapa mahasiswa membuka lapto dimeja dan dengan melihat kapan penjaga lengah. Dengan sigap dia mengklik folder tempat mereka menyimpan materi. Duh kalau sudah begini, kita hanya bisa bilang. Matikan laptop dan jangan dibuka. Agak keras juga sih.

Browsing Internet, dimasa seperti ini sebuah smartphone sudah banyak dimiliki mahasiswa. Jadi kalaupun tas susah didepan, laptop sudah dimatikan ternyata smartphone mereka berfungsi mencari informasi melalui Google. Jadi apa masih bisa kita bilang close book? Kalau seperti itu, tentu kalau kita menyuruh mengumpulkan HP didepan kelas agaknya kurang bijak. Tetapi mungkin harus kita lakukan agar mereka tidak melanggar aturan.

Dari semua ini, kita tahu kalau mahasiswa banyak yang hanya mengejar nilai agar memuaskan dan tidak mengulang. Tetapi rasanya kurang pantas kalau hanya demi nilai mereka melakukan hal-hal yang kurang baik. Lebih baik kalau UAS itu kita buat diperbolehkan membuka buku. Karena setiap dosen sudah tahu mana mahaiswa yang benar-benar layak mendapatkan nilaibagus dan mana yang sekiranya kurang bagus.

Dan bagi kita sendiri, para mahasiswa. Belajarlah untuk mematuhi aturan, karena sekecil apapun hal yang kita perbuat. Itu akan menjadi cerminan kita dimasa mendatang. Nilai bagus memang sebuah kepuasan tersendiri, tapi kepribadian yang baik dan jujur adalah sebuah kepuasan yang tidak dapat dinilai dengan angka. Kepribadian yang baik pastinya akan mempunyai dampak yang baik juga bagi orang yang melakukannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages